"Aoura, ibu membawakanmu teman baru."
Aoura yang sedang bermain ditemani ayahnya di ruang tengah rumah itu, mulai menoleh. Gretta tersenyum sambil menuntun anak perempuan yang dia bawa dari panti barusan, menghampiri Aoura dan suaminya. Gretta cukup puas saat melihat suaminya tampak terkejut menatap kedatangannya bersama anak tersebut."Aku baru saja pergi ke panti asuhan. Dan aku bertemu anak baik dan cantik, yang bersedia menjadi kakak untuk Aoura. Namanya ... Liona. Sekarang dia bagian keluarga Atharya, aku ingin nama marga keluarga kita juga dipakai di belakang namanya. Liona ... Atharya," jelas Gretta.Darwin masih menatap anak yang Gretta genggam tangannya dengan sorot tak percaya. Dia ingin menangis karena anak yang dia pikir sudah meninggal ternyata masih hidup. Namun saat menatap wajah anak itu, dia justru kembali teringat tentang istri pertamanya yang juga sudah meninggal."Kamu tau, dia siapa Gretta?"Gretta mengangguk membenaNamun Sehan tidak pernah berhasil menemukan cara untuk membuatnya bisa bertemu atau mengenal Liona lebih dekat. Sehan pun putus asa, dan tak mengharapkan Liona akan kembali dekat padanya lagi. Hingga hari pernikahan Liona dan Reno tiba. Orang suruhan Sehan yang masih membuntuti Liona tiba-tiba menelponnya. 'Tuan Sehan, mobil yang mengantarkan Liona Atharya tiba-tiba mengalami kecelakaan. Saya berhasil menolongnya, dan saat ini saya bawa ke rumah sakit terdekat. Kata dokter, Liona Atharya juga telah meminum racun. Tapi saya tadi sempat melihat, bahwa racun itu adalah pemberian Gretta.'Sehan sudah menyelidiki lebih dulu, keluarga Atharya memang tidak pernah memperlakukan Liona dengan baik.'Terus perhatian kondisi Liona, jangan sampai lengah. Jika keluarga Atharya datang, katakan pada dokter untuk mengatakan Liona kritis. Sekalipun kondisi membaik, minta dokter untuk mengatakan kondisi Liona memburuk pada keluarganya. Jika mereka tau Liona memba
Di salah satu Greja, dekat rumah sakit tempat Sehan dirawat. Liona duduk di kursi sambil menggenggam kedua tangannya dengan erat. Matanya terpejam. Dia tengah fokus berdoa pada Tuhan dengan penuh harapan."Tuhan, jika aku telah hidup kembali setelah kecelakaan itu karena doa Sehan. Aku harap saat ini Sehan juga mendapatkan kehidupan lebih lama lagi karena doa ku. Aku masih ingin menghabiskan banyak waktu bersamanya. Aku sadar, selama ini aku tak bisa bahagia tanpa Sehan. Jadi tolong, biarkan dia berada di sisiku lebih lama lagi. Aku mohon."Satu tetes air mata keluar dari kelopak mata yang masih tertutup itu. Liona tak mau berhenti berdoa, sampai permohonannya terkabul."Aku cukup menderita setelah kematian bunda, dan Sehan dulu juga cukup menderita, tak mempunyai teman selain aku. Aku harap, orang-orang seperti aku dan Sehan yang banyak memiliki penderitaan di masa lalu, bisa diberikan kehidupan lebih lama dengan kehidupan yang lebih membahagiak
Ke esok harinya, karena kondisi Sehan sudah membaik, akhirnya laki-laki itu diijinkan dokter untuk pulang. Siang hari itu, Sehan bersama sang istri telah sampai di kediaman keluarga Wiratama. Seperti apa yang Sandra sarankan pada Liona dan Sehan sebelumnya, untuk beberapa hari sampai kondisi Sehan benar-benar pulih, Sandra ingin Sehan dan Liona tinggal di rumah keluarga Wiratama lebih dulu.Karena mengingat Liona juga sedang hamil, pasti akan sangat kelelahan untuk menjaga Sehan sendirian. Sehan pun akhirnya menyetujui saran Sandra, dan menurut untuk tinggal di rumah keluarga Wiratama untuk beberapa hari ke depan. Sampai luka di perutnya kering. Sesampai di sana, Sehan dan Liona disambut hangat oleh keluarga Wiratama.Tak hanya itu, para pelayan juga dengan sigap membantu memindahkan barang-barang bawaan Liona dan Sehan ke kamar. Dengan dibantu Liona, Sehan mulai duduk di sofa ruang tengah bersama keluarga yang lain.
Galen mengarahkan pandangannya pada sang adik yang baru saja memanggilnya. Dia masih mengukir senyum hangat. Lalu berucap, "aku senang melihatmu akhirnya sembuh Sehan."Sehan terdiam. Dia masih ingat betul, bagaimana Galen memaksanya untuk mengejar Liona yang sedang dalam bahaya, sedangkan saat itu kondisi Galen juga sangat memprihatinkan. Dan Sehan juga sadar, kini Galen duduk di kursi roda karena membantunya menolong Liona. Sehan tak akan pernah melupakan hal itu."Aku ingin mengucapkan terimakasih kepada kak Galen. Dan sekali lagi aku minta maaf, karena masalahku dan Liona, kak Galen jadi seperti ini."Liona mengangguk membenarkan ucapan Sehan barusan. "Aku juga ingin mengatakan terimakasih pada kak Galen. Karena kak Galen lebih mementingkan untuk menyelamatkanku, bahkan rela mengorbankan diri kak Galen sendiri demi membantuku kabur dari ibu.""Sehan, Liona. Sudah sebaiknya kita sebagai keluarga harus saling menolong bukan? Dan ... me
Malam harinya, setelah selesai makan malam. Sehan dan Liona langsung kembali ke kamar mereka, diantar oleh dua pelayan atas permintaan Joana. Karena kamar mereka berada di lantai dua, Joana takut Sehan akan kesulitan saat menaiki tangga dikondisinya yang sekarang. Jadi Joana meminta dua orang pelayan untuk memastikan Sehan tak akan kenapa-kenapa sampai kamar.Hingga sampai di depan pintu kamarnya, Sehan menghentikan langkahnya. Dia lalu berucap pada dua pelayan tersebut, "sampai sini saja. Sekarang kalian bisa kembali mengurus pekerjaan kalian yang lain."Pelayan itu mengangguk menurut, lalu pergi setelah mendapat ijin dari sang tuannya. "Liona, sebenarnya aku merasa sedikit tidak nyaman tinggal di sini. Apa pun yang ingin aku lakukan, nenek selalu meminta para pelayan menemaniku," ucap Sehan mengadu pada sang istri tentang apa yang dia rasakan sejak pertama memasuki rumah itu. Sehan menghela nafas kasar. "Lebih nyaman di rumah kita, bukan?"Lion
Ke esok harinya ...Liona yang baru selesai mandi, memutuskan untuk membangunkan sang suami yang masih tertidur. "Sehan," panggil Liona, sambil mengundangkan tubuh sang suami dengan pelan. Mata Sehan perlahan terbuka. Dia berkedip beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk pada pandangannya, sebelum akhirnya menatap Liona yang berdiri di samping tempat tidur."Kamu sudah bangun?" tanya Sehan, sambil mengucek matanya yang masih terasa berat untuk dibuka. Liona mengangguk membenarkan. Sejak tadi malam dia memang sulit untuk tidur, paling hanya memejamkan mata dua atau sampai tiga jam, dan akhirnya memutuskan untuk bergadang. Tapi Liona tak mau memberitahu pada Sehan tentang hal itu, karena takut Sehan akan khawatir dengannya. Sehan kemudian beringsut duduk, sambil memegangi bagian luka di perutnya yang masih terasa sedikit kaku. Liona membantunya saat melihat Sehan kesulitan untuk duduk."Apa lukanya
Setelah selesai membersihkan diri, kini Sehan duduk di sisi kasur. Liona sudah mengatakan pada Sehan jika dia ingin mengganti perban luka di perut laki-laki itu. "Bukalah bajumu," pinta Liona saat sudah berjongkok di hadapan sang suami. Laki-laki itu menurut, lalu mengangkat bagian depan bajunya hingga memperlihatkan sebuah jahitan di bagian perut Sehan. "Perban yang sebelumnya sudah ku lepas setelah selesai mandi tadi," ucap Sehan menjelaskan pada sang istri. Liona mengangguk mengerti. Dengan berhati-hati, dia kembali menutupi bekas jahitan itu dengan perban baru. "Tadi saat kamu mandi, ada pelayan datang membawakan obat-obatan dan perban ini. Dia mengatakan bahwa nenek menyuruhnya untuk mengganti perbanmu.""Benarkah?" tanya Sehan memastikan. "Lalu, kemana dia sekarang?"Pertanyaan Sehan barusan justru membuat Liona menatapnya tidak suka. Dia sedikit menambah tenaganya saat menempelkan perban di perut sa
Sehan kemudian menghela nafas pelan. Lalu menjawab semua kekhawatiran orang-orang di sana dengan percaya diri."Jika Sehan merasa kondisi Sehan sudah membaik dan mampu mengerjakan sesuatu yang Sehan anggap bisa, maka Sehan akan melakukannya. Nenek, mama, dan juga Liona. Tolong jangan khawatirkan aku."Sandra dan Joana hanya bisa pasrah. Sedangkan Liona hanya menatap sang suami dengan sorot khawatir. Dia juga jadi ingat dengan ucapan Sehan malam tadi, yang berencana untuk menemui Gretta."Galen, kau sendiri sepagi ini sudah rapi. Mau kemana?" tanya Joana mengalihkan pembicaraan pada cucunya yang satu lagi. Laki-laki yang sejak tadi duduk di kursi roda, menikmati makannya, kini mulai menatap Joana. Dia lalu menjawab, "ada urusan penting yang harus Galen kerjakan di perusahaan.""Kamu akan ke sana sendiri?" tanya Sandra yang kini ikut penasaran. "Tidak ma. Galen akan membawa satu pelayan di rumah ini agar bisa membantu Galen mengg