Home / Rumah Tangga / Menikahi Ayah Angkat / BAB 5 : Bertemu Kembali

Share

BAB 5 : Bertemu Kembali

Author: Namaku Malaja
last update Last Updated: 2023-12-13 19:08:08

Shanna tidak tahu apakah harus senang atau tidak saat dia tidak mendapati mobil Damar di gerbang kampus seperti biasnya pada keesokan harinya. Dan itu berlangsung hingga satu minggu. Damar benar-benar tidak pernah menemuinya lagi.

Seharusnya Shanna senang karena Damar tidak mengganggunya lagi, dengan begitu dia bisa menghilangkan perasaannya kepada Damar. Namun, entah kenapa perasaan kecewa justru lebih mendominasi dirinya kala tidak bisa melihat sosok pria itu. Bahkan hal itu membuat Shanna menjadi sedikit lebih pendiam.

Shanna benar-benar sangat merindukan pria itu.

“Kenapa kamu nggak ikut Om Damar aja kalau kamu nggak bisa melupakannya?” celetuk Viona sedikit kesal dengan perubahan sikap Shanna. “Seenggaknya kamu bisa melihat dan tinggal bersamanya walaupun cintamu nggak terbalas. Daripada seperti ini, sama aja kamu menyiksa dirimu sendiri. Kalau aku, sih, lebih baik tinggal bersama walau hatiku terluka. Daripada aku semakin terluka dan nggak bisa bersama orang yang kucintai.”

“Apa yang dikatakan Viona benar. Lagi pula ‘kan cinta nggak harus memiliki, Shan. Walaupun cintamu nggak terbalas, seenggaknya ‘kan kamu masih bisa tinggal bersama dengan orang yang kamu cintai dibandingkan dengan orang-orang yang benar-benar nggak bisa bersama.” Neila ikut menyahuti.

“Kenapa kalian bisa berpikir seperti itu, sih? Seharusnya kalian itu mendukungku supaya aku bisa cepat melupakan sosok Baba. Supaya aku juga bisa dengan cepat menghilangkan perasaanku pada Baba. Bukan justru menyuruhku untuk kembali tinggal bersama babaku,” gerutu Shanna yang menganggap bahwa kedua sahabatnya itu tidak membelanya dan justru membela Damar.

“Kamu nggak punya kaca, ya?” Viona melipat kedua tangannya di depan dada. “Coba kamu lihat wajahmu saat ini. Kamu itu persis seperti orang depresi berat.”

Shanna menghela napas pelan. Hal itu justru membuat Viona dan Neila semakin gencar mengomelinya dan menyarankan untuk kembali bersama Damar. Namun, Shanna mengabaikan ocehan mereka berdua. Bagaimanapun dia sudah bertekad untuk melupakan Damar.

Tidak hanya sahabat-sahabatnya saja yang mengkhawatirkan Shanna, tetapi orang-orang di panti asuhan dan teman kerjanya di mini market pun ikut mengkhawatirkannya. Penampilan Shanna benar-benar seperti orang mengalami depresi.

Selepas dirinya meninggalkan rumah, Shanna tidak sengaja bertemu dengan Widia, pemilik panti asuhan yang sering Shanna kunjungi. Shanna terpaksa menerima tawaran Widia untuk tinggal di panti asuhan ketika wanita itu mengajaknya setelah mendengarkan ceritanya. Lagi pula saat itu dia juga tidak memiliki tempat tinggal. Selain itu, Shanna juga mencoba mencari pekerjaan untuk biaya hidupnya, dia tidak ingin menyusahkan Widia.

“Aku nggak apa-apa kok, Har. Cuma kelelahan karena kuliah dan kerja aja.”

Shanna tidak berbohong. Selain karena pikirannya yang terus memikirkan Damar, Shanna juga merasa lelah karena kurang istrirahat. Itu karena Shanna memilih bekerja pada sif malam, yang waktu kerjanya mulai pukul empat sore sampai pukul sepuluh malam. Di mana dirinya baru benar-benar bisa beristirahat pukul sebelas malam lewat. Selain itu, dia jugaharus bangun pukul tiga dini hari untuk membantu pengurus panti asuhan membuat sarapan untuk anak-anak.

“Baba!” seru Shanna terkejut dengan mata melebar sempurna ketika melihat Damar memasuki mini market.

“Jadi selama ini kamu bekerja di sini?” Damar mengabaikan keterkejutan Shanna dan berjalan ke meja kasir. Matanya menatap Harsa yang berjaga di samping Shanna sesaat sebelum fokus menatap putrinya lekat-lekat.

“Dari mana baba tahu aku bekerja di sini? Apa baba mengikutiku?”

“Tidak. Tapi Rangga yang memberi tahu baba kalau kamu bekerja di sebuah mini market.”

“Rangga?”

“Kemarin dia melihatmu di sini dan tadi pagi dia memberitahu baba. Karena itulah baba ke sini untuk menjemputmu. Sekarang lebih baik kamu pulang. Baba tidak ingin kamu bekerja hingga larut malam. Lihat wajahmu itu. Terlihat pucat dan ada kantong pandanya.”

“Maaf, Ba, lebih baik baba pergi aja. Sekarang masih jam kerjaku.”

“Di mana manajernya? Baba ingin bicara sebentar.”

“Beliau nggak ada di sini.”

“Kalau begitu baba minta nomor ponsel manajernya.”

“Aku nggak punya nomornya. Lebih baik baba pulang aja dan jangan menggangguku.”

Shanna tidak ingin membuat keributan dan mengganggu kenyamanan pelanggan.

“Kalau kamu tidak ingin pulang sekarang bersama baba, maka baba juga tidak akan pergi. Baba akan menunggumu sampai kamu selesai bekerja.”

“Terserah.” Shanna menjawab tidak acuh.

“Shanna, siapa dia?” tanya Harsa ketika Damar meninggalkan meja kasir dan menuju rak makanan.

“Dia ayahku.”

“Ayahmu?” ulang Harsa terkejut.

“Hm!”

Harsa tidak bertanya lagi ketika Damar berjalan kembali ke kasir dengan berbagai macam makanan ringan dan membayarnya. Damar memberikan semua belanjaannya kepada Shanna. Dia keluar dari mini market dengan hanya membawa beberapa camilan dan minuman, menunggu Shanna dengan duduk di kursi teras mini market yang memang disediakan untuk para pelanggan duduk. Sesekali Damar memperhatikan Shanna bekerja dari balik dinding kaca mini market.

Damar benar-benar menunggu hingga Shanna selesai bekerja.

Karena Damar bersikeras ingin mengantarnya pulang, maka tidak ada pilihan lain bagi Shanna untuk tidak mengikuti pria itu. Sebab itulah, sebelum pulang, Shanna meminjam topi dan jaket Harsa yang akan dia gunakan untuk kabur dari Damar nanti.

Pukul sepuluh malam, Shanna dan Harsa berganti sif dengan rekan mereka yang lain. Shanna menghampiri Damar dengan membawa belanjaan yang dibelikan oleh Damar tanpa dia sentuh sama sekali.

“Baba, aku mohon. Tolong jangan menggangguku.” Shanna berkata lebih dulu sebelum Damar membuka suara. “Aku sedang berusaha untuk menghilangkan perasaanku pada baba. Tapi kalau baba terus menemuiku seperti ini, maka aku nggak akan bisa melakukannya.”

Untuk sesaat Damar terdiam sebelum berkata, “Sekarang sudah malam. Ayo baba antar kamu pulang. Katakan, di mana sekarang kamu tinggal?”

Shanna menghela napas pasrah dengan kekeraskepalaan ayahnya. Dia mengikuti langkah Damar yang berjalan ke mobil sembari menggandeng tangannya.

“Aku belum makan, jadi nanti mampir dulu di rumah makan nggak jauh dari sini,” ucap Shanna setelah berada di dalam mobil.

Shanna hanya diam saja ketika Damar mengomel setelah mendengar bahwa dirinya belum makan. Sebenarnya dia sudah makan malam, itu hanya alasannya saja supaya bisa meninggalkan Damar.

Kurang lebih tiga ratus meter dari mini market, Damar menghentikan mobilnya di sebuah rumah makan yang disebutkan oleh Shanna. Rumah makan yang buka 24 jam.

“Baba masuk duluan aja. Aku mau ke toilet dulu.”

Shanna keluar dari mobil dan langsung menuju ke toilet yang berada di samping rumah makan. Dia segera mengenakan jaket serta topi milik Harsa. Shanna memperhatikan Damar dari kejauhan, memastikan pria itu tidak akan memergoki dirinya.

“Maafkan aku, Baba.”

Shanna berjalan dengan langkah lebar, setelah cukup jauh, dia berlari sekuat tenaga menjauhi rumah makan dan menghentikan sebuah taksi yang kebetulan melintas.

“Maafkan aku, Baba,” gumam Shanna dengan perasaan bersalah sembari menatap ke arah rumah makan di mana Damar saat ini sedang menunggunya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Menikahi Ayah Angkat   BAB 6 : Keras Kepala

    Tidak ingin Damar mengikuti dan mengetahui tempat tinggalnya, Shanna mempersiapkan perlengkapan untuk dirinya menyamar. Sayangnya sudah empat hari berlalu, Damar tidak pernah menemuinya lagi.Kecewa?Tentu saja! Namun, sebisa mungkin dia menekan perasaannya. Mungkin ini yang terbaik untuk mereka. Bukankah memang ini yang dia inginkan?Sayangnya, semakin Shanna mencoba mengabaikannya, perasaan rindunya kepada pria itu semakin menyiksa dirinya. Belum lagi rasa bersalahnya karena telah meninggalkan Damar begitu saja empat hari yang lalu.Shanna menghela napas pelan.“Shanna, Bu Widia memintamu datang ke ruangannya,” ucap seorang pengurus panti asuhan ketika melihatnya sudah pulang.“Untuk apa Ibu memanggilku malam-malam begini?” kening Shanna berkerut penuh tanda tanya.“Aku tidak tahu. Lebih baik kamu langsung ke ruangan beliau saja.”“Terima kasih, Kak.”Shanna bergegas menuju ke ruangan Widia. Betapa terkejutnya Shanna ketika mendapati Damar juga berada di sana.Widia menatap Shanna de

    Last Updated : 2023-12-19
  • Menikahi Ayah Angkat   BAB 7 : Pulang

    Dua puluh satu tahun hidup bersama Damar, tidak pernah sekali pun pria itu marah atau membentaknya. Namun, tidak pernah terpikirkan oleh Shanna kalau ayahnya itu tetap sabar dan tidak marah atau membenci dengan apa yang sudah dia lakukan. Terbukti dengan Damar yang tetap menemui Shanna dan menunggunya pulang bekerja, serta mengantarnya pulang ke panti asuhan. Dan hal itu berlangsung selama hampir dua minggu.“Baba tidak memaksamu. Tetapi selama kamu tidak kembali, baba tidak akan pernah berhenti datang ke tempat kerjamu,” ucap Damar santai, tidak ada nada kesal sedikit pun. “Kalau kamu ingin baba berhenti datang ke tempat kerjamu, maka kamu harus ikut baba pulang ke rumah.”Shanna hanya diam dengan tangan terlipat di depan dada. Dia tidak tahu harus mengatakan apa lagi supaya Damar berhenti menemuinya lagi.Damar tersenyum kecil seraya melirik Shanna. Suasana di dalam mobil kembali hening hingga mobil berhenti di depan panti asuhan. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Shanna keluar dar

    Last Updated : 2023-12-20
  • Menikahi Ayah Angkat   BAB 8 : Tinggal Bersama

    Damar benar-benar menepati janjinya untuk menghabiskan akhir pekannya bersama Shanna. Melupakan bahwa mereka pernah bertengkar. Namun, berbeda dengan Shanna yang masih merasa canggung dan bersalah atas sikapnya kepada pria itu selama dua bulan terakhir.“Baba, ayo kita pulang!” Shanna menatap arloji di tangan kirinya yang menunjukkan pukul tiga sore.“Sekarang masih jam tiga. Kenapa buru-buru pulang?”“Aku harus bekerja. Aku nggak mau telat.”“Kerja?” Damar menatap Shanna dengan alis terangkat tinggi. “Kenapa kamu masih kerja? Lebih baik kamu berhenti kerja. Baba tidak mengizinkan kamu untuk bekerja.”“Baba, aku sudah mengikuti keinginan baba untuk tinggal bersama. Tapi aku nggak janji untuk berhenti kerja. Terserah baba mengizinkan atau nggak, aku tetap akan bekerja.”“Kamu boleh bekerja, tetapi tidak di mini market. Apalagi jam kerjamu di malam hari yang membuatmu harus pulang malam. Baba tidak mau kamu kelelahan. Baba ingin kamu fokus dengan kuliahmu. Lagi pula apa uang saku yang ba

    Last Updated : 2023-12-20
  • Menikahi Ayah Angkat   BAB 9 : Cemburu

    Shanna dan Damar secara bersamaan menatap ke belakang. Damar tersenyum lebar pada wanita yang menghampiri mereka.“Kebetulan sekali kita bertemu di sini.” Wanita itu berhenti tepat di hadapan mereka berdua. Senyum lebar menghiasi wajahnya yang cantik.“Aliya,” nada Damar terlihat senang. “Ya, kebetulan sekali. Kamu sendirian saja?”“Ya, aku sendirian saja.”Damar memperkenalkan Shanna dengan Aliya, lalu bersama-sama mereka memasuki restoran. Rencana makan siang berdua, kini menjadi bertiga.Damar menceritakan kepada Shanna bahwa Aliya adalah teman masa SMA-nya dan Galang. Lebih tepatnya, mereka berteman sejak kelas 1 SMA. Mereka masih berhubungan baik meski jarang bertemu, sebab Aliya yang menikah setelah lulus kuliah dan ikut suaminya tinggal di Surabaya.Sekarang Aliya kembali ke Jakarta karena sudah bercerai dengan suaminya. Mereka tidak memiliki anak karena sang suami dinyatakan mandul.Damar tampak sangat bahagia dan menikmati ketika berbicara dengan Aliya. Hal itu entah kenapa me

    Last Updated : 2023-12-21
  • Menikahi Ayah Angkat   BAB 10 : Damar Murka

    “Aku sangat yakin sekali, Shan.” Deva menjawab mantap. “Maafkan aku. Saat itu aku nggak bermaksud mengintip. Kebetulan saat itu aku lagi ke toilet. Dan saat kembali aku nggak sengaja melihat Om Damar berpelukan dengan wanita itu. Aku juga melihatmu bersama Viona menatap mereka waktu itu.”Hati Shanna sakit mendengar kenyataan ini. Damar yang dia pikir benar-benar terbuka kepadanya, ternyata tidak sepenuhnya terbuka. Tampaknya dia terlalu menganggap dirinya adalah orang yang sangat penting dalam hidup pria itu.Suasana hatinya yang buruk membuat Shanna mengajak Deva untuk segera pulang. Dia sudah tidak berminat lagi untuk jalan-jalan. Damar yang baru pulang pukul sembilan malam terkejut ketika melihat dirinya sudah berada di rumah.“Baba pikir kamu masih belum pulang.” Damar mendudukkan diri di samping Shanna yang menonton televisi.Shanna tersenyum kecil tanpa menatap Damar. “Aku capek. Makanya pulang cepat.”“Sini, tidur di pangkuan baba.” Damar menepuk pahanya.Shanna tidak mengataka

    Last Updated : 2023-12-21
  • Menikahi Ayah Angkat   BAB 11 : Perasaan Deva

    Shanna masih ingat dengan jelas bagaimana ekspresi kecewa Damar ketika dia mengatakan perasaannya kepada pria itu. Karena itulah dia tidak ingin membuat Damar kecewa kepadanya. Sudah cukup dia mengecewakan pria itu dengan perasaannya yang tidak semestinya dia miliki.“Apa pun pilihanmu, baba akan selalu mendukungmu.” Damar mengusap kepala Shanna lembut. “Kalau begitu, hari ini kita makan malam di rumah atau di luar?”“Memangnya baba nggak ada janji makan malam sama Tante Aliya?” tanya Shanna santai, meski dadanya terasa sesak ketika mengingat betapa bahagianya Damar saat mengobrol dengan Aliya.Namun, dia sudah berjanji kepada dirinya sendiri untuk membalas kebaikan Damar. Kalau benar Damar mencintai Aliya, sebagai seorang anak, dirinya hanya bisa merestui mereka. Dia tidak ingin menjadi orang yang egois dengan cara memonopoli Damar untuk dirinya sendiri. Sudah cukup dua puluh satu tahun dirinya memonopoli Damar. Mungkin sekarang sudah waktunya ayahnya itu mencari kebahagiaannya sendir

    Last Updated : 2023-12-25
  • Menikahi Ayah Angkat   BAB 12 : Merasa Bersalah

    Beberapa kali Shanna mengirim pesan kepada Deva, tetapi jawaban yang diberikan Deva sangat singkat. Itu pun baru dibalas beberapa jam kemudian. Shanna juga berusaha menelepon Deva, sayangnya tidak ada satu pun panggilan darinya yang diangkat. Hal itu membuat Shanna berpikir yang tidak-tidak. Walau begitu, Shanna berusaha berpikir positif seperti yang disarankan oleh Viona dan Neila, meski sangat sulit bagi Shanna untuk melakukannya.“Ada apa, hm? Baba perhatikan beberapa hari ini wajahmu tampak kusut. Apa ada masalah?” tanya Damar yang duduk di samping Shanna, menemani gadis itu menonton televisi setelah makan malam. “Katakan pada baba, apa yang terjadi sampai kamu terlihat kusut begitu akhir-akhir ini?”Shanna tersenyum kecil. “Nggak ada apa-apa, Ba. Aku cuma sedikit stres mikirin proposalku yang harus revisi lagi.”Shanna tidak bermaksud untuk berbohong, tetapi dia tidak ingin terlalu terbuka seperti sebelumnya kepada Damar. Dia berusaha untuk tidak terlalu bergantung kepada pria itu

    Last Updated : 2023-12-26
  • Menikahi Ayah Angkat   BAB 13 : Bertengkar

    Sayangnya Shanna tidak memperhatikan hal itu dan dengan santai dia berkata, “Dia Ansel, teman pacar Viona. Kemarin Viona mengatur kencan buta untukku dan Ansel. Jadi tadi sepulang kuliah kami bertemu di kafe dekat kampusku. Baba tumben jam segini sudah pulang?”Shanna heran kenapa Damar sudah berada di rumah, padahal sekarang masih pukul dua siang. Biasanya Damar selalu pulang tepat waktu, pukul lima sore. Tidak pernah lebih atau kurang.“Baba pulang karena ada dokumen yang harus baba ambil. Ya sudah, kalau begitu baba pergi dulu.” Damar mencium kening Shanna sebelum menuju ke mobilnya dan meninggalkan rumah.Shanna yang tidak sempat menghindar hanya bisa pasrah dan langsung masuk ke rumah untuk berganti pakaian. Lalu kembali melanjutkan obrolannya bersama Ansel melalui telepon.Bersama Ansel, Shanna sedikit dapat melupakan rasa bersalahnya kepada Deva. Tidak terasa waktu berlalu dengan cepat. Shanna terkejut dan juga senang ketika melihat akhirnya Deva sudah kembali berkumpul bersama

    Last Updated : 2023-12-27

Latest chapter

  • Menikahi Ayah Angkat   BAB 84 : Bertemu dengan Helia

    Shanna mengikuti Viona yang menunjuk ke arah luar. Matanya membulat sempurna ketika melihat Helia berdiri di parkiran, di dekat sebuah mobil sedan berwarna biru. Tidak menyangka Helia begitu gigih untuk bisa bertemu dengan Nadia.Kedua sudut bibir Shanna terangkat sedikit, sangat samar hingga tidak ada yang bisa melihat senyumnya.Kening Viona berkerut. “Untuk apa dia di sini?”“Entahlah, aku nggak tahu, Vi,” jawab Shanna berbohong.Shanna sangat yakin kehadiran Helia pasti ada hubungannya dengan Nadia. Namun, Shanna tidak menemukan sosok wanita itu saat mengedarkan pandangan ke segala arah.‘Di mana wanita itu?’ pikir Shanna penasaran dengan keberadaan Nadia.“Ada apa, Shan?” tanya Devara yang membuat Shanna terkejut dan refleks menatap Devara dengan senyum kecil.“Nggak ada apa-apa, Tante.” Shanna menjawab cepat. “Cuma sedikit heran aja, kenapa restoran ini sepi sekali. Padahal sekarang sudah waktunya makan siang.”“Mungkin mereka banyak yang memilih makan di lantai atas,” ucap Kayra

  • Menikahi Ayah Angkat   BAB 83 : Kecurigaan Damar

    Shanna dan Viona pun pergi ke lantai atas, di mana lantai atas merupakan pusat jajanan serba ada.“Kalau aku melihatnya lagi, aku benar-benar nggak akan melepaskan Helia,” ucap Viona masih dengan kekesalan yang kentara karena tidak berhasil bertatap muka dengan Helia.“Kamu sudah tahu identitas wanita itu?” tanya Shanna berpura-pura tidak tahu. Dia ingin tahu sejauh mana Viona mengetahui identitas Helia.“Oh, aku lupa memberi tahumu. Kemarin orang yang kupinta untuk mencari tahu mengenai gadis itu memberikan informasinya padaku. Gadis itu namanya Helia Danastri. Dia yatim piatu. Dibesarkan di panti asuhan di pinggiran kota.”Viona pun dengan semangat membara memberi tahu Shanna mengenai Helia. Shanna bersyukur informasi yang didapatkan Viona hanyalah informasi umum. Dia tidak tahu apa yang akan ketiga temannya lakukan kalau mengetahui identitas Helia yang sebenarnya.“Apa aku harus memenuinya langsung ke rumahnya, ya?” celetuk Viona tiba-tiba.“Nggak perlu, Vi.” Shanna menjawab cepat.

  • Menikahi Ayah Angkat   BAB 82 : Bersenang-Senang

    Shanna dan Kayra adalah orang yang paling pendiam di acara makan siang itu. Shanna hanya membuka suara saat ada yang bertanya. Berbeda dengan Devara yang berbaur bersama teman-temannya. Senyum dan tawa renyahnya tidak pernah berhenti.Shanna merasa waktu berjalan begitu lambat. Acara berakhir saat Shanna berada di ujung rasa bosannya.Shanna menghela napas lega begitu mereka berada di dalam mobil.“Maaf kalau membuatmu tidak nyaman.” Devara menggenggam tangan Shanna. Penyesalan dan rasa bersalah terdengar jelas pada nada bicaranya.Shanna tersenyum kecil. “Nggak apa-apa, Tante. Mungkin memang aku aja yang masih belum bisa beradaptasi. Jadi tante nggak perlu mengkhawatirkanku.”“Kalau misalnya tante mengajakmu untuk berkumpul dengan mereka lagi, kamu mau ikut lagi, ‘kan?”Tubuh Shanna sedikit tegang. Ekspresinya pune berubah.“Tante hanya bercanda.” Devara tertawa pelan. “Tante tahu kamu tidak nyaman bersama mereka. Jadi tidak mungkin tante mengajakmu untuk bertemu mereka lagi.”Seketik

  • Menikahi Ayah Angkat   BAB 81 : Kehangatan Keluarga Hattala

    Pukul enam sore, Shanna dan Ardo meninggalkan rumah menuju kediaman Hattala. Tadi sore Devara meneleponnya, mengundangnya untuk makan malam bersama di kediaman Hattala.Sudah lama Shanna tidak berkujung ke kediaman Hattala, sehingga saat dirinya tiba, Shanna langsung disambut dengan antusias oleh keluarga Hattala, terutama oleh anak-anak Galang dan Devara. Sama seperti Galang yang menganggap Shanna seperti anaknya, Shanna pun menganggap kedua anak Galang seperti keponakannya sendiri.“Kenapa kamu tidak bilang kalau Damar ke luar kota?” Devara menatap Shanna dengan ekspresi kesal. “Seharusnya kamu bilang. Atau kalau tidak, kamu bisa bermain ke sini.”“Benar.” Galang ikut menyahuti. “Kalau tadi aku tidak menelepon Damar untuk mengundangnya makan malam, aku tidak akan tahu kalau dia ke luar kota. Apalagi Damar sudah hampir tiga minggu di luar kota.”Shanna tersenyum canggung. “Aku nggak mau membuat Tante dan om khawatir. Lagian ada Kak Ardo yang menemaniku di rumah.”Galang menghela napas

  • Menikahi Ayah Angkat   BAB 80 : Traktiran Deva

    Beberapa hari berlalu, Helia rutin datang ke rumah Nadia. Sayangnya wanita itu tidak pernah bisa menemui Nadia.Tidak hanya Ardo yang memberi laporan seperti itu kepada Shanna. Ketiga sahabatnya pun mengatakan hal yang sama mengenai Helia yang selalu mendatangi rumah Nadia belakangan ini.“Aku benar-benar penasaran dengan tujuan wanita itu mendatangi rumah Nadia.” Viona meletakkan gelas minumnya. Rasa penasaran kentara pada nada bicaranya.“Sepertinya kita harus menyelidiki wanita itu juga,” usul Neila. “Aku yakin pasti ada sesuatu. Nggak mungkin wanita itu akan menemui Nadia tanpa memiliki maksud tertentu.”“Ya, kamu benar, Nei.” Viona setuju dengan usulan Neila. “Nanti aku akan meminta orang untuk menyelidikinya juga.”“Tapi aku benar-benar salut pada wanita ular itu,” ucap Neila kesal. “Sudah lama kita mengawasinya, tapi kita masih belum bisa menemukan kelemahannya.”“Kamu benar. Apa mungkin orang yang kita sewa itu nggak kompeten?” Viona berkata dengan sedikit ragu.“Nggak mungkin.

  • Menikahi Ayah Angkat   BAB 79 : Helia Beraksi

    Pagi-pagi sekali Shannna sudah bersiap. Dia berdiri di depan cermin, memandangi penampilannya. Dadanya berdebar kencang. Hari ini adalah sidang skripsinya. Shanna yakin dia bisa menyelesaikan ujian dengan baik, tetapi tidak dapat dipungkiri kalau dia gugup menghadapi sidang.“Halo, Ba?” Shanna menerima panggilan telepon dari Damar dengan antusias.“Halo, Sayang. Kamu sudah sarapan?”“Sudah, Ba. Ini, sekarang aku sudah siap-siap untuk berangkat ke kampus. Baba sudah sarapan?” jawab sekaligus tanya Shanna.Dua hari yang lalu, Damar mendadak izin pergi ke luar kota. Ada masalah pada perusahaan cabang yang mengharuskan Damar untuk datang langsung. Shanna tidak tahu kapan Damar akan kembali. Pria itu tidak mengatakan apa-apa. Hanya mengingatkannya untuk behati-hati dan menjaga diri dengan baik selama di rumah.“Belum. Sebentar lagi aku akan sarapan. Hati-hati di jalan, Sayang. Dan semoga sukses.”“Iya, Ba. Baba jaga kesehatan. Nanti aku telepon lagi kalau sudah selesai sidang.”“Ya.”Setela

  • Menikahi Ayah Angkat   BAB 78 : Kekesalan Para Sahabat

    Shanna benar-benar bahagia. Akhirnya dia memiliki senjata mematikan untuk membalas Nadia. Dia benar-benar tidak menyangka Nadia memiliki rahasia kelam. Rahasia yang tidak diketahui oleh satu orang pun. Termasuk orang tuanya.Shanna tidak bisa menahan senyum lebarnya saat membayangkan bagaimana reaksi publik saat mengetahuinya. Shanna tidak sabar ingin melihat bagaimana reaksi Nadia kalau semua rahasia kelamnya terekspos. Dia yakin Nadia tidak akan berani menampakkan diri untuk selamanya. Membayangkannya saja Shanna sudah sangat bahagia dan tidak sabar menanti semua itu terjadi.“Baba!” seru Shanna saat mengingat sesuatu, bergegas dia meninggalkan kamar dan menuju dapur.“Oh, kamu datang. Aku baru saja mau memanggilmu untuk sarapan,” ucap Damar seraya meletakkan masakan terakhirnya di meja makan.“Hm!”Shanna menuju meja makan. tatapannya tidak lepas dari wajah Damar.“Ada apa?” tanya Damar karena Shanna yang terus menatapnya.“Ba, apa baba sudah membaca berkas itu?”“Ya, tentu.” Damar

  • Menikahi Ayah Angkat   BAB 77 : Mendapatkan Informasi Nadia

    Damar membuka mulutnya, tetapi kemudian tersenyum kecil ketika mendengar perut Shanna berbunyi. Lumayan keras hingga semua orang di sana dapat mendengarnya.Shanna menunduk malu sembari merutuk dalam hati. Bisa-bisanya perutnya berbunyi begitu keras di hadapan banyak orang. Namun, dia juga tidak bisa mengendalikan perutnya yang memang lapar akibat aktivitas mereka tadi siang.“Lebih baik kita makan dulu, setelah itu kamu bisa membaca itu nanti,” ucap Damar agar semua perhatian orang beralih dari Shanna.Shanna menurut meski penasaran dengan isi amplop itu.“Ba, apa baba yang menghapus semua videoku yang beredar di internet?” tanya Shanna di sela-sela makannya.“Ya. Aku tidak mungkin tidak melakukan apa-apa saat ada skandal mengenai dirimu.” Damar menatap Shanna. “Tidak perlu membahasnya lagi. Lebih baik sekarang makan yang banyak.” Damar mendekatkan diri kepada Shanna dan berbisik. “Supaya kamu memiliki tenaga untuk kita bermain lagi nanti malam.”Shanna refleks menginjang kaki Damar.

  • Menikahi Ayah Angkat   Bab 76 : Nasihat dari Devara

    Kedatangan kedua sahabatnya membuat Shanna melupakan skandalnya.Sesuai janjinya, Deva datang ke rumah Shanna tepat pukul sepuluh pagi. Pria itu pun langsung menanyakan pertanyaan yang sama seperti yang Viona dan Neila ajukan kepada Shanna. Dan Shanna pun kembali menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.“Wanita itu memang harus dibuat jera, biar nggak membuat onar seenak jidatnya aja,” komentar Deva. Pemuda itu menatap Shanna lekat-lekat. “Lebih baik untuk sekarang kamu jangan bermain internet dan media sosial.”Shanna mengangguk. “Ya.”Deva tinggal selama beberpa lama sebelum akhirnya pamit pulang. Itu karena banyak pekerjaan yang masih harus dikerjakannya. Begitu pula dengan Viona dan Neila. Mereka berdua pun pulang setelah makan siang bersama.Tepat setelah Viona dan Neila meninggalkan rumah, Devara menelepon Shanna dan menanyakan kondisi Shanna saat ini.“Aku baik-baik aja, Tante. Tante nggak perlu khawatir.” Shanna berusaha menenangkan Devara yang terdengar khawatir.Terdengar De

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status