Pandangan Matt mengarah pada Gretta, wanita itu semakin mendekat ke arah Sehan.
Dalam hitungan detik, Sehan melepaskan cengkramannya dari kerah baju Matt begitu saja. Matt ambruk ke lantai, sebuah pisau menancap tepat di perutnya. Membuat darah segar keluar dari sana mengotori bajunya, hingga berceceran ke lantai."M-matt?" Mata Gretta membulat takut. Saat menyadari bahwa dia telah menghujamkan pisau di tangannya ke perut Matt. Gretta salah sasaran."Akh, Gretta kenapa kau menusukku?" protes Matt sambil menahan nyeri di bagian perutnya yang begitu menyiksa.Sehan hanya mengukir senyum puas. Ternyata feeling Sehan tepat. Memang dia telah curiga saat perhatian Matt sejak tadi mengarah ke belakang tubuhnya. "Ternyata kau sudah kembali Gretta?"Gretta menoleh, tubuhnya seketika gemetar takut saat melihat senyum bengis terukir di bibir Sehan. Perlahan Gretta melangkah mundur, menjauh dari laki-laki itu.Sehan tak terlihat sedikitpunSetelah mobil yang dia tumpangi berhenti di depan sebuah apartemen, Liona langsung keluar dari mobil itu. Dengan langkah tergesa, Liona membelah kerumunan orang yang memenuhi halaman apartemen tersebut. Hingga sorot matanya menangkap seorang laki-laki berperawakan jangkung berdiri di antara para polisi yang ada di sana. "Sehan!"Air mata terlihat menggenang di kelopak mata Liona. Sehan menoleh, Liona langsung menubruk tubuhnya, memeluknya dengan erat. "Liona?" Sehan balas memeluk tubuh sang istri. Pandangannya kini mengarah pada seorang pria yang datang bersama Liona, itu adalah Darwin. Tadi setelah polisi berhasil menangkap Gretta, Sehan langsung menghubungi ayah mertuanya tersebut. Dia sengaja tidak memberi kabar lebih dulu pada Liona, karena takut akan membuat Liona berpikir macam-macam. Tapi Liona justru tiba-tiba datang tanpa sepengetahuan Sehan. Pasti Darwin lah yang telah menjemput Liona, dan membawa perempuan itu dat
Berita tentang Gretta yang sudah tertangkap karena berencana untuk membunuh Sehan telah tersebar di berbagai media sosial. Darwin juga mulai mengurus perceraiannya dengan Gretta, dan juga telah mempublikasi ke publik tentang Liona yang ternyata adalah anak kandungnya. Bahkan tentang kebusukan Gretta di belakangnya selama ini, telah Darwin ungkapkan juga.Tentu berita ini langsung gempar. Nama Gretta telah hancur di depan publik. Tujuan Liona telah tercapai, dia berhasil membuat Gretta hancur untuk balas dendam dari perbuatan wanita itu terhadapnya di masa lalu. Setelah dari apartemen tempat Gretta tertangkap tadi, kini Sehan membawa sang istri ke sebuah taman. Sehan tau, istrinya tampak begitu syok tadinya karena sempat mengira bahwa Gretta berhasil membunuhnya. Sehan ingin menenangkan Liona dengan membawanya melihat pemandangan terbuka, dan menghirup udara bebas. Mengingat akhir-akhir ini Sehan selalu melarang Liona untuk keluar rumah, pasti L
Tiga hari kemudian ...Gretta menggaruk kakinya yang terasa gatal. Sejak dimasukkan ke dalam sel penjara tubuhnya jadi merah-merah. Tentu saja, dia tidak terbiasa tinggal di tempat seperti itu.Tiga orang wanita lainnya yang berada di satu ruang bersamanya sejak tadi terus menatapnya dengan sorot aneh. "Kau bahkan belum tidur sejak pertama masuk ke sini," ucap salah satu wanita itu mengomentari Gretta.Tentu saja. Bahkan semua orang bisa tau bahwa dirinya tidak pernah tidur hanya dengan melihat kondisi Gretta saat ini.Kantung matanya sudah menghitam, rambutnya yang kering terlihat berantakan. Bagaimana Gretta bisa tidur di tempat seperti itu?"Apa kalian tau, aku tidak pernah tinggal di tempat seperti ini? Ini semua gara-gara anak tiriku. Aku jadi masuk ke tempat seperti neraka ini," ucap Gretta dengan kesal. Dan yang lebih membuatnya kembali emosi, saat pikirannya kembali teringat pada Sehan.Gretta masih berpikir ker
Wanita berparas cantik tergeletak di lantai, dengan beberapa tablet obat berceceran di sekitarnya. Mata wanita itu masih terbuka, walau mulutnya sudah mengeluarkan banyak busa. "Bunda!"Kelopak mata Liona seketika terbuka. Nafasnya tersengal-sengal. Keringat dingin sudah membasahi keningnya. "Mimpi itu lagi?"Liona beringsut duduk. Akhir-akhir ini dia selalu mendapat mimpi yang sama. Mimpi yang tak lain adalah sebuah potongan memori ingatannya di masa kecilnya. Hal itu selalu membuat Liona penasaran. Kenapa tidak semua ingatannya kembali? Kenapa hanya secuil saja yang bisa Liona ingat?Suara pintu terbuka berhasil menyita perhatian Liona yang tadinya tengah termenung. Sehan baru saja keluar dari kamar mandi, sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil."Sudah bangun?"Liona mengangguk mengiyakan. Namun melihat wajah sang istri yang tampak berkeringat dan tak seceria biasanya, justru membuat Se
Hari ini, Sehan berada di Wiratama group. Sudah sangat lama dirinya tak mengunjungi perusahaan itu, terakhir bersama Liona dan justru membuatnya dan Galen berdebat. Seperti biasa, awal Sehan memasuki gedung besar itu para karyawan di sana menyapanya dengan ramah. Sehan tanya perlu balas tersenyum dan mengangguk, menghormati sapaan mereka. "Sehan."Langkah Sehan terhenti, tepat saat dirinya berada di lorong koridor menuju ruang presdir Wiratama group. Sehan menoleh, laki-laki dengan bantuan tongkat berjalan ke arahnya. "Kau datang ke sini?" tanya Galen berbasa-basi pada sang adik, sambil tersenyum samar. "Sudah lama tidak bertemu semenjak -""Aku tidak ingin membahas hal lain selain tentang perusahaan ini," ucap Sehan memotong kalimat Galen. "Aku ingin mendengar penjelasannya tentang perkembangan perusahaan ini."Galen mengangguk paham. Sampai sekarang dia belum tau, apakah Sehan sudah percaya bahwa dirinya benar berubah?
Setelah menemui Reno tadi siang, Sehan langsung pergi ke interior harmony karena ada pekerjaan penting yang harus diurus. Hingga pukul tujuh malam, dia akhirnya bisa pulang.Sesampainya di rumah, dia melihat Liona tengah berada di dapur. Perempuan itu masih sibuk dengan pekerjaan dapur. Sehan kemudian menghampiri."Memasak apa?"Liona terperanjat kaget. Dia lalu menghela nafas kesal, sambil melanjutkan masakannya yang belum matang kembali."Kenapa kau selalu mengagetkanku?"Sehan hanya tersenyum. Dia lalu memeluk sang istri dari belakang dengan mesra. Sesekali memberikan kecupan singkat di bahu perempuan itu. "Karena tadi kamu mengatakan akan pulang malam, jadi aku juga baru memasak sekarang. Jika memasak sejak tadi, pasti makanannya akan dingin," jelas Liona.Sehan mengangguk paham. Namun kemudian protes tak terima, "itu artinya kamu juga harus makan terlambat karena menungguku pulang? Aku tidak setuju jika s
Pagi hari itu, sebuah mobil putih berhenti di depan kontrakan sederhana.Sehan yang tadinya mengemudikan mobil tersebut, kini menoleh ke samping. Liona masih duduk di sana, tak berniat untuk tergesa-gesa keluar dari mobil."Kau yakin?" tanya Sehan memastikan. Liona mengangguk yakin. Memang mereka datang ke tempat itu atas permintaan Liona. Liona ingin melihat langsung, bagaimana kondisi Aoura saat ini. Mungkin setelah melihat Gretta menderita, dan melihat Aoura juga ikut menderita, Liona akan semakin puas. "Aku sudah mengirimkan pesan untuk kak Galen, agar dia memberikan libur untuk Reno hari. Aku juga sudah meminta kak Galen, agar tidak memberitahu Reno jika aku yang mengajukan libur untuknya. Dia juga tidak tau jika kita akan datang ke sini."Liona mengangguk paham. Dia lalu tersenyum. "Terimakasih Sehan. Kamu tidak perlu memberitahunya, justru akan terlihat sangat menyenangkan jika Reno dan Aoura sama-sama terkejut dengan kedatangan
Rahangnya mulai mengeras. Kedua tangannya mengepal erat, menahan amarah. Jawaban Liona barusan, berhasil membuat emosi Aoura kembali membuncah.Dia berjalan mendekat, dan menatap Liona tajam."Coba katakan sekali lagi!"Liona berdiri, diikuti Sehan. Dengan penuh penekanan Liona kembali mengulang kalimatnya, kali ini dengan lebih jelas. "Aku puas melihatmu seperti ini. Aku puas melihatmu hancur bersama ibumu. Aku puas -"Kalimat Liona terhenti, dia terpejam saat Aoura mulai melayangkan tangannya. Namun dengan cepat Sehan menahannya, tak membiarkan Aoura dengan mudahnya menampar Liona.Mata Liona kembali terbuka, dia kembali menatap Aoura. Matanya mendelik cukup kaget, dia baru tau ternyata Sehan menahan Aoura. "Kau berani melukai Liona, ku pastikan hidupmu akan menderita jauh lebih dari ini!" ancam Sehan tak main-main.Aoura melepaskan tangannya dari cengkraman Sehan dengan kasar. Hatinya sakit, dia rela memaki Gretta ka