Karena hari ini ada banyak pekerjaan di perusahaan, Sehan pulang hingga hari sudah petang. Tapi sebelumnya dia sudah memberitahu sang istri jika dirinya akan pulang terlambat. Sehan juga sempat memperingatkan Liona untuk banyak berisitirahat, dan tak memperbolehkan perempuan itu mempekerjakan pekerjaan rumah hingga kelelahan.
Pukul tujuh malam, Sehan sampai rumah. Di ruang makan, sudah terhidang beberapa makanan yang masih hangat menyambut kedatangan sehan.Sehan tau, pasti Liona yang menyiapkan semua itu untuk makan malam mereka. Namun Sehan justru semakin khawatir melihat Liona tiba-tiba senang mengerjakan pekerjaan dapur seperti ini, tentu pasti akan membuat perempuan itu semakin kelelahan."Sudah datang?" Liona menghampiri sang suami, menyambutnya dengan senyum lebar. "Kebetulan aku baru selesai memasak. Apa kamu ingin makan malam sekarang? Pasti kamu sudah lapar kan?"Sehan tak menjawab. Sorot matanya terus mengekor ke arah sang istri yang ki"Apakah para hadirin di sini setuju Dengan proyek saya untuk memajukan perusahaan ini?" tanya Gretta pada beberapa pemegang saham di hadapannya. Pagi ini, dia bersama pada pemegang saham lainnya berkumpul di ruang rapat perusahaan Atharya. Gretta baru saja selesai mempresentasikan proyeknya untuk memajukan perusahaan tersebut di depan para pemegang saham."Apa ibu Gretta yakin ini akan membuat perusahaan naik lagi? Atau hanya akan membuang-buang dana tanpa ada hasil yang baik?"Gretta masih mengukir senyum, dengan penuh keyakinan dia menjawab, "saya yakin proyek ini akan membantu perusahaan Atharya keluar dari kebangkrutan."Para pemegang saham kembali berbisik-bisik, karena di tengah keterbatasan dana Gretta justru membuat proyek baru yang membuat perusahaan itu semakin mengeluarkan pengeluaran banyak. Hal inilah yang membuat mereka ragu dengan pemikiran Gretta.Sepasang suami istri, dengan didampingi dua bodyguard di belakangnya mulai
Pada akhirnya, proyek yang dibuat Gretta tidak bisa disetujui oleh para pemegang saham yang hadir hari ini. Mereka ingin melihat bukti jika Darwin benar-benar menyerahkan perusahaan pada Gretta, baru mereka semua akan menyetujui rencana Gretta untuk perusahaan.Rapat hari ini kacau, tidak membawa hasil sesuai yang Gretta harapkan. "Argh! Ini semua gara-gara Sehan dan Liona!"Gretta melampiaskan kemarahannya pada benda-benda di sekitarnya. Dia melempar berkas-berkas di hadapannya, hingga berserakan di lantai. Semua para pemegang saham baru saja keluar dari ruang rapat tersebut, begitu juga dengan Sehan dan Liona. Kini tersisa Gretta seorang diri.Tangannya mengepal erat. "Kau pasti sangat puas kan Liona? Kau mempunyai Sehan yang sangat bisa diandalkan. Tapi lihat saja, aku akan membuatmu benar-benar hancur setelah ini!"Mengingat, Sehan dan Liona pasti masih di sekitar perusahaan. Gretta segera keluar dari ruang tersebut, mencar
Di ruang tengah, Liona sedang melamun. Ucapan Gretta dan Sehan tadi benar-benar membuat pikirannya tidak bisa tenang. "Minumlah."Liona menoleh, Sehan yang baru saja datang dari arah dapur langsung ikut duduk di samping Liona. Laki-laki itu memberikan segelas air putih pada sang istri. Liona menerimanya."Apa kamu sedang memikirkan ucapan Gretta tadi?" tanya Sehan memastikan. Tentu Sehan curiga, setelah pulang dari perusahaan tadi Liona jadi lebih diam dan sering melamun. Ini membuatnya semakin khawatir, takut akan menggangu kesehatan Liona dan juga janinnya.Setelah meminum beberapa teguk air yang diberikan Sehan, Liona meletakkan sisa air minumnya ke atas meja. Dia lalu menatap suaminya dengan sorot cemas. "Aku takut, ibu akan melakukan sesuatu pada ayah dan kakek. Entah kenapa aku mempunyai pikiran, jika ibu tidak bisa memberikan buktinya pada para pemegang saham maka cara satu-satunya yang akan ibu lakukan yaitu membuat ayah dan kak
Dari dalam rumah sakit, seorang perempuan keluar dengan tubuh gemetar. Matanya sejak tadi tak bisa lepas, menatap nanar lembar kertas yang ada di tangannya. Kertas itu adalah hasil tes DNA miliknya dan Darwin. Tidak seperti apa yang Aoura harapkan sebelumnya, ternyata tes DNA mereka tidak cocok. Aoura masih tak menyangka, ternyata apa yang dikatakan Liona benar, dan justru yang dikatakan Gretta salah."Itu artinya, selama ini ibu berbohong padaku?" Air mata mulai menggenang. Kakinya terus melangkah tanpa tau kemana arah tujuannya. "Dan apa yang dikatakan kak Liona benar. Aku bukan anak kandung ayah, dan kak Liona lah anak kandung ayah sebenarnya. Ibu selalu mengatakan kak Liona anak adopsi, dan aku anak kandung ayah apa itu hanya untuk menghiburku saja?"Tentu Aoura sangat kecewa pada Gretta. Ternyata banyak hal yang telah Gretta rahasiakan darinya. Pertama, Gretta tak memberitahu Aoura bahwa Liona adalah anak kandung Darwin dan mempunyai masala
"Jadi kau tidak tau tentang semua ini?" tanya Reno memastikan. Saat ini Reno membawa Aoura di sebuah kafe. Aoura akhirnya menceritakan semuanya pada Reno, walau sempat merasa ragu.Tentu Reno sangat terkejut mengetahui semua itu. "Reno." Aoura meraih tangan Reno, menatapnya dengan sorot memohon. "Aku mohon jangan katakan ini pada siapapun. Ayah belum mengetahui semuanya, jadi aku hanya perlu menyembunyikan hal ini. Aku akan bersikap seakan masih tidak tau apa-apa."Reno menatap Aoura dengan sorot tak percaya. Dia lalu memberi saran, "kenapa kau tidak temui Liona dan meminta maaf. Lalu juga katakan jujur dengan ayahmu, aku rasa itu bisa membuat mereka memaafkanmu dan tetap menerimamu di dekat mereka, karena itu adalah kesalahan ibumu yang tidak memberitahumu sejak awal. Jika kau menyembunyikannya, artinya kau ikut dalam rencana ibumu. Dan jika suatu saat rahasia ini terbongkar, mungkin om Darwin tidak akan bisa memaafkanmu Aoura.""Itu s
Malam harinya, di sebuah kafe yang tidak ramai pengunjung. Sehan duduk sendiri, di salah satu kursi pengunjung. Tak lama seorang pelayan datang, menyajikan dua cangkir kopi latte yang telah Sehan pesan barusan, lalu pelayan itu pergi. Sehan hanya diam, menikmati sunyinya kafe malam itu. Sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Pikirannya mendadak teringat pada sang istri. Tadi dia sudah meminta ijin pada Liona untuk pergi keluar, untungnya perempuan itu tidak memaksa untuk ikut dengannya seperti biasanya. Di tengah Sehan memikirkan apa yang sedang dilakukan Liona saat ini, tiba-tiba seorang pria datang dan langsung duduk di kursi samping Sehan. Sehan hanya menghela nafas pelan. "Lama sekali."Matt mengernyit heran. Ini pertama kalinya dia mendengar Sehan mengeluh karena keterlambatannya. "Biasanya kau tidak mempermasalahkan keterlambatan ku.""Istriku sedang hamil, jadi aku tidak bisa meninggalkan dia terlalu lama."Mat
Lewat tengah malam, Sehan akhirnya pulang ke rumah setelah menyelesaikan semua urusannya di luar bersama Matt barusan. Sesampainya di dalam sana, pandangannya langsung tertuju pada sang istri yang sudah terlelap di atas sofa ruang tengah. Sehan menghela nafas pelan. "Dia pasti sejak tadi telah menungguku pulang?"Sehan memutuskan menghampiri Liona, lalu berjongkok di depan sofa tempat perempuan itu terbaring. Sehan mulai memperhatikan wajah tenang sang istri dengan seksama, sesekali menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah perempuan itu. Liona tidur begitu nyenyak, membuat Sehan jadi tidak tega untuk membangunkannya.Tapi jika dibiarkan tidur di sana, Sehan juga tidak tega melihatnya. Sehan kembali berdiri, dan mulai menggendong sang istri dengan berhati-hati. Tanpa berniat untuk mengusik tidurnya. Namun usaha Sehan gagal, kelopak mata Liona justru terbuka."Maaf, sepertinya aku membangunkan tidurmu," ucap Sehan
Pintu kamar diketuk. "Masuklah," ucap Darwin memberi ijin. Seorang pelayan mengantarkan sarapan pagi untuknya. Seperti biasa, pelayan itu meletakkan sarapan untuk Darwin di atas meja samping ranjang pria tersebut. Setelah itu, pelayanan tersebut langsung berniat untuk keluar kamar meninggalkannya."Apa Gretta dan Aoura masih ada di rumah?" tanya Darwin penasaran, membuat langkah pelayan tersebut terhenti tepat beberapa langkah nyaris sampai di pintu keluar. "Nyonya Gretta sudah pergi sejak tadi pagi tuan, dan nona Aoura baru saja keluar rumah."Darwin mengangguk paham. "Apa Gretta berpesan padamu agar aku meminum obatnya?"Pelayan tersebut terlihat ragu untuk menjawab. "Jika tuan sudah merasa enak badan, sebaiknya tidak perlu meminum obat lagi."Darwin mengukir senyum samar. Dia tau, pelayan rumah tersebut mengetahui tentang obat yang diberikan oleh Gretta kepada Darwin. "Aku ingin menguc
Enam tahun kemudian ...Rumah keluarga Wiratama kini tampak ramai. Para tamu undangan mulai berdatangannya, dan banyak anak kecil membawa hadiah.Tepat hari ini, Arsen Wiratama berusia genap lima tahun. Semua orang merayakan ulang tahunya dengan kegembiraan. "Okey, selanjutnya adalah acara potong kue!"Semua anak dan para tamu undangan bertepuk tangan dengan meriah, saat sang MC membacakan urutan acara selanjutnya. "Potong kuenya!""Potong kuenya!"Sorak anak-anak yang ada di sana. Dibantu dengan sang papa dan mamanya, Arsen mulai memotong kue ulang tahun di hadapannya. "Baik, kuenya sudah dipotong. Sekarang, Arsen ingin memberikan suapan pertama kuenya ke siapa ya?" tanya MC membuat semua orang di sana jadi penasaran tak sabar. Arsen menoleh ke kenan dan kirinya sesaat, mulai bingung."Arsen pasti ingin memberikan suapan pertama pada mama kan?" bisik Liona berusaha merayu putra kecilnya te
Ke esok harinya, Sehan dan Galen duduk di jok belakang mobil. Sedangkan Dua pria berbadan kekar kekar duduk di jok depan mereka, dan satu pria itu mengemudikan mobil.Di depan mobil mereka, juga ada satu mobil lain yang menunjukan arah sekaligus mendampingi Sehan dan Galen.Setelah cukup lama, mereka telah sampai di sebuah bangunan beton yang tampak kusam. Menuju ke sana memerlukan waktu hampir tiga jam, letakkan memang sangat jauh dari pusat kota.Dua bodyguard yang ada dalam mobil tersebut keluar lebih dulu, lalu berdiri di sisi mobil, dan mengawasi sekitarnya.Sehan tak langsung keluar, dia menoleh ke samping, menatap sang kakak. "Kak Galen tidak mau menemuinya bersamaan langsung denganku?"Galen menggeleng. "Aku akan berbicara dengannya setelah kau selesai. Aku hanya ingin memarahinya karena sudah berani membuat kakiku tidak berfungsi, sedangkan kamu pasti banyak hal yang ingin dibicarakan bukan?"Sehan mengangguk m
Di sebuah gedung besar, sebuah pesta pernikahan dilaksanakan dengan tema yang begitu sangat sederhana. Tamu undangan hanya terbatas, yaitu para rekan kerja dan sahabat-sahabatnya dari mempelai pria. Reno dan Aoura berdiri berdampingan, bersalaman dan menyambut para tamu dengan ramah.Hingga kedatangan Darwin bersama anak dan mantunya, berhasil mengalihkan perhatian semua orang di sana. Beberapa orang yang dilalui oleh mereka tersenyum menyapa. Tentu karena kebanyakan tamu undangan di sana adalah karyawan Wiratama group, jadi mereka begitu menghormati Darwin dan Liona, terutama Sehan.Melihat tiga orang penting itu berjalan ke arahnya, tangan Aoura mendadak berkeringat dingin. Dia lalu menyenggol lengan Reno di sampingnya, dan berbisik protes. "Kau juga mengundang ayah?""Tentu saja, bagaimana pun dia juga pernah menjadi ayah untukmu. Kita harus menghargainya dengan mengundangnya ke pernikahan kita," jelas Reno berusaha membuat Aoura pah
Satu Minggu kemudian. Liona dan Sehan sudah berpakaian rapi, bersiap untuk berangkat ke acara pernikahan Aoura dan Reno. "Sudah siap?" tanya Sehan memastikan saat sang istri baru saja keluar dari kamar. Liona tersenyum, lalu mengangguk mengiyakan. "Kalau begitu, kita berangkat sekarang."Sehan dan Liona berjalan keluar rumah. Saat ini mereka sudah berada di rumah mereka sendiri. Sehan memutuskan untuk kembali ke rumah mereka dua hari lalu, setelah Sehan berhasil meyakinkan Joana bahwa keadaannya sudah membaik.Mobil yang mereka tumpangi kini mulai melaju, meninggalkan halaman rumah. Tak langsung menuju gedung acara pernikahan, Sehan dan Liona meminta sang suami untuk mengantarkannya lebih dulu ke rumah Darwin. "Bukankah ayah pasti juga diundang oleh Aoura?" tanya Liona penasaran.Sehan menoleh sesaat, lalu kembali fokus pada jalanan di hadapannya. "Entahlah, aku juga tidak tau. Bahkan setelah meninggalkan rumah ayahmu, seperti
Setelah sampai di depan kamar yang mereka sewa. Sehan menurunkan Liona dari gendongannya. Laki-laki itu kemudian membuka pintu di hadapannya menggunakan key card yang baru saja dia kantongi.Setelan pintu terbuka, Liona masuk lebih dulu ke dalam sana, diikuti Sehan di belakangnya. Perempuan itu mengedarkan pandangannya ke sekitar, memperhatikan ruangan tersebut dengan seksama. "Sepertinya tidak ada yang berubah, ini masih sama seperti saat aku datang ke sini pertama kalinya."Sehan menghentikan langkahnya di samping sang istri, dia menatap wajah Liona yang tampak bahagia itu sesaat, sebelum akhirnya ikut memperhatikan sekitarnya dengan seksama. Sehan memang tidak pernah merubah tampilan ruangan itu. Sejak dulu masih sama, tetap begitu-begitu saja. Namun Sehan tak pernah bosan dengan tampilan yang seperti itu. "Lagi pula, aku jarang ke sini lagi setelah menikah denganmu. Dulu, aku menyewa kamar ini untuk tempat istirahatku, ji
Setelah pergi dari rumah Reno, Sehan dan Liona kembali melanjutkan perjalanannya. Kini mobil yang Sehan kemudikan telah sampai di depan gedung hotel Wiratama, seperti apa yang Liona minta. Entah, Sehan belum mengerti kenapa istrinya mengajaknya ke sana. "Apa yang sebenarnya kamu rencanakan Liona?" tanya Sehan yang semakin penasaran. Namun Liona masih tak mau menjawabnya, perempuan itu hanya tersenyum saja. Liona kemudian keluar lebih dulu dari mobil, Sehan hanya mengikutinya. Hingga mereka memasuki gedung tersebut, dan Sehan terus mengikuti Liona dari belakang. Perempuan itu berjalan menuju restoran yang ada di lantai dua hotel tersebut. Hingga sampai di salah satu kursi pengunjung yang terletak di dekat jendela kaca gedung tersebut, Liona menarik Sehan dan memaksa laki-laki itu untuk duduk di sana. Sehan yang sejak tadi masih kebingungan, hanya menurut mengikuti apa yang sang istri lakukan padanya. Setelah Sehan duduk di s
Aoura mengarahkan pandangannya pada Sehan sesaat. Tampak terkejut setelah mendengar pertanyaan Sehan barusan. Aoura lalu menatap Reno, meminta penjelasan. Reno paham apa maksud Aoura. Dia menghela nafas pelan sesaat, lalu menjelaskan, "aku sudah mengatakan semuanya pada pak Sehan.""Kenapa kau memberitahu banyak orang?""Pak Sehan adalah orang penting di tempatku bekerja, tidak mungkin aku tidak akan mengundangnya di pernikahan kita," jelas Reno berusaha membuat Aoura paham."Jadi, apa kau tidak berniat untuk mengundangku?" tanya Sehan pada Aoura. Perempuan itu hanya diam. Sehan lalu mengimbuhkan, "jika Reno menikah tanpa memberitahu atasan di perusahaannya, maka dia tidak akan mendapatkan hadiah istimewa dari perusahaan."Aoura menatap Sehan dengan sorot berbinar. Tentu saja saat mendengar kata 'hadiah' suasana hatinya seketika berubah senang. "Benarkah? A-aku pasti akan mengundangmu Sehan."Reno menghela nafas pelan.
Seperti apa yang Liona katakan tadi malam. Perempuan itu akan mengajak suaminya ke suatu tempat, pagi ini.Namun sebelum menuju tempat yang Liona maksud, perempuan itu meminta Sehan untuk singgah lebih dulu ke rumah Reno. Sehan tau apa maksud tujuan Liona menemui Reno dan Aoura.Hingga sesampainya di sana. Sehan mengetuk pintu sebuah kontrakan sederhana yang dia singgahi bersama sang istri. Tak lama kemudian, seorang laki-laki keluar dari kontrakan tersebut.Laki-laki itu menatap Sehan dan Liona dengan sorot terkejut. "Pak Sehan? Liona?""Pagi Reno. Apa kedatangan kami menganggu waktumu saat ini?"Reno tak langsung menjawab. Dia justru berpikir sejenak, sambil berusaha menebak apa tujuan sepasang suami istri tersebut datang ke tempat tinggalnya. Terakhir Sehan dan Liona datang ke sana, untuk bertemu dengan Aoura. "Pak Sehan datang sepagi ini ke rumah saya, tentu membuat saya cukup terkejut. Tapi kedatangan pak Sehan sa
Pintu kamar terbuka, Liona yang saat itu sedang menyisir rambut di depan kaca menoleh sesaat.Sehan tersenyum, lalu menutup pintu kamarnya kembali. Mereka baru saja menyelesaikan makan malam bersama keluarga yang lain, namun setelah selesai Liona langsung ke kamar, sedangkan Sehan masih berbincang dengan Joana dan Galen. "Sudah selesai berbicara dengan nenek dan kak Galen?" tanya Liona memastikan. Sehan mengangguk mengiyakan. Perempuan itu menatap cermin dan melanjutkan menyisir rambutnya. Sehan melangkah menghampiri, lalu memeluk pinggang Liona dari belakang. Sesekali memberikan usapan kecil pada perut buncit sang istri. Membuat Liona seketika menghentikan kegiatannya untuk menyisir rambut. Dia menatap wajah Sehan melalu cermin di hadapannya, senyum bahagia masih terukir di bibir laki-laki itu. Membuat Liona yang menatapnya juga ikut senang."Sepertinya setelah kamu sadar dari koma, kehidupan ini sangat menyenangkan untuk kita berdua.