Share

Bab 39

Author: Pena_yuni
last update Last Updated: 2023-01-28 19:18:50

Citra, dia tidak ingin aku pulang. Dia ingin istirahat, jika aku yang menemaninya tidur. Tentu saja hal ini membuat Mbak Cindy keberatan. Ia tidak mengizinkan aku menunggui Citra, dengan alasan aku akan mencelakai balita itu.

Sungguh pikiran yang sangat kotor.

"Gak mau sama Mami, Mami pegi-pegi terus. Maunya sama Tante aja," ujar Citra seraya merengek menangis.

"Mami tidak akan pergi, Mami mau nemenin Cici di sini. Sama Mami, aja, ya?" bujuk Mbak Cindy. Namun, Citra menggeleng. Ia kekeh ingin aku, yang menemani dia si sini.

Entahlah, aku juga tidak tahu kenapa Citra memilih aku dibandingkan ibunya sendiri. Pada umumnya, anak seusia dia akan selalu ingin bersama ibunya dalam keadaan apa pun. Apalagi, dalam keadaan sakit seperti ini.

"Sudah, Sin, biarkan Citra sama Raya, Raya tidak akan mencelakai anakmu. Dia juga seorang wanita yang akan menjadi Ibu, tidak mungkin dia jahat pada Citra." Mama ikut bersuara memberikan saran pada menantu yang keras kepala ini.

"Gak mau, Ma. Citra anakku,
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
H n H
hadeh... Raya labil neh. di suruh jaga ponakan, malah kabur kaburan . gimana maminya ga kesel.
goodnovel comment avatar
èR Prisma
ga usah ikut raya, nanti malah jd fitnah. apalg di amanahkan untuk jaga citra, jd maunya masuk kamar aja.nungguin suamimu sm citra
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menikah dengan Pria Buruk Rupa, Ternyata Dia ....   Bab 40

    "Apa yang ingin kamu bicarakan, Ga?" Pria yang duduk di depanku menghela napas, lalu mengembuskannya perlahan. Matanya lekat melihatku yang juga tengah menatapnya. Arga tidak langsung bicara. Ia melemparkan pandangan pada beberapa orang yang berada di kantin rumah sakit ini. Aku bersedia ikut dengannya, karena penasaran dengan apa yang akan dia sampaikan padaku."Maafkan aku, Ra." "Untuk?" tanyaku tidak mengerti."Kejadian dulu yang membuatmu sakit.""Sudah aku maafkan, aku harus kembali ke kamar Citra," ucapku berdiri. Sungguh, aku tidak ingin mendengar apa pun tentang itu. Aku sudah mengubur dalam-dalam rasa sakitku yang dulu hampir membuatku enggan untuk mengenal seorang pria lagi. "Ra, tunggu! Duduklah, aku butuh waktumu sebentar. Tidak usah bicara, cukup dengarkan apa yang ingin aku katakan."Aku duduk kembali. Melipat tangan di atas meja, dengan pandangan fokus pada gelas berisikan kopi."Jujur, aku sangat kaget saat mendengar kabar jika kamu menikah. Aku tidak menyangka ka

    Last Updated : 2023-01-28
  • Menikah dengan Pria Buruk Rupa, Ternyata Dia ....   Bab 41

    Lima hari sudah berlalu, katanya Citra sudah bisa dibawa pulang. Aku tidak sempat menjenguknya lagi karena Mas Raffi yang sibuk. Akhir-akhir ini Mas Raffi sering pulang telat karena bengkel dan rental mobil miliknya diserbu pelanggan. Aku sering kasihan melihat suamiku yang pulang dengan wajah lelah. Hanya pijatan di pundak yang aku suguhkan setiap hari saat ia kembali ke rumah. Aku belum bisa melakukan lebih, atau menyuguhkan sesuatu yang berharga yang kupunya. Karena kemarin, aku masih datang bulan.Namun, tidak untuk hari. Sepertinya malam ini akan jadi malam bersejarah untukku. Pagi ini, aku sudah bersuci. Tamu bulananku sudah pergi dengan sendirinya."Mbak Raya! Kemon!" Suara cempreng Bi Marni terdengar nyaring. Aku buru-buru turun menemui wanita itu."Berangkat sekarang, Bi?" "Ya, sekarang. Masa, tahun depan?" Aku nyengir memperlihatkan deretan gigiku pada Bi Marni. Satu minggu di sini, aku banyak tahu tentang wanita itu. Kehidupan keluarganya, juga masalah rumah tangganya ya

    Last Updated : 2023-01-28
  • Menikah dengan Pria Buruk Rupa, Ternyata Dia ....   Bab 42

    Kututup wajahku dengan selimut saat Mas Raffi menyalakan lampu yang tadi ia matikan. Sungguh, aku malu jika Mas Raffi melihat wajah ini. Kejadian tadi membuatku kehilangan muka di depan suamiku sendiri. Aku akan malu seumur hidup, dan tidak akan pernah melupakan kejadian tadi. Entah karena gugup atau takut, tiba-tiba saja aku kelepasan dan kentut di depan suamiku. Sungguh memalukan!"Kenapa ditutup wajahnya?" tanya Mas Raffi. Ia kembali naik ke ranjang, dan membaringkan tubuhnya di sampingku. Aku tidak menjawab pertanyaan Mas Raffi, memilih diam di balik selimut yang membungkus tubuh polosku. "Aku tahu, kalau kamu belum tidur, Ra. Kalau masih bersembunyi, aku matikan lagi lampunya," ujar Mas Raffi lagi, mengancamku.Perlahan, aku menurunkan selimut dari wajahku. Melihat ke arah Mas Raffi seraya menggigit bibir. Kedua sudut bibir Mas Raffi terangkat dengan mata yang tak lepas dariku.'Ah, aku malu!'Tangan Mas Raffi melingkar di pinggangku, menarik dengan lembut tubuhku, hingga kit

    Last Updated : 2023-01-28
  • Menikah dengan Pria Buruk Rupa, Ternyata Dia ....   Bab 43

    Mama dan Papa saling pandang lagi. Kemudian, Papa tertawa terbahak saat menyadari sesuatu. Mama pun ikut tertawa saat tangannya menyentuh kepala putranya yang masih basah."Tahu, kan sekarang, gimana rasanya menikah itu? Sudah merasakan, dia Mah." Papa kembali terbahak."Pantesan senyum-senyum terus dari tadi. Udah gitu pake peluk-peluk Mama segala, lagi. Eh, tahunya beneran lagi seneng. Selamat, sudah bongkaran!" kelakar Mama membuat kedua telinga Mas Raffi semakin memerah.Pria itu melepaskan pelukannya dari Mama, kemudian menarik kursi dan duduk di depan Papa. Aku semakin enggan untuk menghampiri mereka. Wajahku sudah memanas duluan akibat ulah Mas Raffi. "Sekarang, Raya di mana? Kamu gak bikin dia jadi susah jalan, kan?" tanya Mama langsung membuatku menutup wajah.'Mas Raffi memang benar-benar, ya. Bikin malu aja.' Aku menggerutu dalam hati.Untuk menenangkan hatiku yang terus berlari maraton, aku memilih tidak dulu menghampiri mereka di ruang makan. Dan akhirnya memilih duduk d

    Last Updated : 2023-01-28
  • Menikah dengan Pria Buruk Rupa, Ternyata Dia ....   Bab 44

    "Hai, Jeng Rianti, apa kabar? Aduh, makin segar saja!" "Kabar baik, sangat baik malah."Kedua wanita itu tertawa dengan saling berpelukan. Saat ini, aku sudah berada di acara arisan Mama. Ini tidak seperti arisan ibu-ibu PKK yang ada di kampungku. Semuanya terlihat mewah dengan hidangan seperti di restoran. Orang-orang yang datang pun rata-rata orang berada. Terlihat dari penampilan mereka yang semuanya serba mahal.Mama membawaku duduk di sofa yang sudah ada beberapa orang tengah berkumpul dan berbincang. Mama bercipika-cipiki dengan teman-teman seusianya. "Jeng, ini menantunya yang dari kampung itu, ya?" tanya seorang wanita yang baru saja menghampiri kami.Aku menundukkan kepala semakin dalam, setelah tersenyum ramah pada wanita yang seperti toko emas berjalan itu. 'Menantu dari kampung? Ya, memang itu kenyataannya.'"Namanya Raihana Kamaya. Dia menantu dari syurga. Kalian tidak lihat, dia begitu cantik? Kesayanganku, ini!" ujar Mama seraya tertawa. Teman-teman Mama yang lain p

    Last Updated : 2023-01-30
  • Menikah dengan Pria Buruk Rupa, Ternyata Dia ....   Bab 45

    Aku menajamkan penglihatanku saat seorang wanita keluar dari mobil suamiku. Kemudian ia masuk ke dalam minimarket seorang diri. Lalu, di mana suamiku?"Lihat apa, Ra?" tanya Mama saat mobil yang kami tumpangi mulai melaju kembali."Eh, itu, Ma. Tadi Raya seperti melihat mobil Mas Raffi di depan minimarket.""Mana?" ujar Mama melihat ke belakang."Gak ada, ah. Mungkin kamu salah lihat, Ra," ucap Mama lagi."Iya, mungkin aku salah lihat."Aku tidak ingin berdebat dengan Mama cuma karena mobil yang mungkin bukan mobil milik suamiku. Namun, perasaanku mengatakan, yang tadi aku lihat memang mobil Mas Raffi. Dari warna serta platnya pun sama percis dengan kendaraan suamiku.Sampai di rumah Mbak Syahida, kami disambut hangat oleh tuan rumah. Benar saja, jika Syakila tengah sakit. Remaja itu tengah berbaring di sofa ruang tengah."Kenapa tidak dibawa ke rumah sakit, Mbak?" tanyaku kepada Mbak Syahida.Ah, aku lupa jika Mbak Ida tidak bisa bicara. Aku mengalihkan pandangan pada televisi yang s

    Last Updated : 2023-01-30
  • Menikah dengan Pria Buruk Rupa, Ternyata Dia ....   Bab 46

    Awan putih mulai menghitam, langit berwarna biru, mulai menggelap. Angin sejuk mulai terasa membelai wajahku. Kuhirup udara dalam-dalam hingga akhirnya satu demi satu tetes air mulai jatuh membasahi bumi. Kuulurkan tangan membiarkan air hujan jatuh mengenai telapak tanganku. Rasa dingin dan geli membuatku ingin tertawa sendiri. Ponselku berdering, aku yang sedang berdiri di balkon seraya bermain air hujan, harus mengakhirinya untuk bisa masuk ke kamar dan melihat siapa seseorang yang menghubungiku."Hai!" seruku riang.Wajah di balik layar pun sama senangnya denganku."Apa kabar, Ra?" "Baik. Baik banget. Eh, Ibu? Kamu di rumah Ibu, Mi?" Mimi mengarahkan kamera ponselnya pada wanita yang tengah duduk di kursi seraya melipat pakaian. Ia tersenyum padaku, seraya melambaikan tangan.Rasa rindu tiba-tiba hadir. Ingin sekali aku lari ke sana untuk menikmati belaian tangan Ibu, di pucuk kepalaku. "Iya, sengaja maen ke sini. Soalnya kan ... makanan yang kamu kirim masih banyak," ujar Mim

    Last Updated : 2023-01-30
  • Menikah dengan Pria Buruk Rupa, Ternyata Dia ....   Bab 47

    "Ada yang mau diceritakan tentang hari ini?" Aku yang tengah mengunyah kacang almond, mengalihkan pandanganku pada Mas Raffi.Tiba-tiba saja pikiranku teringat pada sesuatu di jalan tadi. Tentang mobil Mas Raffi, yang terparkir di depan minimarket.'Apa aku tanyakan saja, ya?'"Hey, kok malah diam saja. Kenapa? Aku lagi punya banyak waktu, nih. Ayo, cerita. Katanya tadi pergi sama Mama, gimana seru, gak?" Mas Raffi mencolek pipiku."Kecilin dulu volume tivinya," ujarku.Mas Raffi mengambil remot, ia mengecilkan volume tivi menjadi seperti berbisik. Aku membenarkan letak dudukku semakin tegak."Mas.""Hm.""Jangan ada rahasia di antara kita, ya?""Heem." Mas Raffi mengangguk seraya bergumam. Ia yang tadi duduk di karpet, kini duduk di sofa, di sampingku. Aku meneguk ludah sebelum memulai mengeluarkan kata. Jujur, aku gugup dan ragu untuk bertanya. Aku takut jika Mas Raffi tidak mau mengaku, dan akhirnya aku jadi memiliki sifat curiga kepada suami. "Yang pertama, tadi aku bertemu den

    Last Updated : 2023-01-30

Latest chapter

  • Menikah dengan Pria Buruk Rupa, Ternyata Dia ....   EXTRA PART SEASON 2

    "Raihanum." Aku menyebut nama dari bayi perempuan yang sedang menggeliat di tempat tidurnya. Bibirku tersenyum manis menatap sepasang mata yang mulai melihat dunia. "Selamat pagi, Sayang ...." Aku mengusap pelan pipinya dengan jari telunjukku. Dia menggoyangkan kepalanya seolah merasa terganggu dengan sentuhan lembutku. Bibirnya bergerak seperti mengemut sesuatu. Dan aku semakin gemas melihat itu. "Hey, princess Papa sudah bangun ternyata?" Aku menoleh pada Mas Raffi yang baru saja datang, dan langsung menghampiriku. Bukan. Bukan aku yang dia datangi, melainkan putri kecilnya. "Sepertinya dia haus, Sayang," ujarnya lagi. "Iya. Dia cari sesuatu.""Kasihlah. Kasihan dia."Aku pun mengambil bayi perempuan berusia empat puluh hari itu. Kini, dia menggeliat dalam gendongan, lalu kepalanya ke kanan dan kiri mencari sarapan paginya. Aku membuka kancing piyamaku, kemudian memberikan asupan gizi untuk putriku tercinta. "Persiapan di bawah gimana, Mas?" Aku melihat pada Mas Raffi. "

  • Menikah dengan Pria Buruk Rupa, Ternyata Dia ....   Bab 273 Ending Season 2 Kebahagiaan yang Sempurna

    "Sayang ... udah belum?" "Belum!" Aku berteriak menjawab pertanyaan Mas Raffi. Saat ini aku tengah mondar-mandir di kamar mandi seraya memegang testpack. Sudah lima belas menit aku di dalam sini, tapi benda kecil itu belum menyentuh urinku. Rasanya campur aduk antara takut tidak sesuai dengan ekspektasi, juga penasaran yang luar biasa. "Sayang, ayo, dong! Masa dari tadi belum terus!" Mas Raffi kembali berujar. "Iya, bentar, Mas!"Dengan tangan yang bergetar, aku memasukkan testpack ke dalam urin yang sudah aku tampung dalam wadah. Setelah beberapa detik menunggu, aku mengangkatnya dengan mata terpejam. Sebelah mata aku buka sedikit, mencari garis yang menjadi penentu aku hamil atau tidaknya. Samar-samar aku melihat garis itu, hingga akhirnya mata kubuka lebar-lebar untuk memastikan penglihatanku tidaklah salah. "Dua?" gumamku, kemudian bibir tersenyum. Aku menutup mulut dengan mata yang berkaca-kaca. Ini memang bukan kehamilan pertama, tapi rasanya masih sama seperti waktu tah

  • Menikah dengan Pria Buruk Rupa, Ternyata Dia ....   Bab 272 Telat

    "Pagi, Sayang ...."Sepasang tangan melingkar di pinggang, disusul dengan kecupan kecil di pipi. Aku yang tengah berkutat dengan alat masak, membalas sapaan Mas Raffi dengan usapan pelan di lengannya. Hal seperti ini bukan terjadi sekarang, tapi setiap pagi datang. Sikap Mas Raffi selalu hangat dan tambah romantis sejak kami tinggal di rumah ini. Itu mengapa, aku memperkejakan asisten rumah tangga yang pulang pergi. Aku tidak ingin melewatkan keromantisan ini karena ada orang lain di istana kami. "Sudah aku siapkan teh di atas meja. Mas duduk, sebentar lagi gorengan yang aku buat akan matang," ujarku. "Emh ... enggak mau. Aku mau tetap meluk kamu sampai gorengan itu pindah ke meja makan." Mas Raffi berucap manja. "Nanti kamu kecipratan minyak, Mas.""Biarin. Jangankan minyak, percikan api asmara dari luar pun bisa aku padamkan demi kamu.""Hah, gimana-gimana?" Aku menoleh, mencari wajah Mas Raffi yang menyusup di tengkuk leherku. Dia tidak berani mengangkat kepala. Malah semaki

  • Menikah dengan Pria Buruk Rupa, Ternyata Dia ....   Bab 271 Dipanggil Teteh

    "Gini aja, deh, Fi. Daripada kamu jual perhiasan Raya, mendingan kamu pinjem uang aja dari Mama." Aku yang tadi sudah berpikiran buruk, merasa lebih tenang saat mendengar suara Mama. Ternyata yang masuk tadi bukan Reyhan, melainkan Mama dan Mas Raffi yang membahas perhiasan. Oh, ya ampun. Mas Raffi ketahuan Mama akan menjual perhiasan? Aku berjalan mendekati mereka yang berada di ruang tamu. Pandanganku mengarah pada Mas Raffi yang memberikan isyarat dengan menempelkan jari telunjuk di bibirnya. Aku mengangguk kecil, lalu meraih tangan Mama dan menciumnya. "Rayyan mana, Ra?" tanya Mama tanpa melepaskan tanganku. "Lagi main di ruang tengah, Mah.""Kalau gitu, kamu duduk di sini, Mama mau bicara dengan kalian."Aku dan Mas Raffi saling pandang, lalu aku pun duduk di samping Mama. Begitu pun Mas Raffi. Kami mengapit Mama yang berada di tengah-tengah. "Fi, Ra, kalian ini masih punya orang tua. Ada Mama dan Papa, yang masih bisa bantu kalian. Bukan Mama mau sombong, soal uang, insya

  • Menikah dengan Pria Buruk Rupa, Ternyata Dia ....   Bab 270 Menjual Perhiasan

    "Semalam aku kaget banget, loh saat Mas Bayu membekap mulutku. Aku kira itu Reyhan."Aku menyeruput jus alpukat seraya memperhatikan Rayyan yang bermain. "Tadi malam, saat aku menyuruh kamu tidur, emang sudah merasakan ketidakberesan di rumah kita. Yang kata aku melihat kucing di kosan, itu sebenarnya yang aku lihat emang manusia.""Kok, gak bilang ke aku?" tanyaku. Saat ini, aku dan Mas Raffi masih membahas kejadian semalam yang membuat tubuh ini bergetar ketakutan. Kami duduk lesehan di teras depan seraya mengasuh Rayyan yang bermain di halaman. "Aku tidak mau kamu takut, Ra. Makanya aku menyuruh kamu tidur cepat. Dan setelah kami tidur, aku langsung menelepon polisi untuk datang secara diam-diam. Dan Bayu juga.""Terus, saat aku bangun dan ke lantai bawah, kamu kan tidak ada. Itu ke mana?" Aku masih bertanya karena penasaran. "Aku di luar. Secara tidak langsung, aku menggiring Reyhan masuk ke kamar tamu lewat jendela. Dan Bayu, saat itu sudah ada di dalam rumah ini. Dia aku su

  • Menikah dengan Pria Buruk Rupa, Ternyata Dia ....   Bab 269 Penangkapan Reyhan

    "Mas Bayu ngapain di sini?" tanyaku, saat dia melepaskan tangannya dari bibirku. "Aku diminta Raffi datang ke sini. Dan kamu tahu, yang ada di kamar itu siapa? Si Reyhan. Dia nyusup masuk ke rumahmu lewat jendela kamar yang tidak dikunci.""Apa?" Rasa terkejutku bertambah berkali lipat. Jika saja tadi aku masuk ke sana, habislah riwayatku. Reyhan pasti akan dengan mudah melakukan perbuatan jahatnya padaku. Suara gagang pintu yang diputar dari dalam kamar tamu, membuatku dan Bayu menoleh. Semakin lama, suara di sana semakin keras. Karena mungkin Reyhan sudah menyadari jika dia masuk perangkap. "Mas Raffi, mana?" tanyaku, karena tak kulihat keberadaan suamiku. "Dia di luar.""Sendirian?" tanyaku lagi. "Temenin, Mas. Aku takut Reyhan menyerang Mas Raffi. Dia belum pulih." Aku panik. Bayu hendak melangkah menjauh dariku, tapi dia urungkan saat ada bayangan yang berjalan mendekat ke arah kami. Tidak lama kemudian, lampu pun menyala membuat ruangan yang gelap menjadi terang. Aku lan

  • Menikah dengan Pria Buruk Rupa, Ternyata Dia ....   Bab 268 Keluargaku Dalam Bahaya

    "Mas, kenapa liatin aku terus?" Mama dan Papa, serta semua kakak Mas Raffi sudah pergi beberapa menit yang lalu. Sekarang, tinggallah kami berdua, dan Rayyan yang sudah tidur. Hari memang sudah malam. Perabot pemberian kakak-kakak Mas Raffi pun, sudah disimpan ke tempat yang semestinya. Dibantu kakak dan kakak iparku tentunya. Saat ini, aku dan Mas Raffi tengah duduk berdua di lantai dua rumah kami. Aku dan dia sedang menikmati malam, melihat bintang dan bulan yang bersinar bersamaan. Gorden kaca sengaja dibuka agar langit terlihat jelas. Di depan kami, dua cangkir teh menjadi pelengkap kebersamaanku dengan Mas Raffi. "Malu, ih diliatin terus," kataku lagi, memalingkan wajah ke arah lampu hias berbentuk hati yang berada di sudut ruangan. Mas Raffi menyentuh daguku. Menariknya sangat pelan, agar tatapanku kembali padanya. "Karena aku kagum pada kecantikan istriku ini. Makanya, aku pandang terus.""Ih, gombal, deh," ujarku. Padahal dalam hati, aku bahagia mendapatkan pujian dari

  • Menikah dengan Pria Buruk Rupa, Ternyata Dia ....   Bab 267 Sedang Miskin-miskinnya

    "Saat di hotel waktu itu, sebenarnya Mbak percaya jika kamu tidak melakukan apa-apa dengan Reyhan. Kalau kamu selingkuh dengan Reyhan, untuk apa kamu meminta Mbak datang? Iya, kan?"Aku mengangguk saat Mbak Kinara menjeda ucapannya. Saat ini, hanya ada aku dan dia. Kami duduk berhadapan di meja makan, setelah tadi Mbak Nara memintaku bicara berdua. "Saat kamu pergi dari hotel itu, sebenarnya Mbak masih ada di sana. Mbak menemui Reyhan setelah melihatmu benar-benar keluar dan pergi. Aku meminta Reyhan mengatakan apa yang terjadi antara kami dengannya, versi dia. Meskipun aku tidak percaya pada Reyhan, tapi aku tetap mendengarkan dan merekam pengakuannya. Kamu tahu kenapa?" Mbak Kinara melempar tanya. Aku menggelengkan kepala. Aku tidak mau menduga-duga dan mengatakan yang tidak ada dalam pikiran."Aku cemburu padamu, Ra. Aku iri melihat kedekatan kamu dengan Mama, juga perhatian Mama pada Rayyan.""Ya Allah, Mbak ...." Aku menatap sendu pada Mbak Kinara yang menunduk. "Maafkan Mbak

  • Menikah dengan Pria Buruk Rupa, Ternyata Dia ....   Bab 266 Kedatangan Kakak Mas Raffi

    "Ini untuk kami, Mah?" tanyaku pada Mama, yang tengah membereskan sayuran serta buah segar ke dalam kulkas. Tidak hanya itu, Mama juga membeli bermacam bumbu dapur, juga perlengkapan lainnya. "Iya, Ra. Kalau untuk Mama, tidak mungkin dikeluarkan dari mobil. Ini semua untuk kalian. Mama juga beli vitamin penambah nafsu makan untuk kamu. Tapi, Raffi enggak boleh minum vitamin ini, ya? Dia punya vitamin sendiri dari dokternya," ujar Mama. Aku mengiyakan. Meskipun malu karena keluar dari kamar dalam keadaan rambut yang basah, aku tetap menemui ibu mertua yang tengah berbenah di dapur. Sedangkan Mas Raffi, dia masih di kamar. Sedang berpakaian setelah pada akhir tadi kami mandi bersama. Untunglah, kedua mertuaku paham situasi. Dari mereka tidak ada yang mengetuk pintu kamar sejak kedatangannya. Keduanya kompak membawa bermain Rayyan agar tidak mencari keberadaan orang tuanya. Ck, malu ... aku malu. Tapi, mau gimana lagi? Semuanya gara-gara ... ah, masa iya aku harus menyalahkan Mas

DMCA.com Protection Status