"Bisakah kita bertemu besok pagi?"
Di atas balkon kamarnya, Galen tengah berbicara dengan seseorang melalui ponselnya. Di seberang sana, lawan bicaranya justru tertawa pelan setelah Galen mengajukan pertanyaan itu.'Sudah ku duga, kau pasti akan menerima tawaran kerja sama denganku. Andai kau menerimanya sebelum rapat hari ini, pasti kau lah yang menang.'Galen tak mengatakan bahwa dia ingin menerima tawaran kerja sama dengan Gretta, tapi sepertinya perempuan itu bisa menebaknya sendiri.Kini pandangan Galen mendadak terarah pada sebuah mobil putih yang baru saja memasuki halaman rumah Wiratama. Galen hafal, itu adalah mobil adiknya."Saya akan mematikan panggilannya, besok pagi saya akan mengirimkan alamat tempat kita bertemu."Panggilan berakhir. Galen masih berdiri di atas balkon memperhatikan Sehan yang sudah keluar dari mobil, dan mulai memasuki rumah Wiratama sambil menggandeng tangan Liona dengan romantis. Dia bisa melih"Aku ingin, kak Galen terus menjadi presdir Wiratama group."Semua orang di sana tertegun. Sehan hanya mengukir senyum saat Galen menatapnya cukup terkejut. Liona menoleh, menatap suaminya masih tak percaya. Mendengar hal barusan, Liona sedikit bisa merasa lega. Liona percaya, Sehan pasti telah merencanakan yang terbaik untuk mereka semua. Hal ini membuat Liona semakin bangga pada suaminya. "Sehan apa kamu yakin?" tanya Joana memastikan. Sehan mengangguk meyakinkan, membuat Joana menghela nafas pasrah. Dia lalu berucap, "siapa pun Presdir Wiratama group. Nenek yakin dia pasti bisa mengurus perusahaan dengan baik. Kalian berdua adalah cucu nenek, nenek tidak bermaksud ingin membuat kalian bersaing atau merebutkan perusahaan. Nenek tau, Galen ataupun Sehan itu sama saja. Nenek sangat percaya pada kalian berdua. Jika itu keputusan Sehan, maka Minggu depan nenek akan resmikan presdir Wiratama adalah Galen."Semua orang di sana tak ada yang membantah
Sandra mengalihkan pandangannya ke arah lain, berusaha menyembunyikan matanya yang sudah berkaca-kaca. "Hati mama sangat sakit setelah mengetahui kenyataan ini. Kenapa Galen harus menuduhmu? Mama sudah tunjukan rekaman itu pada nenek, tapi saat mama ingin menunjukan pada papamu mama tidak sanggup. Di sisi lain, mama juga tidak mau membuat Galen dihukum oleh papamu. Walaupun dia bersalah. Mama tau, mama adalah ibu tiri untuk Galen. Jika mama membuat Galen dihukum karena membela kebenaran anak kandung mama, bukankah mama akan menjadi ibu tiri yang jahat? Sampai sekarang mama bingung, bagaimana membuatmu kembali ke keluarga Wiratama tanpa harus membuat Galen terluka."Sehan menunduk sesaat. Dia tak menyangka Sandra telah melakukan banyak hal untuk dirinya. Wajar jika Joana tidak pernah membencinya, ternyata sudah mengerti kejadian yang sebenarnya. Sehan kini berdiri, lalu berpindah duduk di samping mamanya. Dia lalu menggenggam tangan Sandra dengan erat, be
Liona segera merapikan pakaiannya saat mendengar pintu kamar terbuka. Sehan sudah memasuki kamar itu, dia lalu menoleh dan tersenyum ke arah Sehan. laki-laki itu mulai menghampiri dan memperhatikan penampilan sang istri dengan seksama.Liona baru saja selesai berganti pakaian, dia menggunakan piyama yang sudah disiapkan oleh salah satu pelayan di rumah itu. "Sepertinya para pelayan itu tau ukuran tubuhmu."Liona menatap piyama yang dia pakai sesaat, memang pas di tubuhnya. "Tapi aku merasa ini masih sedikit kebesaran.""Kalau begitu tambah lah berat badanmu sedikit lagi," ucap Sehan sambil mengacak pucuk kepala sang istri dengan gemas. Dia kemudian duduk di sisi kasur, dan menatap ke sekitarnya.Sudah sangat lama Sehan tidak memasuki kamar itu. Beberapa barang di sana masih tersusun rapi, bahkan ruangannya juga masih sangat bersih. Tidak ada yang berubah seperti terakhir Sehan berada di sana. "Sepertinya mama benar-be
Perlahan kelopak mata Liona terbuka. Nyawanya belum sepenuhnya kembali, Liona berusaha meraih ponsel miliknya yang tak terlalu jauh darinya. Dia mengerjapkan matanya sesaat, jam di layar ponselnya sudah menunjukan pukul tujuh pagi. Seketika mata Liona terbuka lebar. "Apa aku kesiangan?"Nyaris beringsut duduk, namun tertunda saat sebuah tangan semakin erat melingkar di pinggangnya. Liona menoleh, nyaris tak percaya saat melihat Sehan ternyata juga masih terlelap. Liona ingat, mereka saat ini masih berada di rumah keluarga Wiratama. Jika mereka bangun siang, tentu Liona akan malu menyapa keluarga Sehan pagi ini."Sehan bangunlah, ini sudah siang!" Bukannya segera membuka mata saat tidurnya mulai diusik oleh sang istri, Sehan justru menenggelamkan wajahnya ke leher Liona. Membuat perempuan itu menahan geli."Sehan segeralah bangun!" Liona memukul pelan lengan laki-laki itu, berusaha membuat sang suami untuk segera memb
Liona balas tersenyum pada Galen. Dia senang melihat pagi ini Galen mau menyapanya lagi, mengingat tadi malam menatap Liona saja Galen tidak mau. Liona berpikir, mungkin karena Sehan tak jadi mengambil posisi Galen di perusahaan, jadi kakak iparnya itu juga tak marah lagi padanya. "Pagi juga kak Galen.""Liona, apa kau akan segera pulang?"Liona berpikir sejenak. "Sepertinya aku mengikuti keputusan Sehan. Tapi Sehan belum mengatakan apapun padaku, kapan kami akan pulang."Galen mengangguk paham. "Kalau begitu, apa kamu mau meminum teh bersamaku sebentar?"Liona kembali berpikir. Terlihat ragu untuk menerima ajakan Galen tersebut. Tadinya dia ingin segera menemui Sandra atau Joana, apa yang mereka sedang lakukan sekarang?"Sambil menunggu pelayan selesai menghidangkan makanan, jadi aku ingin mengajakmu minum teh sebentar."Jika Liona menolak ajakan Galen, dia juga merasa tidak enak. Tak ada pilihan lain, akhirn
Galen mengukir senyum kosong. "Aku terus berbohong pada semua orang bahwa Sehan lah yang mendorongku dari tangga, dan membuat kakiku cacat. Tanpa aku sadari, ternyata semua orang sudah tahu kebenarannya. Bahkan mama dan nenek tetap diam, setelah mengetahui semua itu. Aku benar-benar malu. Aku bersikap seolah aku korban di depan semua orang, padahal semua orang itu sudah tau bahwa aku lah pelakukanya. Seharusnya bukan Sehan yang pergi dari rumah ini, tapi aku!"Liona sedikit merasa terkejut dengan pernyataan Galen barusan. "Jadi, semua orang di keluarga ini sudah tau yang sebenarnya?"Galen mengangguk mengiyakan. "Mama sengaja tidak mengungkapkan hal itu, karena dia tidak mau terlihat lebih membela anak kandungnya dan terlihat mencampakkan anak tirinya."Nyaris tak percaya. Benarkah Sandra melakukan itu? "Kak Galen, itu artinya mama ingin menjaga perasaanmu. Dia juga sangat menyayangimu. Itu artinya, dugaanmu yang mengira mama hanya menyayangi Sehan saja, i
"Kalian dari mana?" tanya Joana penasaran saat melihat Liona dan Galen datang bersamaan. "Galen tadi mengajak Liona minum teh sebentar nek, dan melihat taman di belakang rumah," jelas Galen. Joana mengangguk percaya. "Kalau begitu ayo duduk, kita sarapan bersama." Liona dan Galen mulai duduk ikut bergabung mereka. Liona duduk di antara Sehan dan Galen. Perempuan itu mengukir senyum saat suaminya terus melempar tatapan curiga. Sandra yang sejak tadi hanya diam, kini mulai memperhatikan Liona dan Sehan secara bergantian. Dia tau, hubungan Sehan dan Galen tidak baik. Tapi Galen dan Liona justru terlihat akrab. Sandra bisa merasakan apa yang saat ini dirasakan Sehan, namun dia tak mau ikut campur. Sandra percaya, Sehan bisa menyelesaikannya sendiri. "Minum teh sebelum sarapan tidak baik untuk kesehatan," ucap Sehan sambil mengambil makanan di piringnya. Walau Sehan berbicara cukup pelan, dan bern
Liona diam seketika. Dia bisa melihat, ada air mata kekhawatiran yang menggenang di kelopak mata Sehan. Ucapan laki-laki itu barusan, berhasil membuat hati Liona merasakan desiran aneh. Memang benar, selama ini tidak ada hal lain yang membuat Sehan takut selain kehilangan Liona. Liona sadar, Sehan selalu khawatir padanya. Pikiran Liona kembali teringat tentang kejadian-kejadian yang telah menimpanya setelah menjadi istri Sehan. Dia pernah hampir terserempet mobil karena syok dengan pernyataan Gretta dan kakeknya, Sehan menghampirinya dengan wajah khawatir.Saat pertama menemui Galen, Sehan juga menghampirinya dengan raut khawatir. Liona kini sadar, Sehan benar-benar takut kehilangan dirinya. Tapi Liona tak tau alasannya karena apa. Benarkah karena cinta? Tapi Liona masih bingung, secepat itukah Sehan jatuh cinta padanya? Bahkan Liona sendiri sampai sekarang bingung bagaimana perasaannya terhadap Sehan, sedangkan laki-laki itu justru l