Tari memutar bola mata dengan meladeni perkataan Fajar.“Bang, satu porsi nggak pakai daun seledri sama kacang ya, dan minumnya air putih hangat saja,” ucap Tari.“Oke siap, Neng!”“Pacarnya, ya Mas?”“Cantik banget ternyata, kalian pasangan serasi,” ucap pelayan satunya lagi yang mengantarkan minuman.Seketika Tari tersedak saat mendengar perkataan pelayan itu dan kedua pipinya merona.“Maaf ya Mas, kami ini bukan pasangan kekasih, dia ini calon kakak ipar saya,” jelasnya kepada pelayan itu sedikit kesal.“Ya maaf, Mbak, saya pikir kalian lagi sedang marahan gitu deh,” lanjutnya lagi.“Kalau nggak tahu diam saja, jangan ikut campur urusan orang lain,” sahutnya lagi yang tampak kesal.Tak lama kemudian pesanan bubur mereka datang dan tersaji di meja mereka . Seketika aroma bubur ayam itu membuat Tari tak bisa bisa menahan diri lagi, dia langsung melahapnya dengan cepat walau masih terasa panas.Fajar pun sangat menikmati pemandangan yang tidak biasa melihat seorang gadis makan denga
“Apa maksudnya ini , Mbak?”“Begitu mudah Mbak mengatakannya, tetapi bagaimana ini aku masih mencintai Bang Ammar, tetapi ... ah ... aku juga tidak bisa mengabaikan permintaan Mbak Lanie.”“Baru kali ini dia meminta sesuatu dariku, dan aku ... aku bingung, apa yang haru aku lakukan?” “Namun dia adalah orang yang aku sayangi, Mbak Lanie lah yang selama ini menjadi panutanku, pengganti kedua orang tuaku, dengan tangan kecilnya itu dulu dia memegang erat tanganku agar aku tidak terlepas.”“Begitu banyak pengorbanan yang dilakukan Mbak Lanie di dalam hidupku, apakah aku tidak bisa mewujudkan impiannya sekali saja?” tanyanya dalam hati.“Dan Bang Ammar, ah ... memang aku sangat mencintainya tetapi yang dikatakan Mbak Lanie memang benar dia masih anak manja, dan suka dengan bandnya, berbeda sekali dengan laki-laki yang bersamaku ini, jauh sekali perbedaannya!”“Apa!”“Sadar Tari, dia itu bukan milikmu, ini hanya sementara, lagian mana mungkin juga dia suka sama aku, tomboi seperti ini, tet
“Aku bingung, besok adalah hari pernikahan Mbak Lanie, apakah aku harus menggantikan posisinya?” tanya balik Tari.“Apa kata hatimu Tar?”“Kata hatiku, aku harus menikah dengan Mas Fajar agar tidak ada rasa malu antara keluarga kita, karena undangan sudah di sebar, mereka orang terpandang, apa kata mereka?” ucap Tari sedih.“Kalau begitu lakukanlah Tari, itu juga yang dimau sama mbak Lanie ‘kan?”Tanpa disadari ternyata Bu Nia mendengar obrolan mereka dan tentu saja membuat Tari terkejut dengan datangnya Bu Nia.“Maaf Tante, Tari tidak bermaksud untuk menggantikan posisi Mbak Lanie, Tari hanya ingin mengabulkan permintaan mbak Lanie sebelum sakit!” ucap Tari mencoba menjelaskan kepada Bu Nia.Namun Bu Nia langsung memeluk Tari dengan hangat dan menangis.“Tari, kamu memang anak yang baik, Tante setuju kalau kamu yang akan menggantikan mbakmu,” sahutnya kembali bersemangat.“Maksudnya apakah Tante setuju dengan Tari, apakah Tante nggak masalah dengan Tari?” tanya Tari bingung.“Tidak Sa
Tari duduk di samping Lanie yang masih terbaring, lalu memegang tangan kakaknya dan menciumnya.“Mbak, sudah enam hari Mbak masih seperti ini, apakah Mbak Lanie marah sama Tari ya, sehingga Mbak nggak mau bangun melihat Tari?”“Tari sudah mengambil keputusan untuk menikah dengan Mas Fajar seperti yang Mbak inginkan, pokoknya setelah kami menikah Tari mohon Mbak bangun ya?” Tari masih menunggu Lanie dengan harapan agar bisa bangun dan sehat seperti dulu, dia pun tak ingin beranjak dari tempat duduknya.Namun, Daffa selalu menguatkan dirinya untuk tidak berputus asa, dan dia harus mengingatkan kepada Tari untuk pergi bersama Bu Nia untuk mencari baju pengantin yang pas dengan tubuh Lanie.Sudah tidak ada waktu lagi, karena besok pagi jam delapan pagi ijab kabul akan dilaksanakan.Semua serba mendadak, tetapi keluarga besar Bu Nia sudah mengetahui sebelumnya kalau pengantinnya akan digantikan oleh adiknya. Mereka pun tidak banyak komentar, karena sejatinya Bu Nia dan Fajar adalah kelua
“Elu kan tahu Bang, gue melakukan semua ini hanya untuk Mami, tetapi jika Tari sendiri yang akan mengajukan perceraian tentu gue nggak dianggap sebagai biang masalah.”“Lagian ya dia itu masih mencintai si Ammar anak manja itu, nggak mungkin juga dia suka sama elu, Bang!”“Memang sih dia gadis yang susah ditaklukkan, hampir sama dulu seperti Almira, mendiang istri gue, Jar!”“Elu tahu, jika gue bertemu Tari seakan-akan Almira itu hadir dalam bentuk Tari, elu tahu sendiri kan semua perangai yang ada di Tari itu hampir sama dengan Almira.”“Jadi jika kalian memang akan bercerai, gue yang akan menggantikan posisi elu sebagai suami, gue berarti harus lebih berusaha, sudah waktunya Dimas mempunyai Ibu baru,” jelasnya dengan bersemangat.“Gila ... aku saja belum menikah, eh dia sudah meminta Tari dengan terang-terangkan ke aku?”“Belum ada yang menolak dengan ketampanan aku yang hakiki ini, masa Tari nggak klepek-klepek sama aku sih?” “Hilang dong pamorku di mata Tari?” “Ini nggak bisa di
Seketika Clara terkejut dengan ajakan Om Farid yang mau menemani dirinya untuk menggantikan Fajar.“Duh, bagaimana ya , aku jadi bingung, tetapi kalau dipikir-pikir nggak ada salah kok, aku jalan dengan Om Farid dia kan calon mertuaku juga, dan aku bisa menjalin keakraban dengan dia menjadi menantu kesayangannya.”“Lagian Om Farid masih terlihat tampan seperti Mas Fajar, orang tidak akan menyangka kalau aku jalan dengan calon mertuaku sendiri,” pikirnya dalam hati.“Om nggak sibuk, nggak apa-apa temani Clara atau Om mau izin dulu sama Tante Nia?” pancingnya.“Tante Nia lagi di Makassar, dia ada seminar di sama selama dua Minggu,” jelas Om Farid tersenyum.“Aduh kasihan ya Om, ditinggal sendirian, Okelah kalau Om nggak keberatan, kita jalan sekarang?” tanya Clara lebih bersemangat lagi.“Oke, yuk kita jalan, terserah apa yang ingin kamu beli biar Om yang traktir, anggap saja untuk hadiah pernikahan kamu lah,” ucapnya bahagia.“Terima kasih Om, Clara jadi bahagia banget, memang Om calo
Paginya di meja makan Fajar yang sedang asyik sarapan sembari melihat ke arah ponselnya membuat Om Farid ingin menanyakan sesuatu kepadanya.“Jar hari ini kamu nggak ada ke mana-mana gitu?” tanya Pak Farid saat mereka ada di meja makan.“Fajar rencananya mau makan malam sama Clara, Pi, hari ini kan dia ulang tahun,” jawabnya sembari memakan sarapan rotinya.“Oh ya, sampaikan salam Papi, selamat ulang tahun ya, terus kenapa nggak dirayakan sih, dia kan tunangannya loh?”“Dia nggak mau dirayain Pi, katanya minta sesuatu yang berbeda saja, lagian sebentar lagi Fajar dan Clara kan menikah, kami bisa berbulan madu sepuasnya,” jawabnya santai.“Oh ya Pi, Mami belum pulang ya, kapan sih ini sudah hampir seminggu?” tanyanya disela-sela makan.“Kata Mamimu sih tiga hari lagi, oh ya Jar Papi ada urusan di luar kota selama tiga hari, ada teman Papi di sana katanya mau join sama kita, Cuma yaitu Papi harus berangkat hari ini juga.”“Kok mendadak sih Pi?”“Ya kebetulan dia ada di Indonesia, besok
Pak Farid yang sedikit tertutup dan kaku membuatnya tidak banyak bicara jika mereka bersama-sama, tetapi dibalik sikapnya itu Pak Farid adalah pria yang bertanggung jawab.Sama-sama sibuk menitik karier sehingga untuk menjadi keluarga yang harmonis tidak ada di dalam keluarga mereka.Pak Farid yang bekerja mengembangkan perusahaan milik ayahnya Bu Nia, sehingga semua yang bersangkutan dengan perusahaan dikuasai oleh Pak Farid.Sedangkan Bu Nia lebih memilih berprofesi sebagai dosen di salah satu fakultas ternama. Cita-cita sebagai guru lebih menjiwai daripada bekerja di perusahaan ayahnya sehingga semua tanggung jawab diberikan oleh Pak Farid dan kini Fajar sebagai anak tunggalnya ikut memajukan dan mengembangkan perusahaan.Kini cabang perusahaan pun sudah memiliki banyak anak perusahaan dan berkembang dengan baik.***Selesai salat magrib, Fajar yang sudah tidak sabar ingin bertemu sang pujaan hati dengan segera mengganti pakaiannya yang bersifat formal.Dengan setelan jas hitam dan