Waduh! Mbak desi malah datang :D
“Mau ngapain kamu ke sini?” tanya Desi dengan nada sinis.Jasmine yang masih menggenggam tangan Arshi pun, melepaskan tangan itu terlebih dahulu.“Maaf, Mbak. Saya diminta jemput Arshi oleh Mas Kevin. Karena beliau mau mengajak Arshi makan siang,” kata Jasmine menjelaskan perihal kedatangannya di sana.Desi melipat tangan di dadanya. “Bohong! Saya tidak akan kena tipu daya kamu ya, Jasmine. Mas Kevin … kalau mau ajak Arshi makan siang, dia yang langsung menjemputnya!”“Tapi, Mbak. Mas Kevin sendiri yang sudah meminta saya untuk menjemput Arshi. Karena Mas Kevin lagi meeting. Jadi, nggak bisa jemput Arshi. Makanya nyuruh saya.”Jasmine kembali menjelaskan kepada Desi. Lagi pula, untuk apa menjemput Arshi jika bukan perintah dari Kevin.“Saya tidak percaya! Kamu ingin mencari perhatian pada Mas Kevin, kan? Sok peduli pada anak saya, padahal nggak sama sekali!” sengal Desi.Jasmine menghela napasnya dengan pelan. ‘Duh! Mas Kevin kok nggak bilang dulu sih, ke Mbak Desi. Kalau kayak gini,
“Mas! Istri kamu ini keterlaluan. Aku udah bilang, kalau Arshi mau minum obat dulu. Dan dia memaksa untuk membawa Arshi,” ujar Desi dengan segala kebohongannya.“Haah? Kapan Mbak Desi ngomong kayak gitu? Mas … tadi Mbak Desi nggak ada ngomong kayak gitu.” Jasmine mencoba mencari pembelaan.Namun, Kevin bergeming. Pusing, mana yang benar di antara dua orang ini. Dan Arshi juga hanya diam. Dia juga bingung, kenapa mamanya malah menjatuhkan dia.“Jasmine. Arshi memang masih minum obat dari dok—““Ya sudah, kalau Mas Kevin lebih percaya sama Mbak Desi!”Jasmine tak mau mendengar ucapan Kevin yang sudah dipastikan akan membela mantan istrinya itu.“Jasmine! Jasmine, tunggu!”Namun, perempuan itu tetap pergi. Mengindahkan panggilan Kevin.“Kamu lihat sendiri kan, dia tidak mau disalahkan padahal memang benar salah,” kata Desi dengan percaya dirinya.“Ya sudah, kalau Mas Kevin lebih percaya sama Mbak Desi!”Jasmine tak mau mendengar ucapan Kevin yang sudah dipastikan akan membela mantan istr
Kevin masih menahannya. Ia tahu, ia yang salah. Karena langsung berkata dengan tegas kepada Jasmine. Kevin pun sadar diri. Tapi, saat ini ia ingin tahu kenapa Desi dan Arshi sampai terjatuh.“Kalau kamu tidak mau bicara, berarti memang benar, kamu sudah mendorong Desi dan Arshi!” ucapnya kemudian.Jasmine menoleh dengan cepat. Matanya menatap nanar Kevin. Rasanya ia ingin menjambak rambut Kevin dengan sangat kencang.“Terserah! Mau mikir kayak gitu juga terserah! Saya nggak peduli!” pekik Jasmine yang sudah tidak bisa menahan emosinya lagi.Kevin menarik paksa tangan Jasmine. Kemudian memeluknya. Kevin sedang tak ingin berdebat. Baru saja baikan, kenapa harus marahan lagi. Kevin ingin berdamai.“Maaf. Saya sudah membuat kamu marah lagi. Kamu yang selalu memancing kekesalan saya. Jangan marah-marah terus, yaa. Sayang, mukanya jadi jelek.”Jasmine memukul lengan Kevin. “Bodo!”Kevin lantas terkekeh mendengar ucapan istrinya itu. “Sudah, yaa. Jangan marah-marah terus. Khawatirnya kamu la
“Mantan! Ketinggalan sedikit doing juga.” “Karena ketinggalan itu, menjadikan arti dari yang kamu ucapkan menjadi berbeda.” “Iya, iyaa. Mas Kevin emang pria dingin yang pandai debat. Sampai kiamat pun, Mas Kevin nggak akan mau kalah dalam debat. Saya mau mandi dulu! Gerah!” Jasmine beranjak dari duduknya. Namun, tangan Kevin kembali menariknya. Hingga perempuan itu duduk di atas paha Kevin. Bibir itu memagut bibir Jasmine. Sehingga membuat Jasmine terbelalak. Saat akan berontak, Kevin lebih dulu menguncinya. “Mau ke mana?” tanya Kevin dengan bibirnya yang masih sedikit menempel di bibir Jasmine. “Kan tadi saya udah bilang. Mau ke kamar mandi, mau mandi. Mas. Jangan sekarang, okay? Saya lagi nggak mood.” Kevin menatap dengan lekat. Matanya tak berkedip. Sementara Jasmine sedari tadi mengedip-ngedipkan matanya. ‘Astaga. Ganteng banget sih, Mas Kevin. Dilihat dari dekat seperti ini, bikin hatiku meleleh. Sayangnya, aku terlambat datangnya. Mbak Desi yang lebih dulu hadir dalam hid
Jasmine terdiam mendengar ucapan Kevin. Kemudian tersenyum tipis.“Tapi, jika saya yang pergi lebih dulu, Mas Kevin akan Dirawat oleh Arshi dan istrinya.”Kevin mengangguk. “Saya akan mengajak Arshi jalan-jalan. Dia masih kecil. Mudah marah dan mudah memaafkan. Dia sangat senang jalan-jalan.”“Iya, Mas. Selagi masih bisa diperbaiki, maka perbaiki. Jangan sampai menyesal. Anak adalah asset berharga yang kita miliki. Dan Arshi seorang laki-laki. Yang akan meneruskan apa yang Mas Kevin kelola sekarang.”Kevin mengangguk. Paham dengan apa yang diucapkan oleh istrinya itu.“Kamu memang bijaksana. Tapi, hanya dalam waktu tertentu.”Jasmine menyunggingkan bibirnya. “Dasar! Saya mau tidur dulu. Kepala saya berat banget. Udah kayak memikul beban berat aja. Padahal, sebelumnya nggak pernah sakit seperti ini.”“Beban karena sudah menikah dengan saya? Begitu, maksud kamu?”Jasmine mengendikan bahunya. “Saya nggak mau munafik sih, Mas. Tapi, memang bener. Beban banget. Nikah sama duda anak satu. D
Kevin menyandarkan punggungnya di sandaran kursinya. Kemudian memijat keningnya. Pening yang ia rasakan kini.“Kamu benar. Jasmine sudah dewasa. Bisa memaafkan kembali setelah hatinya sudah siap memaafkan. Tapi Arshi … saya tidak mau dia merasa saya sudah tidak menyayanginya.“Perpisahan kami saja sudah membuatnya menjadi anak broken home. Saya tidak ingin Arshi merasa tidak disayangi oleh ayahnya sendiri. Hanya jalan-jalan. Tidak lebih.”Kevin akan mengatakan dengan jujur kepada Jasmine. Berharap Jasmine akan memakluminya.Waktu sudah menunjuk angka lima sore. Kevin masih bekutat dengan pekerjaannya yang sempat terbengkalai karena pikirannya yang sedang kalut.Ting!Pesan masuk dari Jasmine. kevin segera membukanya. Sebab, ia tak ingin melewatkan apa pun yang ingin disampaikan oleh istrinya itu.Jasmine: [Masih sibuk ya, Mas? Maaf udah ganggu, yaa. Saya hanya mau tanya, Mas Kevin pulang jam berapa kira-kira? Saya pengen martabak manis, Mas. Beliin, yaa. Hehehe.]Kevin terkekeh meliha
Dengan langkah yang berat, Kevin keluar dari kamar tersebut. Meninggalkan Jasmine yang masih enggan untuk membuka matanya.Setelah satu jam lamanya, setelah Kevin serta anak dan mantan istrinya pergi liburan bersama. Jasmine baru membuka matanya. Meregangkan otot-ototnya kemudian mengucek matanya.“Sudah jam Sembilan?!” ucapnya dengan terkejut. “Ya ampun. Apa karena efek baru tidur jam tiga subuh, jam segini baru bangun. Haaisss!”Jasmine menghela napasnya dengan pelan. Kemudian beranjak dari duduknya. Pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri terlebih dahulu. Setelahnya, mencari angina segar. Pergi keluar, tanpa harus izin terlebih dahulu kepada Kevin.“Mas Kevin mana inget padaku. Sedang membahagiakan anak dan mantan istrinya. Aku juga bisa, membahagiakan diri sendiri, dengan caraku sendiri.”Jasmine yang baru saja menyelesaikan acara mandinya itu terus bergumam, meracau tak jelas.Ting!Notifikasi pesan masuk pada ponsel Jasmine. Dengan malas, perempuan itu membukanya.Kevin: [S
“Arshi mengajak Pak Kevin liburan. Dan ingin membawa Desi juga. Mungkin, bisa jadi jika itu semua atas titah Desi. Bisa jadi juga, Jasmine sedang sakit hati karena ini.”Diandra manggut-manggut. “Begitu rupanya. Baiklah kalau begitu. Aku sudah paham. Dan … semoga aku segera melupakan Pak Justin. Berhenti berharap, dan mencari penggantinya.”Andrian mengulas senyumnya kepada sang adik. Ia bisa bernapas lega, karena akhirnya Diandra mau menerima dengan lapang dada. Menuruti perintahnya untuk melupakan Justin. Yang tidak akan pernah membalas cintanya.Di seberang sana. Jasmine tengah memeriksa ponselnya. Ada puluhan panggilan tak terjawab dari suaminya. Tapi, Jasmine memilih untuk mengabaikannya.‘Kamu menghubungiku hanya saat jam makan siang. Di jam yang lainnya, nggak ada. Untuk apa menerima panggilan pada orang yang hanya baru saja ingat kalau ada orang yang menunggu kabarnya.‘Tapi, aku nggak butuh kabar jika hanya saat kamu baru saja mengingatku. Seharusnya kamu paham, Mas. Semoga m