Share

Bab 19

Author: Onynaga
last update Last Updated: 2022-03-21 17:59:49

Bab 19: Pasar Petisah

Artha belum yakin dengan perasaannya saat ini. Awal bertemu dengan Agha saat di bandara sebulan silam ia sudah merasakan getaran dalam dada. Apalagi saat berdekatan jatungnya berdetak lima kali lebih cepat memompa darah ke seluruh tubuhnya. Saat tak sengaja kulit mereka bersentuhan seolah ada aliran listrik dalam tubuhnya.

Bahkan seminggu sudah berlalu sejak kejadian di Edge Restaurant debaran jantungnya masih secepat kilat jika ia membayangkan betapa romantis perlakuan yang didapat dari seorang bule somplak seperti Agha. Ia menatap cincin pemberian Agha yang terletak di atas meja ruang tamu

“Apa yang kau lakukan Artha?” Suara bariton mengagetkannya. Buru-buru ia mengambil cincin yang ada di atas meja dan memasukkannya ke kantong celana.

“Televisi menyala, kau sedang menonton atau malah televisi yang menonton kau?” lanjut pensiunan polisi itu. Ia menghempaskan pinggulnya di sofa dekat Artha duduk.

“Tidak ada aca
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Menikah dengan Pariban   Bab 20

    Ajakan Aisyah “ARTHA?!” teriak Ai. Artha menutup telinganya mendengar begitu kerasnya teriakan yang terlontar dari mulut Ai. “Kau mau beli apa? Daster,CD,BH? Ayo masuk! Duduk sini, apa kabar kau?” tanya Ai, mengangsurkan kursi plastik pada Artha dan ia pun duduk menghadap Artha. “Satu-satu nanyanya. Yang mana dulu yang harus aku jawab”, ucap Artha setelah duduk di kursi plastik yang diberikan Ai. Ai memanggil salah satu karyawannya dan memberikan selembar uang berwarna biru untuk membeli minuman dingin. Cuaca sangat panas hari ini perlu yang dingin-dingin untuk menyegarkan tenggorakan. Kering juga ternyata tenggorakan setelah teriak-teriak memanggil calon pembeli. Padahal hanya sebentar saja, bagaimana dengan karyawannya yang seharian bahkan setiap hari mereka berteriak mem

    Last Updated : 2022-03-22
  • Menikah dengan Pariban   Bab 21

    BerastagiJika kota Jakarta punya Bogor maka kota Medan punya Berastagi.Sebagai salah satu kota terdingin di Indonesia, suhu di Berastagi jika siang hari rata-rata 19 derajat celcius. Hal ini dikarenakan Berastagi diapit oleh dua gunung yaitu Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak. Jadi, jika ingin berwisata ke tempat ini gunakan baju hangat dan tebal.Selain sebagai tempat wisata Berastagi juga penghasil sayur dan buah-buahan terbesar di Sumatera Utara. Bahkan sudah di ekspor ke Singapura dan Malaysia.Jarak Medan ke Berastagi adalah sekitar 66 km. Jika dengan menggunakan mobil perjalanan akan memakan waktu sekitar 2 jam 9 menit itupun jika tidak terjadi kecelakaan atau adanya mobil atau truk yang mogok.***Ai menjemput Artha tepat jam 07.00 WIB. Di dalam mobil sudah ada empat orang termasuk Ai sebagai pengemudi. Saat sampai di halte ia membunyikan klakson tanda ia sudah berada dekat halte, ia melihat Artha masih serius

    Last Updated : 2022-03-24
  • Menikah dengan Pariban   Bab 22

    Gegara seat belt “Kenapa susah sekali dipasang seat belt ini.” Gerutu Artha di dalam mobil Agha. Mereka berada dalam mobil yang sama, berulang kali ia mencoba memasang seat beltnya mencocokan pengunci dengan lubangnya. Namun, selalu gagal. “Padahal tadi pagi di mobil Ai sangat mudah aku pasang,” Artha masih tetap menggerutu, mengamati bentuk seat belt di jok mobil yang ia duduki. Ia kesal dengan sabuk pengaman itu yang tak kunjung bisa dikunci dengan benar. “Kalau tidak bisa, minta tolong,” kata Agha mendekatkan tubuh guna membantu Artha memasang seat belt dengan benar. Saat itu juga Artha menjauhkan tubuh menahan deru nafas yang bergelora. Wangi parfum maskulin men

    Last Updated : 2022-03-26
  • Menikah dengan Pariban   Bab 23

    Butik Aisyah hampir dibobol Setelah selesai makan malam Ai memutuskan untuk masuk ke kamarnya yang berada di lantai dua. Besok subuh ia harus segera kembali ke Medan. Samar-samar ia mendengar tawa orang yang berada di belakang villa, mereka sedang membakar jagung. Ia lebih memilih untuk mengistirahatkan diri ketimbang ikut menikmati jagung bakar, meski itu adalah idenya untuk menghabiskan malam ini. Nyatanya ia lebih memilih masuk kamar. Ia telah selesai membersihkan wajah dan menggosok gigi, bersiap untuk naik ke kasur king sizenya. Dering handphone di atas nakas yang sedang di charge menghentikan aksinya. Ia pun mengambil handphone yang bunyinya semakin nyaring untuk ia angkat. Ternyata kakak sepupunya yang sedang menelepon. Ia pun mendekatkan handphone ke telinga.

    Last Updated : 2022-03-26
  • Menikah dengan Pariban   Bab 24

    Janji Masa Kecil.“Selamat malam everybadihhh.”Artha melangkahkan kakinya memasuki rumah menenteng kantong plastik berisi buah-buahan yang ia bawa dari Berastagi. Tas ransel masih berada dipunggungnya.“Selamat malam juga, boru,” balas bapaknya yang sedang duduk di sofa ruang tamu di temani seorang pria.“Bagaimana jalan-jalannya?” tanya mamak yang baru saja datang membawa dua gelas kopi.“Yahhh begitulahh,” desah Artha. “Aku ke kamar dulu Pak, Mak. Ini ada sedikit oleh-oleh,” katanya lagi. Ia meletakkan kantong plastik di meja kemudian melangkah masuk ke kamar.Sepuluh menit kemudian ia ikut be

    Last Updated : 2022-03-27
  • Menikah dengan Pariban   Bab 25

    Langit Malam. Malam semakin larut, rembulan telah menampakkan diri meski malu-malu, namun tidak mengurangi keindahan malam. Langit sore yang menurunkan hujan kini berganti dengan munculnya bintang yang berkilauan. Dari kejauhan sesekali terdengar suara hewan yang saling bersahutan seolah sedang menyanyikan sebuah lagu pengantar tidur. "Apa yang kamu lihat di atas sana?" Suara bariton mengagetkannya. Tidak tahukah dia bahwa pemandangan di atas sana sungguh indah? "Saya tahu pemandangan di atas sana sangat indah." Ucapnya lagi. Jika ia tahu mengapa ia bertanya? Meski diabaikan ia mendongakkan kepala mengikuti arah padang lawan bicaranya, untuk melihat langit malam berhias bintang. Sekali lagi Artha menghiraukan perkataan pria itu.

    Last Updated : 2022-03-29
  • Menikah dengan Pariban   Bab 26

    Toko Buku. Sesuai dengan permintaan bang Gomgom, mereka bertemu langsung di toko buku. Alasan yang diberikan bang Gomgom ada urusan mendadak yang tak bisa ditinggalkan. Akhirnya Artha memilih naik G*jek ke toko buku, tidak terlalu jauh dari rumah hanya sekitar 15 menit naik kereta (sepeda motor). Setelah sampai di pintu masuk, ia melirik pergelangan tangannya, masih ada sekitar sepuluh menit lagi dari waktu yang ditentukan. Setelah menimang-nimang beberapa saat ia mengambil pilihan untuk masuk ke toko buku. Ruangan berpendingin itu seketika menyejukkan kulitnya terasa dingin, berbeda dengan suhu ketika ia berada di luar yang suhunya cukup panas. Ia menatap rak-rak yang penuh dengan buku tertata sangat rapi. Ada sebagian buku yang tidak mengikuti barisannya mungkin saja salah satu pengujung sa

    Last Updated : 2022-03-29
  • Menikah dengan Pariban   Bab 27

    Bab 27 Mulai posesif. Mereka bertiga kini berada disebuah kafe yang berada dekat toko buku. Setelah terjadi insiden tarik menarik di kasir toko buku, Artha memutuskan untuk membicarakan kesalah pahaman ini. “Jelaskan!” ucap Agha dengan nada tegas. Tatapan matanya menatap lurus ke arah bang Gomgom. Ia cemburu melihat kedekatan Artha dengan pria dihadapannya. Apalagi saat pria itu mengelus rambut Artha dengan mesra. “Sabar, sayang. Kenalin ini Bang Gogo. Kami sudah berteman sejak kecil dan kami itu satu kampung. Jadi, aku sudah anggap dia seperti abang sendiri. Seperti Bang Rajata,” ucap Artha menenangkan dengan mengelus lengan Agha. Berharap emosi Agha mereda. Bang Gomgom mengulurkan tangannya, “Gomgom,” uc

    Last Updated : 2022-03-30

Latest chapter

  • Menikah dengan Pariban   Bab 90

    "Capek, Bang?" Rajata menyandarkan punggungnya pada kursi sofa, "iya," jawab Rajata dengan mata terpejam. "Sebentar, biar aku ambilkan minum." Artha bangkit, tapi dengan cepat Rajata mencegahnya, "tidak usah, Dek. Nanti, abang saja yang ambil." "Akhirnya kasusnya selesai. Setelah memakan waktu hampir 2 bulan. Tika dipenjara selama 3 tahun," guman Rajata masih dengan mata terpejam. Akibat kasus penculikan yang dilakukan Tika, gadis berambut gelombang itu mendekam di penjara. Karena setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76F dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). Menurut Rajata itu terlalu ringan, seharusnya Tika mendekam selamanya di penjara. Mengingat bagaimana ia merencanakan penculikan pada Artha, sedangkan untuk Tina, kembaran Tika memilih kabur begitu tau Ti

  • Menikah dengan Pariban   Bab 89

    "Menikahlah denganku!"Suara bariton mengejutkan Aisyah. Semua kunci yang dipegang olehnya terjatuh. Saat ini ia sedang ingin menutup pintu ruko tempat butiknya berada. Namun, karena suara bariton mengagetkannya, pintu tak bisa ia tutup.Aisyah semakin terlonjak kaget ketika membalikkan badan. Di hadapannya berdiri seorang pria yang masih lengkap mengenakan seragam berwarna coklat.Pria itu melangkah mendekat untuk membantu menutup pintu butik milik Aisyah."Mau apa kamu?" tanya Aisyah dengan gugup."Aku hanya ingin membantu menutup butikmu."Pria itu memunguti kunci yang berserakan di lantai. "Yan

  • Menikah dengan Pariban   Bab 88

    "Kamu yakin akan melanjutkan pernikahan ini?"Saat ini Agha sedang berada dalam sebuah kamar hotel bersama Artha. Beberapa jam lagi adalah pemberkatan pernikahan mereka. Masih ada waktu untuk menunda pernikahan sebelum pemberkatan dimulai.Para MUA pilihan mamak sudah selesai merias dan membantu Artha memakai gaun. Agha meminta mereka semua meninggalkan dirinya dan Artha. Kini, tinggal ia dan Artha yang tinggal di kamar hotel itu. Agha ingin membujuk Artha sekali lagi untuk menunda pernikahan mereka. Namun, Artha tetap pada pendiriannya untuk melanjutkan pernikahan.Kondisi Artha belum sepenuhnya pulih. Fisik Artha masih lemah dan ia sedikit mengalami trauma akibat penculikan yang dialaminya. Luka dibagian kaki akibat ikatan yang terlalu kuat belum sepenuhnya p

  • Menikah dengan Pariban   Bab 87

    Bab 87"Mamak di rumah aja, gak usah ikut!" Rendra melarang mamak untuk ikut pergi bersama mereka ketika mengekori langkahnya."Kenapa?" Mamak ingin ikut, ia yakin Artha berada di rumah kosong itu."Aku sama Bang Agha saja yang ke rumah itu. Bapak juga gak usah ikut, siapa tahu ada kabar terbaru dari bang Rajata tentang kak Artha," ucap Rendra dengan lembut."Tulang dan Nantulang sebaiknya istirahat saja di rumah. Kalau ada kabar terbaru kabari kami secepatnya. Setelah menemukan jam itu, kami akan pulang."Agha ikut membujuk kedua orang tua Artha agar tak ikut bersama mereka.Akhirnya kedua orang t

  • Menikah dengan Pariban   Bab 86

    Bab 86."Siapa kira-kira?" tatapan mata bapak sangat tajam seolah ingin menghunus jantung Agha."Mak!"Seruan Rendra membuat Agha urung menjawab pertanyaan bapak."Ada apa?" tanya bapak dengan heran pada Rendra.Rendra mengabaikan bapak dan menghampiri mamak yang baru saja meletakkan minuman, "Mamak ada lihat jam aku?""Jam yang mana?""Jam yang seperti itu."Saat menunjuk, mata Rendra tertuju pada pergelangan tangan Agha yang kebetulan sedang memakai jam tangan yang s

  • Menikah dengan Pariban   Bab 85

    Terdengar bunyi dering ponsel yang begitu nyaring, tanpa melihat siapa yang memanggil, Tika langsung menempelkan ponsel ke telinga begitu ia menggeser ikon telepon berwarna hijau. "Gue masih di rumah kosong ini. Kenapa suara lo kedengaran khawatir gitu?" Kemudian Tika melihat ponselnya dan menekan ikon loudspeaker. "Gimana gue gak khawatir, hampir aja gue ketahuan." Suara lawan bicaranya terdengar menghela nafas. "Ketahuan bagaimana? Bukannya semua udah gue kasih tau dan lo udah paham?" "Satu hal yang lo lupa, lo gak kasih tahu parfum yang lo pakai!" Suara diseberang terdengar sangat kesal, "sorry, gue gak berpikir sampai kesitu. Apa itu jadi masalah? Gue yakin lo bisa mengatas

  • Menikah dengan Pariban   Bab 84

    Bab 84"Ternyata lo masih ingat wangi parfum Tika," ejek Riko. "Padahal sudah hampir enam bulan kita semua tidak pernah ketemu sama lo," imbuhnya lagi menatap tak percaya pada pria pirang itu."Lo salah, gue dan Tika dua bulan lalu baru bertemu. Kalo gak percaya tanya aja langsung pada orangnya."Agha melirik tajam pada Tika yang duduk dengan meremas kedua tangannya. Sontak semua mata tertuju pada Tika, dengan cepat Tika mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Agha yang semakin curiga melihatnya."Kalian tahu sendiri 'kan. Parfum yang digunakan Tika sangat menyengat dan bahkan bukan hanya gue yang menyadari jika Tika tidak pernah berganti parfum."Pandangan Agha masih tetap pada Tika yang duduk gelisah dengan kedua tangan masih saling meremas"Gu-e, hanya mencoba parfum Rani. I-ya 'kan Ran?" Tika menjawab dengan gugup sembari menyikut pergelangan tangan Rani meminta pembelaan pada gadis berambut sebahu itu."Santai aja kali Gha. Gue baru beli parfum baru dan meminta Tika untuk m

  • Menikah dengan Pariban   Bab 83

    Bab 83Mentari merangkak menuju barat, tanda sore semakin merayap. Senja menyapa dengan lambaian warna jingganya. Keluarga Artha terlihat panik karena tidak menemukan Artha di kamar ataupun di halaman belakang. "Lapor polisi, Pah!" seru mamak wajahnya terlihat panik dan kelihatan sedikit pucat. Meskipun melapor kepada pihak yang berwajib belum bisa dilakukan, dengan spontan mamak tetap mengatakannya. Karena wanita paruh baya itu begitu panik dan cemas akan anak gadisnya yang tiba-tiba saja tidak berada di rumah. Artha memang selalu keluar, tapi ia selalu pamit sebelum hendak pergi kemanapun.Jika esok ia akan keluar, maka malam sebelum kedua orangtuanya tidur ia akan pamit dan mengatakan kemana tujuannya atau paling tidak ia akan menelepon atau mengirim pesan. Kali ini, Artha tidak pamit meski baru beberapa jam Artha tidak berada di rumah, tapi naluri keibuannya berkata Artha sedang tidak baik-baik saja. "Belum 1x24 jam Artha menghilang," jawab bapak dengan datar, terlihat santai.

  • Menikah dengan Pariban   Bab 82

    Bab 82Entah kenapa selepas makan siang Agha tampak gusar. Sebentar duduk sebentar lagi berdiri. Begitu terus sampai berulang-ulang. Apa mungkin karena akan menghadapi hari pernikahan, tapi itu akan berlangsung 2 minggu lagi. Ia menyambar kunci mobil dan dompet yang berada di atas meja dengan cepat. Satu-satunya yang ada dipikirannya adalah Artha. Keluarga melarang mereka untuk bertemu sementara sampai pada hari H. Namun, saat ini pikirannya tertuju pada Artha, ada rasa yang tak biasa yang mengganjal. Ia pun sulit mengartikannya, padalah saat istirahat sembari makan siang ia sempatkan untuk video call dengan Artha. Ia pun melajukan mobilnya ke kediaman Artha dengan kecepatan rata-rata, beruntung jalanan tidak begitu macet. Mungkin belum jam kantor pulang. Setelah memarkirkan mobil tepat di depan rumah Artha, ia pun turun dan kedua orangtua Artha juga baru turun dari becak. Mereka berpapasan di depan rumah. "Bere, sudah kami bilang jangan d

DMCA.com Protection Status