Share

Bab 43b

Huff, aku hanya dapat menghela napas. Agak khawatir tetangga mendengar ucapan Mas Gilang yang "nge-gas". Di kompleks perumahan kami, malam hari selalu sunyi, dan posisi kamar ada di sisi depan. Motor atau orang yang berbicara lewat saja, bisa kami dengar dengan jelas.

Kantukku rasanya sudah pergi mendengar serangan pertanyaannya yang bertubi-tubi. Dadaku sudah bergemuruh menahan emosi.

“Astaghfirullah, Mas. Kami nggak pernah berbalas pesan. Sumpah, baru sekali itu dia kirim pesan padaku,” sahutku dengan berusaha menekan intonasi suara.

Dan memang kenyataan demikian. Tak ada yang dibahas dengannya selama ini. Dan akupun bukan orang yang hangat dengan lawan jenis. Termasuk dengan Kak Arfan, meski dia bukan orang lain. Kalau bukan hal penting, jarang aku berkirim pesan.

“Halah, bisa jadi langsung kamu hapus percakapan sebelumnya. Toh mana aku tahu,” ujarnya setengah bergumam.

Ada rasa tak terima dengan tuduhannya. Tapi, enggan rasanya aku menanggapinya.

“Pantas saja diajak nyari
ET. Widyastuti

Jangan lupa tinggalkan komentar ya, agar aku makin semangat update. Terimakasih bagi yang sudah kasih ulasan bintang 5 dan GEM-nya di ceritaku ini. Mampir juga di ceritaku yang lain. Love buat kalian semua....

| 3
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (10)
goodnovel comment avatar
Bintang ponsel
sekar2 begoknya jgn dipelihara tgl tlpn si arfan, udh tu gk ush trlalu ngalah ama suami yg sok disanjung2 dlu aja dia sma sakina gk prnh ngjaga prasaan loe gedek gue,
goodnovel comment avatar
Heri Prambanan
cerita gak masuk akal, memposisikan wanita sebagai mahluk lemah dan bodoh, dan itu dikekalkan oleh pengarang cerita ini
goodnovel comment avatar
Siti Zahra
aq benci ro gilang
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status