Tak langsung menjawab. Sesaat Galen mengarahkan pandangannya ke kafe itu kembali, tempat duduknya dan Gretta tadi tidak terlihat dari sana. Galen berharap, Sehan tidak melihatnya.
"Aku hanya ingin meminum kopi."Sehan mengangguk berusaha mempercayai. "Kebetulan bertemu denganmu di sini, bagaimana jika kita berbicara sebentar?""Aku sedang banyak urusan, aku harus segera kembali ke perusahaan.""Kalau begitu, masuklah ke mobilku. Aku akan mengantarkanmu ke perusahaan."Galen menatap mobil Sehan sesaat yang terparkir tak terlalu jauh darinya. Sebenarnya dia juga penasaran, apa yang ingin dikatakan Sehan padanya. Galen pun akhirnya mengangguk setuju.Galen meminta supir pribadinya pulang lebih dulu, sebelum akhirnya dia menyusul Sehan masuk ke mobil milik adiknya tersebut.Sehan kemudian mulai melajukan mobilnya dengan santai."Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Galen langsung pada intinya.Mereka berdu"Jadi maksud ibu, Galen mungkin mau bekerja sama dengan ibu untuk menghancurkan kak Liona?" tanya Aoura yang masih belum paham.Gretta mengangguk mengiyakan. Setelah menyampaikan kabar bahagia ini Gretta harap luka yang Aoura rasakan saat ini sedikit berkurang."Sekarang keluarlah dari kamar sayang, dan temui ayahmu. Minta maaf padanya."Aoura masih ragu. "Ayah pasti akan memarahiku.""Ibu akan menemanimu, okey."Walau masih sedikit merasa ragu, akhirnya Aoura ditemani oleh Gretta keluar kamar menghampiri Darwin di ruang tengah. Laki-laki itu cukup kaget saat melihat istrinya berjalan bersama sang putri. Dia langsung berdiri dari duduknya."Aoura?""Sayang, anak kita akhirnya berani pulang. Tolong jangan marahi dia ya, dia sadar telah membuat kesalahan. Dia berjanji tidak akan mengulangi lagi."Darwin menatap Aoura yang masih menunduk bersalah. "Aoura, kenapa kau melakukan semua ini? Jika kau menjelekkan nama ka
Menghabiskan waktu hampir tiga jam, akhirnya rapat selesai.Sudah bisa ditebak, Sehan lah yang berhasil memenangkan rapat pemilihan presdir Wiratama tersebut.Semua orang yang menghadiri rapat hari ini berjabat tangan pada Sehan, memberi ucapan selamat. Mereka tampak ikut berbahagia dengan kemenangan Sehan hari ini.Setelah semua orang selesai berjabat tangan dengannya, kini pandangan Sehan mengarah pada sang kakak yang masih berada di ruang rapat tersebut.Sehan mulai menghampiri. "Kau tidak mau mengucapkan selamat untukku?"Galen menoleh, Sehan mengulurkan tangan untuk berjabat tangan padanya. Jika Galen mengucapkan selamat pada Sehan, bukankah itu sama saja dia telah merayakan kekalahannya?Tak menghiraukan uluran tangan dari Sehan. Galen kini berdiri dari duduknya, dia menatap Sehan sesaat dengan wajah tanpa ekspresi apapun. Sehan hanya mengukir senyum, berpura-pura tak mengetahui perasaan Galen hari ini.
"Bisakah kita bertemu besok pagi?"Di atas balkon kamarnya, Galen tengah berbicara dengan seseorang melalui ponselnya. Di seberang sana, lawan bicaranya justru tertawa pelan setelah Galen mengajukan pertanyaan itu.'Sudah ku duga, kau pasti akan menerima tawaran kerja sama denganku. Andai kau menerimanya sebelum rapat hari ini, pasti kau lah yang menang.'Galen tak mengatakan bahwa dia ingin menerima tawaran kerja sama dengan Gretta, tapi sepertinya perempuan itu bisa menebaknya sendiri. Kini pandangan Galen mendadak terarah pada sebuah mobil putih yang baru saja memasuki halaman rumah Wiratama. Galen hafal, itu adalah mobil adiknya. "Saya akan mematikan panggilannya, besok pagi saya akan mengirimkan alamat tempat kita bertemu."Panggilan berakhir. Galen masih berdiri di atas balkon memperhatikan Sehan yang sudah keluar dari mobil, dan mulai memasuki rumah Wiratama sambil menggandeng tangan Liona dengan romantis. Dia bisa melih
"Aku ingin, kak Galen terus menjadi presdir Wiratama group."Semua orang di sana tertegun. Sehan hanya mengukir senyum saat Galen menatapnya cukup terkejut. Liona menoleh, menatap suaminya masih tak percaya. Mendengar hal barusan, Liona sedikit bisa merasa lega. Liona percaya, Sehan pasti telah merencanakan yang terbaik untuk mereka semua. Hal ini membuat Liona semakin bangga pada suaminya. "Sehan apa kamu yakin?" tanya Joana memastikan. Sehan mengangguk meyakinkan, membuat Joana menghela nafas pasrah. Dia lalu berucap, "siapa pun Presdir Wiratama group. Nenek yakin dia pasti bisa mengurus perusahaan dengan baik. Kalian berdua adalah cucu nenek, nenek tidak bermaksud ingin membuat kalian bersaing atau merebutkan perusahaan. Nenek tau, Galen ataupun Sehan itu sama saja. Nenek sangat percaya pada kalian berdua. Jika itu keputusan Sehan, maka Minggu depan nenek akan resmikan presdir Wiratama adalah Galen."Semua orang di sana tak ada yang membantah
Sandra mengalihkan pandangannya ke arah lain, berusaha menyembunyikan matanya yang sudah berkaca-kaca. "Hati mama sangat sakit setelah mengetahui kenyataan ini. Kenapa Galen harus menuduhmu? Mama sudah tunjukan rekaman itu pada nenek, tapi saat mama ingin menunjukan pada papamu mama tidak sanggup. Di sisi lain, mama juga tidak mau membuat Galen dihukum oleh papamu. Walaupun dia bersalah. Mama tau, mama adalah ibu tiri untuk Galen. Jika mama membuat Galen dihukum karena membela kebenaran anak kandung mama, bukankah mama akan menjadi ibu tiri yang jahat? Sampai sekarang mama bingung, bagaimana membuatmu kembali ke keluarga Wiratama tanpa harus membuat Galen terluka."Sehan menunduk sesaat. Dia tak menyangka Sandra telah melakukan banyak hal untuk dirinya. Wajar jika Joana tidak pernah membencinya, ternyata sudah mengerti kejadian yang sebenarnya. Sehan kini berdiri, lalu berpindah duduk di samping mamanya. Dia lalu menggenggam tangan Sandra dengan erat, be
'Aku terpaksa menerima perjodohan ini agar bisa dekat dengan keluargamu dan terus berada di sisi Aoura, bukan karena aku mencintaimu. Tolong bantu aku Liona.'Satu tetes air mata akhirnya lolos menyusuri pipi Liona saat ucapan Reno kembali terngiang di telinganya. Laki-laki yang sangat dia cintai ternyata mencintai adiknya.Hati Liona hancur. Padahal hari ini adalah hari pernikahannya, tapi Liona tak sanggup untuk melaksanakannya.Dia sudah berusaha menjelaskan pada kedua orang tuanya, tapi mereka seakan tak peduli dan memaksanya tetap melanjutkan pernikahan itu. Bahkan Aoura yang juga mengetahui jika Reno memiliki perasaan terhadapnya, sama sekali tak mau membantunya menjelaskan pada ayah dan ibu. Apakah Aoura sengaja ingin membuatnya menderita?"Liona, kau sudah siap?"Gretta mulai memasuki kamar sang anak. Baru saja Liona selesai di rias."Wah cantik sekali," ucap Gretta memuji sang putri yang sudah siap dengan gaun pengantin berwarna putih yang tampak sederhana. Tanpa mempedulika
"Kamu sudah tau namaku?"Netra berwana gelap itu kembali mengarah pada jendela kaca hotel yang menampilkan pemandangan di luar sana. Dia lalu menghela nafas pelan dan menjawab, "kau kakak dari perempuan yang akan dijodohkan denganku."Liona kemudian duduk di kursi seberang meja Sehan. "Benar, tapi aku bukan kakak kandungnya.""Lalu?""Aku diadopsi saat -""Apa itu penting untukku?"Liona merapatkan bibirnya rapat. Dia menatap Sehan sesaat. Laki-laki itu tampan dan juga terlihat begitu dingin. 'Dia pasti bukan tipe orang yang suka berbasa-basi.'"Kalau begitu aku akan mengatakan langsung padamu tujuanku saat ini menemuimu. Aku ingin memintamu memilih menikahiku dibandingkan Aoura."Liona meremas kedua tangannya yang mulai dingin. Dia mendadak gugup, laki-laki itu menatapnya tanpa ekspresi. Tak terlihat terkejut atau marah, bagaimana Liona bisa menebaknya?Tak ada jawaban. Liona penasaran, "apa kamu bersedia?""Apa bedanya memilihmu atau adikmu? Bukankah pernikahan ini hanya untuk menye
Liona semakin mengeratkan pelukannya. Dia sudah terbangun dari alam mimpinya, namun entah kenapa matanya masih berat untuk dibuka. Tempat yang hangat, dan empuk membuatnya ingin kembali tertidur. Dia mencium aroma maskulin yang membuatnya begitu tenang dan nyaman, namun beberapa detik kemudian Liona tersadar.Mata perempuan itu terbuka lebar, mendapati seorang laki-laki yang juga sedang terlelap di sampingnya. Yang lebih mengejutkannya lagi, ternyata sejak tadi Liona memeluk tubuh laki-laki tersebut. Dia seketika terduduk. Berusaha mengingat kejadian tadi malam bersama Sehan. "Apa kami telah melakukannya?"Dengan segera, Liona memeriksa keadaan sekujur tubuhnya yang masih berbalut selimut tebal. Pakaiannya masih terpasang lengkap, walau sudah sedikit berantakan. Dia kemudian menoleh, kembali menatap Sehan yang masih tertidur pulas. Wajah laki-laki itu terlihat tenang, sedikitpun tak menunjukan rasa bersalah. "Dia tidak mungkin melakukan itu pada ku kan?"Liona masih penasaran, dan