Share

Bab 68

Penulis: Onynaga
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-05 21:00:24

Bab 68

Agha mondar mandir di ruang kerja sembari memegangi kertas yang ia corat coret. Sudah lama ia merencanakan untuk melamar Artha pada bapaknya. Ia menunggu waktu dan hari yang tepat dan hari inilah ia akan melamar Artha pada bapak.

Kemarin, ketika Artha bertanya kapan akan melamarnya pada bapak, Agha langsung menjawab besok. Meski sudah ia rencanakan jauh-jauh hari, tapi kenapa ketika tiba di hari H, ia malah gugup dan sulit berkonsentrasi. Isi kertas yang ia tulis sendiri pun sangat sulit ia hapal. Kertas itu sudah menjadi usang dan keriting karena bolak balik ia buka dan remas. Ia mengusap wajah secara kasar dan mengambil kembali kertas yang sempat ia lempar.

Pintu ruangannya dibuka oleh Ucok dan menepuk pundak Agha. Pria itu terlojak kaget padahal Ucok menepuk pundaknya dengan pelan.

"Kenapa lo gak ketuk pintu?" Bentak Agha pada Ucok.o

"Lo yang gak dengar! gue udah ketuk pintu ruangan lo berulang kali," jawab Ucok sembari meletakkan sebuah map ke meja Agha.

"Lagian lo kena
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menikah dengan Pariban   Bab 69

    Bab 69Agha menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat. Teringat dengan janji akan melamar sang kekasih pada bapak. Ia harus mempersiapkan penampilan sebaik mungkin dan satu hal lagi mempersiapkan hati. Jikalau calon mertuanya tidak menerimanya, jangan langsung menyerah dan putus asa. Karena ia sudah berjanji akan memperjuangkan cintanya pada Artha. Sesampainya di rumah Ucok, ia langsung masuk ke kamar dan mengambil handuk. Ia masih tinggal di rumah Ucok, di rumah ini kamar mandi terpisah dari kamar tidur. Meski mereka satu atap, mereka hanya berangkat kerja bersama dan sesekali pulang bersama. Seperti hari ini, Agha pulang sendiri ke rumah, Ucok ntah pergi kemana selalu saja ada hal penting yang lelaki itu kerjakan. Setelah selesai mandi, ia membuka lemari pakaian dan melihat kemeja mana yang akan ia gunakan. Pilihan tangannya jatuh pada kemeja lengan panjang berwarna grey dan ia menggunakan celana bahan berwarna grey juga. Setelah memakai jam tangan, ia memakai pomade dan menata ramb

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-06
  • Menikah dengan Pariban   Bab 70

    Bab 70"Cieee ada yang dilamar," ucap Rendra dengan nada bercanda pada Artha dan mendapat tepukan di pahanya.Wajah Artha merah merona dan menunduk, ia malu menatap netra Agha. Ia bergegas ke dapur untuk menyediakan minuman. Sepertinya bapak dan calon menantu itu perlu diberi minum agar pikiran mereka segar dan ketegangan di antara mereka mereda."Sepertinya kalian berjodoh, Kak," ucap Rendra yang mengikuti langkah Artha ke dapur.Artha bergeming tak menghiraukan ucapan sang adik. Ia mengambil teko dan mengisinya dengan gula dan memasukkan beberapa kantong teh s***wa**i. Lalu mengambil termos dan menuangkan isinya ke dalam teko. Mengaduk isi dalam teko agar gula larut bersama air dan kantong teh mengeluarkan sarinya."Kalian janjian ya, Kak?" Artha menoleh pada Rendra yang duduk dikursi meja makan."Warna baju kalian sama!" seru Rendra.Ia melihat baju yang ia pakai dan menilik ke ruang tamu, karena ruang tamu dan dapur hanya dibatasi lemari sebagi sekat. Ia tersenyum karena baru meny

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-07
  • Menikah dengan Pariban   Bab 71

    Bab 71Sudah seminggu berlalu sejak kejadian bapak menolak lamaran Agha. Artha setiap hari selalu berusaha untuk bertemu dengan bapak. Namun, pria paruh baya itu sengaja berusaha menghindar. Tiap malam selalu ke kedai dan pulang setelah jam 10 malam. Jika Artha menemui bapak di pajak, akan selalu ada alasan yang dibuat. Seperti pagi ini, Artha sudah bangun lebih awal dan telah duduk di meja makan sembari menunggu bapak. Sarapan yang tersedia di meja ia hiraukan asal bisa bertemu bapak. Bapak berjalan ke arah meja makan dan duduk tanpa mempedulikan Artha yang tengah menatap bapak. Berharap bapak mau mengalihkan pandangan padanya. Lagi-lagi pensiunan polisi itu tetap fokus pada kopi dan sarapannya. Meski ia tahu Artha ingin mengucapkan sesuatu, ia tetap tak mau tahu. "Pak," ucap Artha memberanikan diri dan menatap langsung wajah sang bapak. Bapak bergeming. Artha sudah mulai putus asa dan tak tahu harus meminta bantuan siapa lagi. Mamak juga sudah bicara dengan bapak, tapi hasilnya

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-08
  • Menikah dengan Pariban   Bab 72

    Bab 72Agha kembali meletakkan ponsel di meja kerjanya. Setelah berulang kali menelepon ternyata Artha tidak mengangkat panggilannya. Pikirannya berkecamuk memikirkan berbagai cara untuk meluluhkan hati tulangnya.Informasi yang ia dapat tadi pagi dari Rendra bahwa bapak Artha masih tetap tidak mau memberi restu. Padahal mamak sudah ikut membujuk, tapi hati tulangnya tetap keras, sekeras batu karang.Rendra menjadi informan baginya dan remaja berperawakan tinggi besar itu juga bersedia melaporkan setiap hal yang terjadi di rumah itu. Seluruh keluarga Artha telah setuju dengan hubungan mereka, kecuali tulang.Ia teringat kembali dengan percakapannya dengan Rajata sebelum meninggalkan kediaman Artha seminggu yang lalu. Saat ia melangkah ingi

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-09
  • Menikah dengan Pariban   Bab 73

    Bab 73"Astaga, kaget Bapak!" seru bapak sembari mengelus dada.Saat berbalik badan, Artha telah menghadang bapak dengan berdiri tepat di belakang tubuh bapak."Kau ngapain di sini? Masuk kamar, sana!" titah bapak.Namun, Artha bergeming masih berdiri kokoh di hadapan bapak dengan seulas senyuman. "Jadi, Bapak akan merestui kami?""Kamu mendengar semuanya?" tanya balik bapak. Artha mengangguk.Artha memang mendengar percakapan antara bapak dan Agha. Ia sudah menghafal kebiasaan Agha karena selama seminggu ini, setiap pagi dan sore Agha selalu menyambangi rumah mereka. Ia hanya bisa mengintip dari balik tirai jendela tanpa berani membuka

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-10
  • Menikah dengan Pariban   Bab 74

    Bab 74Agha mengamati kakek dan bapak Artha yang sedang mengobrol. Terlihat sangat akrab, bukan seperti orang asing yang ia lihat. Sangat janggal, seperti seorang teman lama yang baru bertemu. Ada kecurigaan dalam hatinya melihat keakraban dua orang yang berbeda generasi itu.Ia menjadi seperti musuh dihadapan kedua orang tua itu. Karena ia diabaikan dan tidak bisa ikut berbaur dengan obrolan mereka. Ia hanya sedikit mengerti dengan percakapan mereka karena sempat belajar bersama Holong. Kedua orangtua itu berbicara menggunakan bahasa batak, bahasa ibu Agha. Entah sejak kapan kakeknya bisa berbahasa batak sangat lancar dan fasih sekali. Ia merasa ada kejanggalan dalam hal ini. Apakah sejak awal kakeknya sudah merencanakan semua ini? Dan bekerja sama dengan bapak Artha? "Apakah kamu sudah siap?" Pertanyaan kakek membuyarkan Agha dari lamunannya. Ia terkesiap dan mencoba mencerna kembali tentang pertanyaan kakek. Siap seperti apa yang dimaksud kakek. Kalau siap untuk menikah dengan

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-11
  • Menikah dengan Pariban   Bab 75

    Flashback on Tidak dapa dipungkiri, Agha memang telah jatuh cinta sejak ia melihat Artha untuk pertama kali, tepatnya di bandara Halim Perdana Kusuma. Saat itu Artha tengah berjalan dengan menyeret koper kecil menggunakan tangan kiri. Sedang tangan kanan memegang minuman. Agha menebak itu adalah jus jeruk, terlihat dari warnanya yang berwarna orange. Karena ia juga menyukai minuman itu, sehingg ia tahu betul bagaimana warna dari minuman kesukaannya. Di bahunya tersampir tas, meski bukan tas dengan merek terkenal. Pakaian Artha kala itu sangat sederhana mirip seperti anak ABG, menggunakan kaos oblong berwarna putih dan celana jeans pensil berwarna biru langit dan sepatu sneaker melengkapi penampilannya yang bahkan lebih muda dari seorang ABG. Rambutnya saat itu diikat tinggi asal dan menyerupai ekor kuda. Pandangannya mengitari ruang tunggu bandara. Sepertinya sedang mencari bangku kosong. Bandara ini selalu oleh orang-orang, ntah dari mana mereka berasal. Mungkin karena bandara ini

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-12
  • Menikah dengan Pariban   Bab 76

    Bab 76"Siapa yang bertamu?" tanya Artha pada bapak yang sedang menonton berita di televisi.Apakah Agha?Menilik dari gelas kopi yang ada di meja, kemungkinan besar itu adalah Agha dan Kakeknya. Artha yakin pasti Agha yang berkunjung ke rumahnya. Karena ia tahu kebiasaan Agha yang tidak bisa menghabiskan segelas kopi.Kekasihnya itu tidak terlalu menyukai kopi, berbeda dengan dirinya. Satu hari tanpa minuman berkafein itu rasanya ada yang kurang dan ia tidak bisa berkonsentrasi atau mendapat ide dalam melakukan suatu pekerjaan.Berbeda jika disajikan jus, Agha akan langsung meneguknya dengan cepat apalagi dengan jus jeruk. Minuman yang kaya akan vitamin C itu akan langsung cepat diminum.

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-13

Bab terbaru

  • Menikah dengan Pariban   Bab 90

    "Capek, Bang?" Rajata menyandarkan punggungnya pada kursi sofa, "iya," jawab Rajata dengan mata terpejam. "Sebentar, biar aku ambilkan minum." Artha bangkit, tapi dengan cepat Rajata mencegahnya, "tidak usah, Dek. Nanti, abang saja yang ambil." "Akhirnya kasusnya selesai. Setelah memakan waktu hampir 2 bulan. Tika dipenjara selama 3 tahun," guman Rajata masih dengan mata terpejam. Akibat kasus penculikan yang dilakukan Tika, gadis berambut gelombang itu mendekam di penjara. Karena setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76F dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). Menurut Rajata itu terlalu ringan, seharusnya Tika mendekam selamanya di penjara. Mengingat bagaimana ia merencanakan penculikan pada Artha, sedangkan untuk Tina, kembaran Tika memilih kabur begitu tau Ti

  • Menikah dengan Pariban   Bab 89

    "Menikahlah denganku!"Suara bariton mengejutkan Aisyah. Semua kunci yang dipegang olehnya terjatuh. Saat ini ia sedang ingin menutup pintu ruko tempat butiknya berada. Namun, karena suara bariton mengagetkannya, pintu tak bisa ia tutup.Aisyah semakin terlonjak kaget ketika membalikkan badan. Di hadapannya berdiri seorang pria yang masih lengkap mengenakan seragam berwarna coklat.Pria itu melangkah mendekat untuk membantu menutup pintu butik milik Aisyah."Mau apa kamu?" tanya Aisyah dengan gugup."Aku hanya ingin membantu menutup butikmu."Pria itu memunguti kunci yang berserakan di lantai. "Yan

  • Menikah dengan Pariban   Bab 88

    "Kamu yakin akan melanjutkan pernikahan ini?"Saat ini Agha sedang berada dalam sebuah kamar hotel bersama Artha. Beberapa jam lagi adalah pemberkatan pernikahan mereka. Masih ada waktu untuk menunda pernikahan sebelum pemberkatan dimulai.Para MUA pilihan mamak sudah selesai merias dan membantu Artha memakai gaun. Agha meminta mereka semua meninggalkan dirinya dan Artha. Kini, tinggal ia dan Artha yang tinggal di kamar hotel itu. Agha ingin membujuk Artha sekali lagi untuk menunda pernikahan mereka. Namun, Artha tetap pada pendiriannya untuk melanjutkan pernikahan.Kondisi Artha belum sepenuhnya pulih. Fisik Artha masih lemah dan ia sedikit mengalami trauma akibat penculikan yang dialaminya. Luka dibagian kaki akibat ikatan yang terlalu kuat belum sepenuhnya p

  • Menikah dengan Pariban   Bab 87

    Bab 87"Mamak di rumah aja, gak usah ikut!" Rendra melarang mamak untuk ikut pergi bersama mereka ketika mengekori langkahnya."Kenapa?" Mamak ingin ikut, ia yakin Artha berada di rumah kosong itu."Aku sama Bang Agha saja yang ke rumah itu. Bapak juga gak usah ikut, siapa tahu ada kabar terbaru dari bang Rajata tentang kak Artha," ucap Rendra dengan lembut."Tulang dan Nantulang sebaiknya istirahat saja di rumah. Kalau ada kabar terbaru kabari kami secepatnya. Setelah menemukan jam itu, kami akan pulang."Agha ikut membujuk kedua orang tua Artha agar tak ikut bersama mereka.Akhirnya kedua orang t

  • Menikah dengan Pariban   Bab 86

    Bab 86."Siapa kira-kira?" tatapan mata bapak sangat tajam seolah ingin menghunus jantung Agha."Mak!"Seruan Rendra membuat Agha urung menjawab pertanyaan bapak."Ada apa?" tanya bapak dengan heran pada Rendra.Rendra mengabaikan bapak dan menghampiri mamak yang baru saja meletakkan minuman, "Mamak ada lihat jam aku?""Jam yang mana?""Jam yang seperti itu."Saat menunjuk, mata Rendra tertuju pada pergelangan tangan Agha yang kebetulan sedang memakai jam tangan yang s

  • Menikah dengan Pariban   Bab 85

    Terdengar bunyi dering ponsel yang begitu nyaring, tanpa melihat siapa yang memanggil, Tika langsung menempelkan ponsel ke telinga begitu ia menggeser ikon telepon berwarna hijau. "Gue masih di rumah kosong ini. Kenapa suara lo kedengaran khawatir gitu?" Kemudian Tika melihat ponselnya dan menekan ikon loudspeaker. "Gimana gue gak khawatir, hampir aja gue ketahuan." Suara lawan bicaranya terdengar menghela nafas. "Ketahuan bagaimana? Bukannya semua udah gue kasih tau dan lo udah paham?" "Satu hal yang lo lupa, lo gak kasih tahu parfum yang lo pakai!" Suara diseberang terdengar sangat kesal, "sorry, gue gak berpikir sampai kesitu. Apa itu jadi masalah? Gue yakin lo bisa mengatas

  • Menikah dengan Pariban   Bab 84

    Bab 84"Ternyata lo masih ingat wangi parfum Tika," ejek Riko. "Padahal sudah hampir enam bulan kita semua tidak pernah ketemu sama lo," imbuhnya lagi menatap tak percaya pada pria pirang itu."Lo salah, gue dan Tika dua bulan lalu baru bertemu. Kalo gak percaya tanya aja langsung pada orangnya."Agha melirik tajam pada Tika yang duduk dengan meremas kedua tangannya. Sontak semua mata tertuju pada Tika, dengan cepat Tika mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Agha yang semakin curiga melihatnya."Kalian tahu sendiri 'kan. Parfum yang digunakan Tika sangat menyengat dan bahkan bukan hanya gue yang menyadari jika Tika tidak pernah berganti parfum."Pandangan Agha masih tetap pada Tika yang duduk gelisah dengan kedua tangan masih saling meremas"Gu-e, hanya mencoba parfum Rani. I-ya 'kan Ran?" Tika menjawab dengan gugup sembari menyikut pergelangan tangan Rani meminta pembelaan pada gadis berambut sebahu itu."Santai aja kali Gha. Gue baru beli parfum baru dan meminta Tika untuk m

  • Menikah dengan Pariban   Bab 83

    Bab 83Mentari merangkak menuju barat, tanda sore semakin merayap. Senja menyapa dengan lambaian warna jingganya. Keluarga Artha terlihat panik karena tidak menemukan Artha di kamar ataupun di halaman belakang. "Lapor polisi, Pah!" seru mamak wajahnya terlihat panik dan kelihatan sedikit pucat. Meskipun melapor kepada pihak yang berwajib belum bisa dilakukan, dengan spontan mamak tetap mengatakannya. Karena wanita paruh baya itu begitu panik dan cemas akan anak gadisnya yang tiba-tiba saja tidak berada di rumah. Artha memang selalu keluar, tapi ia selalu pamit sebelum hendak pergi kemanapun.Jika esok ia akan keluar, maka malam sebelum kedua orangtuanya tidur ia akan pamit dan mengatakan kemana tujuannya atau paling tidak ia akan menelepon atau mengirim pesan. Kali ini, Artha tidak pamit meski baru beberapa jam Artha tidak berada di rumah, tapi naluri keibuannya berkata Artha sedang tidak baik-baik saja. "Belum 1x24 jam Artha menghilang," jawab bapak dengan datar, terlihat santai.

  • Menikah dengan Pariban   Bab 82

    Bab 82Entah kenapa selepas makan siang Agha tampak gusar. Sebentar duduk sebentar lagi berdiri. Begitu terus sampai berulang-ulang. Apa mungkin karena akan menghadapi hari pernikahan, tapi itu akan berlangsung 2 minggu lagi. Ia menyambar kunci mobil dan dompet yang berada di atas meja dengan cepat. Satu-satunya yang ada dipikirannya adalah Artha. Keluarga melarang mereka untuk bertemu sementara sampai pada hari H. Namun, saat ini pikirannya tertuju pada Artha, ada rasa yang tak biasa yang mengganjal. Ia pun sulit mengartikannya, padalah saat istirahat sembari makan siang ia sempatkan untuk video call dengan Artha. Ia pun melajukan mobilnya ke kediaman Artha dengan kecepatan rata-rata, beruntung jalanan tidak begitu macet. Mungkin belum jam kantor pulang. Setelah memarkirkan mobil tepat di depan rumah Artha, ia pun turun dan kedua orangtua Artha juga baru turun dari becak. Mereka berpapasan di depan rumah. "Bere, sudah kami bilang jangan d

DMCA.com Protection Status