Pada akhirnya, proyek yang dibuat Gretta tidak bisa disetujui oleh para pemegang saham yang hadir hari ini. Mereka ingin melihat bukti jika Darwin benar-benar menyerahkan perusahaan pada Gretta, baru mereka semua akan menyetujui rencana Gretta untuk perusahaan.
Rapat hari ini kacau, tidak membawa hasil sesuai yang Gretta harapkan."Argh! Ini semua gara-gara Sehan dan Liona!"Gretta melampiaskan kemarahannya pada benda-benda di sekitarnya. Dia melempar berkas-berkas di hadapannya, hingga berserakan di lantai.Semua para pemegang saham baru saja keluar dari ruang rapat tersebut, begitu juga dengan Sehan dan Liona. Kini tersisa Gretta seorang diri.Tangannya mengepal erat. "Kau pasti sangat puas kan Liona? Kau mempunyai Sehan yang sangat bisa diandalkan. Tapi lihat saja, aku akan membuatmu benar-benar hancur setelah ini!"Mengingat, Sehan dan Liona pasti masih di sekitar perusahaan. Gretta segera keluar dari ruang tersebut, mencarDi ruang tengah, Liona sedang melamun. Ucapan Gretta dan Sehan tadi benar-benar membuat pikirannya tidak bisa tenang. "Minumlah."Liona menoleh, Sehan yang baru saja datang dari arah dapur langsung ikut duduk di samping Liona. Laki-laki itu memberikan segelas air putih pada sang istri. Liona menerimanya."Apa kamu sedang memikirkan ucapan Gretta tadi?" tanya Sehan memastikan. Tentu Sehan curiga, setelah pulang dari perusahaan tadi Liona jadi lebih diam dan sering melamun. Ini membuatnya semakin khawatir, takut akan menggangu kesehatan Liona dan juga janinnya.Setelah meminum beberapa teguk air yang diberikan Sehan, Liona meletakkan sisa air minumnya ke atas meja. Dia lalu menatap suaminya dengan sorot cemas. "Aku takut, ibu akan melakukan sesuatu pada ayah dan kakek. Entah kenapa aku mempunyai pikiran, jika ibu tidak bisa memberikan buktinya pada para pemegang saham maka cara satu-satunya yang akan ibu lakukan yaitu membuat ayah dan kak
Dari dalam rumah sakit, seorang perempuan keluar dengan tubuh gemetar. Matanya sejak tadi tak bisa lepas, menatap nanar lembar kertas yang ada di tangannya. Kertas itu adalah hasil tes DNA miliknya dan Darwin. Tidak seperti apa yang Aoura harapkan sebelumnya, ternyata tes DNA mereka tidak cocok. Aoura masih tak menyangka, ternyata apa yang dikatakan Liona benar, dan justru yang dikatakan Gretta salah."Itu artinya, selama ini ibu berbohong padaku?" Air mata mulai menggenang. Kakinya terus melangkah tanpa tau kemana arah tujuannya. "Dan apa yang dikatakan kak Liona benar. Aku bukan anak kandung ayah, dan kak Liona lah anak kandung ayah sebenarnya. Ibu selalu mengatakan kak Liona anak adopsi, dan aku anak kandung ayah apa itu hanya untuk menghiburku saja?"Tentu Aoura sangat kecewa pada Gretta. Ternyata banyak hal yang telah Gretta rahasiakan darinya. Pertama, Gretta tak memberitahu Aoura bahwa Liona adalah anak kandung Darwin dan mempunyai masala
"Jadi kau tidak tau tentang semua ini?" tanya Reno memastikan. Saat ini Reno membawa Aoura di sebuah kafe. Aoura akhirnya menceritakan semuanya pada Reno, walau sempat merasa ragu.Tentu Reno sangat terkejut mengetahui semua itu. "Reno." Aoura meraih tangan Reno, menatapnya dengan sorot memohon. "Aku mohon jangan katakan ini pada siapapun. Ayah belum mengetahui semuanya, jadi aku hanya perlu menyembunyikan hal ini. Aku akan bersikap seakan masih tidak tau apa-apa."Reno menatap Aoura dengan sorot tak percaya. Dia lalu memberi saran, "kenapa kau tidak temui Liona dan meminta maaf. Lalu juga katakan jujur dengan ayahmu, aku rasa itu bisa membuat mereka memaafkanmu dan tetap menerimamu di dekat mereka, karena itu adalah kesalahan ibumu yang tidak memberitahumu sejak awal. Jika kau menyembunyikannya, artinya kau ikut dalam rencana ibumu. Dan jika suatu saat rahasia ini terbongkar, mungkin om Darwin tidak akan bisa memaafkanmu Aoura.""Itu s
Malam harinya, di sebuah kafe yang tidak ramai pengunjung. Sehan duduk sendiri, di salah satu kursi pengunjung. Tak lama seorang pelayan datang, menyajikan dua cangkir kopi latte yang telah Sehan pesan barusan, lalu pelayan itu pergi. Sehan hanya diam, menikmati sunyinya kafe malam itu. Sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Pikirannya mendadak teringat pada sang istri. Tadi dia sudah meminta ijin pada Liona untuk pergi keluar, untungnya perempuan itu tidak memaksa untuk ikut dengannya seperti biasanya. Di tengah Sehan memikirkan apa yang sedang dilakukan Liona saat ini, tiba-tiba seorang pria datang dan langsung duduk di kursi samping Sehan. Sehan hanya menghela nafas pelan. "Lama sekali."Matt mengernyit heran. Ini pertama kalinya dia mendengar Sehan mengeluh karena keterlambatannya. "Biasanya kau tidak mempermasalahkan keterlambatan ku.""Istriku sedang hamil, jadi aku tidak bisa meninggalkan dia terlalu lama."Mat
Lewat tengah malam, Sehan akhirnya pulang ke rumah setelah menyelesaikan semua urusannya di luar bersama Matt barusan. Sesampainya di dalam sana, pandangannya langsung tertuju pada sang istri yang sudah terlelap di atas sofa ruang tengah. Sehan menghela nafas pelan. "Dia pasti sejak tadi telah menungguku pulang?"Sehan memutuskan menghampiri Liona, lalu berjongkok di depan sofa tempat perempuan itu terbaring. Sehan mulai memperhatikan wajah tenang sang istri dengan seksama, sesekali menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah perempuan itu. Liona tidur begitu nyenyak, membuat Sehan jadi tidak tega untuk membangunkannya.Tapi jika dibiarkan tidur di sana, Sehan juga tidak tega melihatnya. Sehan kembali berdiri, dan mulai menggendong sang istri dengan berhati-hati. Tanpa berniat untuk mengusik tidurnya. Namun usaha Sehan gagal, kelopak mata Liona justru terbuka."Maaf, sepertinya aku membangunkan tidurmu," ucap Sehan
Pintu kamar diketuk. "Masuklah," ucap Darwin memberi ijin. Seorang pelayan mengantarkan sarapan pagi untuknya. Seperti biasa, pelayan itu meletakkan sarapan untuk Darwin di atas meja samping ranjang pria tersebut. Setelah itu, pelayanan tersebut langsung berniat untuk keluar kamar meninggalkannya."Apa Gretta dan Aoura masih ada di rumah?" tanya Darwin penasaran, membuat langkah pelayan tersebut terhenti tepat beberapa langkah nyaris sampai di pintu keluar. "Nyonya Gretta sudah pergi sejak tadi pagi tuan, dan nona Aoura baru saja keluar rumah."Darwin mengangguk paham. "Apa Gretta berpesan padamu agar aku meminum obatnya?"Pelayan tersebut terlihat ragu untuk menjawab. "Jika tuan sudah merasa enak badan, sebaiknya tidak perlu meminum obat lagi."Darwin mengukir senyum samar. Dia tau, pelayan rumah tersebut mengetahui tentang obat yang diberikan oleh Gretta kepada Darwin. "Aku ingin menguc
Setelah seharian berada di perusahaan, Gretta sangat merasa lelah. Dia mulai memasuki rumahnya sambil menghela nafas berat. Waktu sudah menunjukan pukul tujuh malam, dia ingin segera beristirahat."Tolong ambilkan saya minum," titah Gretta pada salah satu pelayan yang sedang membersihkan ruang tengah. Dia lalu menghempaskan tubuhnya ke sofa sambil menunggu pelayan tersebut kembali dan mengambilkan air minum untuknya."Pekerjaan apa yang kau urus sampai pulang hingga hari sudah petang?"Gretta menoleh, Darwin berjalan menghampirinya. Mata Gretta seketika membulat terkejut saat melihat sang suami kini tampak lebih membaik. "Sayang, kau sudah sehat?"Mata Darwin menatap sang istri dengan sorot tajam. "Kenapa kau terlihat sangat terkejut melihatku bisa sembuh dengan cepat? Bukankah ini semua karena aku rajin minum obat, maka aku jadi cepat sembuh."Gretta berdiri. Masih memperhatikan sang suami dengan tatapan terkejut. Kar
Perempuan yang sejak tadi memperhatikan perdebatan Gretta dan Darwin hanya diam. Tubuhnya semakin gemetar ketakutan. Dia sudah tiba di rumah sejak tadi, tapi tiba-tiba disuguhkan pemandangan yang tak mengenakan. Aoura tak berani menunjukan diri, dan memilih melihat ayah dan ibunya berdebat dari kejauhan."Ini semua salahku," ucap Aoura lirih. Kenapa dia harus membawa hasil tes DNA itu ke rumah? Andai dia membuangnya saat itu, mungkin Darwin tak akan bisa menemukannya.Dua orang pelayan menarik koper dan tas besar dari kamar Gretta. Darwin meminta pelayannya membereskan barang-barang sang istri dari rumah tersebut. "Bawalah barang-barangmu, dan segeralah keluar dari sini!""Sayang, kau tega melakukan ini padaku?""Keluar!" bentak Darwin sudah muak melihat wajah Gretta. "Sayang -"Dengan kesal, Gretta akhirnya membawa barang-barangnya yang sudah dibereskan pelayanan tersebut keluar rumah. Melihat ibunya hanya b