Bab 76
"Siapa yang bertamu?" tanya Artha pada bapak yang sedang menonton berita di televisi.
Apakah Agha?
Menilik dari gelas kopi yang ada di meja, kemungkinan besar itu adalah Agha dan Kakeknya. Artha yakin pasti Agha yang berkunjung ke rumahnya. Karena ia tahu kebiasaan Agha yang tidak bisa menghabiskan segelas kopi.
Kekasihnya itu tidak terlalu menyukai kopi, berbeda dengan dirinya. Satu hari tanpa minuman berkafein itu rasanya ada yang kurang dan ia tidak bisa berkonsentrasi atau mendapat ide dalam melakukan suatu pekerjaan.
Berbeda jika disajikan jus, Agha akan langsung meneguknya dengan cepat apalagi dengan jus jeruk. Minuman yang kaya akan vitamin C itu akan langsung cepat diminum.
Bab 77Dua minggu telah berlalu dan hari ini adalah hari penentu apakah bapak Artha akan memberi restu atau malah memberi syarat lain. Kalaupun ada syarat lain semoga Agha bisa memenuhinya. Misal, masalah sinamot atau mahar yang begitu besar, itu perkara mudah.Karena harta kakeknya tidak akan habis sampai tujuh turunan. Apalagi dia pewaris tunggal yang akan mewarisi seluruh harta kekayaan kakek. Rencananya, ia juga akan membagi sebagian pada kakaknya ~Aylin~ dia bukan pria yang serakah yang tega menguasai harta kekayaan kakek untuknya sendiri."Kau juga sudah mempelajari adat istiadat atau budaya batak bukan?" tanya kakek yang sedang mengancingkan lengan jasnya."Tenang saja, Kek. Semuanya aman dan sudah saya pelajari," jawab Agha s
Bab 78Mereka disambut oleh bapak dan mamak Artha dan telah berdiri di samping pintu. Kini bapak berpakaian rapi dengan baju batik lengan panjang yang sama dengan yang dipakai oleh bapak, tapi lengan baju mamak 3/4."Horas Tulang!" ucap Agha memberi salam pada kedua calon mertuanya."Horas bere!" seru bapak dan mamak secara bersamaan.Terdengar janggal kala Agha mengucapkannya, tapi bapak memakluminya dan mengulurkan tangan. Agha menjabat tangan tulangnya dengan sedikit penekanan, kemudian tulang menepuk pundaknya. Tak lupa Agha juga menjabat tangan nantulangnya dengan lembut dan sopan.Kali ini tidak ada tatapan sinis dari netra tulang seperti saat ia datang melamar tempo lalu. Wajah tul
Bab 79Setelah acara makan selesai dan piring-piring makanan pun sudah berpindah ke dapur. Saatnya bapak memulai ceritanya. Bapak memandang semua orang yang ada di ruang tamu dan menatap dalam pada Agha. Merasa ditatap dan ada yang salah Agha membenarkan posisi duduknya dan menegakkan punggung."Kami memang telah mengatur dan merencanakan perjodohan kalian."Suasana menjadi hening dan bola mata Artha membulat. Namun, ia tak berani menyela ucapan bapak sebaliknya ia malah menatap Agha. Sepertinya pria itu pun sama terkejutnya dengan dirinya.Kami berarti ada dua orang atau lebih yang terlibat dalam hal ini. Siapa dan sejak kapan itu terjadi?"Perjodohan itu tercetus oleh saudara kemb
Bab 80Tubuh Artha mencelos, semua anggota keluarganya ikut terlibat, tanpa terkecuali Artha rasa. Mungkin hanya anak Lisa yang baru lahir dan ketiga adik Holong yang tidak terlibat karena masih kecil. Sedangkan Holong, ia yakin anak itu cukup bijak dan sudah pasti ikut sebagai pelangkap personil keluarganya."Sebentar, Aylin siapa maksud bapak?" tanya Artha setelah menata hatinya untuk mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Tidak ada kebetulan di dunia ini."Aylin teman kamu selama di Dubai," sahut Rajata dengan pelan."Ada yang tidak aku ketahui?" tanya Artha entah pada siapa.Dari ucapan Rajata yang Artha dengar sepertinya mereka kenal dekat. Aylin dan Rajata. Meskipu
Bab 81 Artha akui akting bapak sungguh bagus dan bapak berhak mendapat piala Oscar. Apalagi akting saat menolak lamaran Agha sungguh luar biasa ekspresi yang ditunjukkan bapak, sangat mendalami peran. Artha memberikan empat jempol untuk sandiwara yang di lakoni bapak. Semua rencana yang disusun oleh bapak berjalan dengan baik. Meski ide itu tercetus oleh Aylin, tetap saja bapak haras mendapat sebuah penghargaan karena bapak memerankannya dengan apik sebagai sutradara dan juga pemerannya. Mereka sampai bisa di kamar hotel yang sama adalah ulah Aylin. Tentunya Baringin juga berperan penting, karena lelaki itu merupakan supir yang di sewa bapak untuk mejemput mereka di bandara. Setelah ia menelepon Aylin dan meminta semua penjelasannya, gadis itupun menceritakan semuanya. Aylin ingin ia dan Agha benar-benar saling mengenal dan saling mencintai sebelum menikah. Seperti kata bapak pernikahan karena perjodohan hanya bahagia di novel atau di film-film. Aylin dan bapak benar-benar sepemikir
Bab 82Entah kenapa selepas makan siang Agha tampak gusar. Sebentar duduk sebentar lagi berdiri. Begitu terus sampai berulang-ulang. Apa mungkin karena akan menghadapi hari pernikahan, tapi itu akan berlangsung 2 minggu lagi. Ia menyambar kunci mobil dan dompet yang berada di atas meja dengan cepat. Satu-satunya yang ada dipikirannya adalah Artha. Keluarga melarang mereka untuk bertemu sementara sampai pada hari H. Namun, saat ini pikirannya tertuju pada Artha, ada rasa yang tak biasa yang mengganjal. Ia pun sulit mengartikannya, padalah saat istirahat sembari makan siang ia sempatkan untuk video call dengan Artha. Ia pun melajukan mobilnya ke kediaman Artha dengan kecepatan rata-rata, beruntung jalanan tidak begitu macet. Mungkin belum jam kantor pulang. Setelah memarkirkan mobil tepat di depan rumah Artha, ia pun turun dan kedua orangtua Artha juga baru turun dari becak. Mereka berpapasan di depan rumah. "Bere, sudah kami bilang jangan d
Bab 83Mentari merangkak menuju barat, tanda sore semakin merayap. Senja menyapa dengan lambaian warna jingganya. Keluarga Artha terlihat panik karena tidak menemukan Artha di kamar ataupun di halaman belakang. "Lapor polisi, Pah!" seru mamak wajahnya terlihat panik dan kelihatan sedikit pucat. Meskipun melapor kepada pihak yang berwajib belum bisa dilakukan, dengan spontan mamak tetap mengatakannya. Karena wanita paruh baya itu begitu panik dan cemas akan anak gadisnya yang tiba-tiba saja tidak berada di rumah. Artha memang selalu keluar, tapi ia selalu pamit sebelum hendak pergi kemanapun.Jika esok ia akan keluar, maka malam sebelum kedua orangtuanya tidur ia akan pamit dan mengatakan kemana tujuannya atau paling tidak ia akan menelepon atau mengirim pesan. Kali ini, Artha tidak pamit meski baru beberapa jam Artha tidak berada di rumah, tapi naluri keibuannya berkata Artha sedang tidak baik-baik saja. "Belum 1x24 jam Artha menghilang," jawab bapak dengan datar, terlihat santai.
Bab 84"Ternyata lo masih ingat wangi parfum Tika," ejek Riko. "Padahal sudah hampir enam bulan kita semua tidak pernah ketemu sama lo," imbuhnya lagi menatap tak percaya pada pria pirang itu."Lo salah, gue dan Tika dua bulan lalu baru bertemu. Kalo gak percaya tanya aja langsung pada orangnya."Agha melirik tajam pada Tika yang duduk dengan meremas kedua tangannya. Sontak semua mata tertuju pada Tika, dengan cepat Tika mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Agha yang semakin curiga melihatnya."Kalian tahu sendiri 'kan. Parfum yang digunakan Tika sangat menyengat dan bahkan bukan hanya gue yang menyadari jika Tika tidak pernah berganti parfum."Pandangan Agha masih tetap pada Tika yang duduk gelisah dengan kedua tangan masih saling meremas"Gu-e, hanya mencoba parfum Rani. I-ya 'kan Ran?" Tika menjawab dengan gugup sembari menyikut pergelangan tangan Rani meminta pembelaan pada gadis berambut sebahu itu."Santai aja kali Gha. Gue baru beli parfum baru dan meminta Tika untuk m