Share

Menikah Tapi Tak Serumah
Menikah Tapi Tak Serumah
Penulis: Puput Pelangi

Bab 1

Penulis: Puput Pelangi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-08 10:57:28

"Kamu sudah menikah, Feiza."

Rasanya seperti mendengar sambaran petir saat cuaca di luar kelewat cerah dan matahari sedang bersinar terik-teriknya.

Oh, yang benar saja! Dia, menikah?

Kapan? Di mana? Dengan siapa?

Feiza percaya apa yang barusan dikatakan ibunya, perempuan yang telah mengandung dan melahirkannya itu pasti sebuah lelucon. Ibunya ini pasti sedang bercanda.

"Bu, Ibu tidak serius, kan? Kapan Feiza menikah? Feiza kan sibuk kuliah di kota lain. Pulang ke rumah pun hanya bisa sekali-dua kali dalam sebulan. Lalu bagaimana Feiza menikah? Aku bahkan nggak tahu apa-apa," ucap Feiza.

"Kamu sudah dinikahkan Ayahmu sebulan yang lalu, Nduk. Nikah agama," jelas ibunya.

"Hah?" Feiza langsung terperangah mendengarnya. "Ta-tapi, bagaimana bisa, Bu? Kuliah Fe gimana?"

Sang ibu terlihat menghela napasnya. "Kamu tetap bisa kuliah, Nduk. Kami mengambil keputusan ini bukannya tanpa pertimbangan," jelasnya lagi.

"Bukan tanpa pertimbangan? Lalu kenapa Feiza tidak Ayah dan Ibu libatkan? Yang menikah aku, Bu!" Feiza berusaha menahan tangis. "Kenapa kalian begitu tega? Ayah punya hutang sampai aku harus dipaksa menikah seperti ini?"

"Bukan begitu, Nduk. Jaga bicara kamu," balas sang ibu. "Pernikahan ini adalah yang terbaik buat kamu. Kamu pernah bilang akan bersedia, kan, kalau Ayah dan Ibu jodohkan? Nah, pernikahan ini semacam itu."

"Tapi, Buu," balas Feiza. "Iya, Feiza mau. Tapi saat Fe merasa tidak bisa mencari dan memilih pasangan sendiri. Bukan dijodohkan yang begini!" Gadis itu hampir terisak.

"Nduk. Ayah dan Ibu hanya menginginkan yang terbaik untukmu. Percayalah, semua ini yang terbaik untuk kamu."

Feiza menggelengkan kepala mendengar penuturan ibunya. "Aku nggak mau dipaksa seperti ini! Aku nggak mau menikah, Bu. Apalagi dengan orang yang nggak Fe kenal." Gadis itu menatap nanar.

"Dengar, suamimu adalah laki-laki yang sangat baik, Nduk. Kamu beruntung dan akan sangat bahagia bersamanya."

"Gimana bisa Fe bahagia kalau dipaksa begini, Bu?!" sergah Feiza. "Aku nggak mau! Aku nggak mau menerima pernikahan ini!"

Gadis itu kini telah kehilangan pertahanannya dengan air mata yang sudah membasah di kedua belah pipinya.

"Ayah dan Ibu begitu tega sama Feiza. Kalian jahat!" Feiza mulai terisak.

Ia bangkit dari duduknya di sofa ruang tamu dan berlari masuk ke dalam kamarnya. Melemparkan diri ke atas tempat tidur lantas menenggelamkan wajahnya yang sudah banjir air mata pada bantal. Dadanya terasa begitu sakit dan sesak sekarang.

Umurnya baru akan menginjak 20 tahun pada tahun ini. Ia masih kuliah dan ingin menikmati masa mudanya dengan aktif di berbagai kegiatan mahasiswa dan mencari pengalaman-pengalaman lainnya. Kenapa Ayah dan Ibunya malah menikahkannya?

Ya, katakanlah memang hanya menikahkan secara agama. Orang tuanya memang bisa melakukan hal itu tanpa sepengetahuan ataupun persetujuannya. Ia pun bisa berkelit dari pernikahan itu karena belum tercatat di negara, dengan kabur ataupun melarikan diri misalnya. Namun, untuk Feiza yang sedikit-banyak paham akan ilmu agama, gadis itu tahu pernikahannya tetaplah sah walaupun ia tidak menginginkannya. Meski Feiza tidak terima, ia tetap dihukumi sebagai istri bagi laki-laki yang telah menikahinya.

Feiza semakin menenggelamkan wajahnya pada bantal menangisi nasibnya. Padahal, salah satu niat kepulangannya kali ini adalah hendak meminta izin dan restu. Feiza akan mencalonkan diri sebagai ketua himpunan mahasiswa di jurusannya atas dukungan beberapa dosen, teman, dan para seniornya. Tapi kalau sudah begini, kepada siapa ia bisa meminta izin dan restu?

Laki-laki yang telah menjadi suaminya itu? Feiza bahkan tidak tahu siapa dan tidak mengenalnya. Bagaimana kalau laki-laki itu malah menolak keinginannya? Feiza bahkan tidak bisa menerima pernikahan mereka. Bagaimana ia akan hidup selanjutnya?

Feiza tidak percaya kedua orang tuanya yang selama ini memberinya banyak kebebasan dalam memilih pilihan hidup dan kebahagiannya sendiri berakhir membuatnya terjebak seperti ini. Feiza berharap semua ini hanyalah mimpi.

"Nduk ...." Suara halus ibunya tiba-tiba menyapa gendang telinga Feiza.

Tak lama, Feiza bisa merasakan usapan lembut tangan sang ibu di puncak kepala dan bahu kecilnya. Ia semakin menangis menjadi karenanya.

"Jangan bersedih gini, to, Nduk," pinta ibunya. "Tunggu Ayahmu pulang, ya! Nanti kita bicara lagi."

Tangis Feiza yang sudah semakin menjadi tidak juga berhenti.

"Ayah dan Ibu sangat mencintaimu, Feiza. Kamu putri kami satu-satunya. Mana mungkin kami mau anak kami hidup menderita, hm? Kami tidak tahu kalau kamu akan seterpukul ini mendengar berita pernikahanmu. Kami hanya ingin kebahagiaanmu."

Hati Feiza serasa tercubit mendegar itu.

"Kalau Ayah dan Ibu ingin Feiza bahagia. Kalian seharusnya tidak melakukan semua ini kepada Feiza!" Gadis itu berteriak meraung-raung di dalam hatinya. Tanpa menyuarakannya.

"Sekarang tidak apa menangislah sepuasnya, Nduk. Tenangkan hatimu. Ayah akan menjelaskan semuanya nanti padamu."

Feiza merasakan ibunya yang masih membelai sayang puncak kepalnya.

"Kalau perlu, nanti segera kita temui juga suamimu. Cepat atau lambat kamu pasti akan bisa menerima pernikahan kalian. Dia mengenalmu, Feiza. Kamu mungkin juga mengenalnya. Kalian kuliah di tempat yang sama."

Deg!

Jantung Feiza langsung berpacu cepat mendengarnya.

Kamu mungkin mengenalnya dan kalian kuliah di tempat yang sama?

Feiza tidak ingin percaya apa yang dikatakan ibunya semenjak kepulangannya. Namun, mendengar penuturan terakhir ibunya tak elak membuat Feiza merasa penasaran juga.

Jadi, siapa suaminya? Apa benar Feiza sungguh mengenal laki-laki yang dengan kurang ajar sudah menikahinya tanpa sepengetahuan dan izinnya itu? Siapa dia? Apa sebenarnya maunya?

Tbc.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Lina Astriani
Namanya Nurul ...... katrok
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 2

    Flashback (1)Satu tahun yang lalu"Heran sama anak-anak ustaz ustazah jaman sekarang. Kenapa banyak banget yang pacaran sih? Pakai diumbar-umbar segala lagi. Nggak malu apa? Nggak takut dosa?"Seorang gadis muda dengan jilbab berwarna hitam yang membalut wajah cantiknya mendesis lirih.Sepasang mata mongoloidnya menatap jengah dua orang sepantarannya yang duduk berdempetan, berjarak beberapa meja dari tempatnya duduk di sebuah warung kopi yang penuh sesak akan mahasiswa dan kawula muda itu.Gadis itu menatap dua orang yang bisa dibilang cukup dikenalnya itu dengan lirikan tajam tanpa benar-benar menolehkan kepalanya. Membuat seorang pemuda yang duduk di depannya terkikik lirih memecahkan tawa."Kamu bisa julid juga, ya, ternyata? Kukira selama ini kamu kalem," kata laki-laki itu mengganti tawa lirihnya dengan seulas senyum kecil sembari menatap dalam-dalam gadis yang ada di hadapannya."Kalem?" balas gadis itu dengan nada terkejut yang sarat mengejek. Ia menatap balik. "Kamu aja yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08
  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 3

    "Fe," panggil Fahmi setelah beberapa saat."Iya?" sahut Feiza yang kini sibuk memasukkan pentol goreng tusuk ke dalam mulut dan mulai mengunyahnya."Jadi, kamu belum pernah pacaran, ya?"Uhuk!Feiza hampir tersedak."Fahmiii." Gadis itu langsung memelototi Fahmi dan menggeram. "Aku lagi makan!" protesnya.Fahmi menahan senyumnya. "Jawab aja, Fe," katanya.Feiza langsung menyambar gelas teh tawarnya dan menenggaknya tanpa sisa. "Iya lah. Kenapa tanya-tanya?" jawabnya kemudian dengan begitu tidak santainya. "Masa iya calon istrinya laki-laki salih, kaya, penyayang, cerdas, perhatian, dan yang gantengnya jiddan jiddan gini punya mantan? Nggak dong. Makasiih."Feiza kemudian kembali menyuap sebuah pentol goreng ke dalam mulutnya dan mengunyahnya.Fahmi dibuat tertawa sembari menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan gadis yang ada di depannya itu. "Sombong amat," ejeknya.Feiza tidak menghiraukannya. "Biarin. Bodo amat." Feiza tetap menyantap pentol gorengnya dengan tenang. "Sombong da

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08
  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 4

    "Fe," panggil Fahmi setelah beberapa saat saling diam lagi. "Pernah denger kalimat kalau seseorang yang pacaran lalu dia bertaubat, dan tidak pernah berpikir untuk mengulang lagi, maka dia lebih mahal dari berlian?" tanyanya."Pernah." Feiza mengangguk. "Apa lagi kalau nggak pernah pacaran, ya, kan?" lanjutnya.Fahmi terkekeh. "Jadi, kamu bener-bener nggak mau pacaran, ya, Fe?""Hem. Bisa dibilang gitu sih, Mi. Untuk saat ini."Fahmi langsung mengerutkan dahi. "Untuk saat ini?" pekaunya mempertanyakan kalimat terakhir dari jawaban Feiza."Iya." Feiza menganggukkan kepala. "Aku nggak mau dicap munafik, sok alim ataupun sok suci." Jeda. "Setelah ngobrol sama kamu hari ini, aku mengakui kalau aku orang yang sangat naif sekali, Mi. Jadi, aku mau menjawab pertanyaan kamu dengan rasioal aja."Dari mengerutkan dahinya, Fahmi kini mengangkat sebelah alisnya karena tertarik dengan apa yang dikatakan oleh Feiza."Manusia adalah makhluk yang dinamis. Sifatnya fluktuatif. Sekarang bisa aja aku bi

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08
  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 5

    "Kamu sendiri gimana, Mi?" ucap Feiza kemudian. "Apa termasuk orang yang berpandangan kalau pacaran itu seperti taaruf kayak yang kamu bilang tadi?" lanjutnya."Hm. Mungkin?" jawab Fahmi."Wah." Feiza langsung berseru. "Kamu pernah pacaran?" tanyanya.Fahmi menatap lekat mata Feiza. "Jujur, bisa dibilang iya."Feiza kembali berseru 'wah' lantas membekap mulutnya. Bukannya ekspresi antipati, wajah terkejut Feiza malah seperti menatap tidak percaya, tidak menyangka, sekaligus takjub kepada Fahmi. Semuanya campur baur."Cuma cinta monyet. Pacarannya pun nggak aneh-aneh kok, Fe. Cuma SMS-an sama Inbox-an di jaman itu. Waktu itu aku SMP. Nggak pernah jalan berdua, pegangan tangan, ataupun lainnya," jelas Fahmi tanpa diminta."Emm." Feiza mengangguk kecil. "Temen sepondok kamu?" tanyanya."Iya.""Seangkatan ... atau adik tingkat?""Seangkatan.""Sekelas?""Enggak.""Ohh."Tercipta keheningan."Fe," panggil Fahmi setelah beberapa lama."Iya?" sahut Feiza yang kini tampak kembali menyuap pent

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08
  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 6

    Feiza menyeka kedua matanya yang basah oleh cairan larikma. Untuk ke sekian kalinya.Kini, gadis cantik itu sedang duduk di ruang keluarga bersama kedua orang tuanya setelah ayahnya yang bekerja di pabrik pulang beberapa jam yang lalu.Jam analog di dinding ruangan itu menunjukkan pukul 7 malam selepas Isya. Feiza, ayahnya, dan ibunya. Mereka bertiga duduk di atas lantai semen yang dilapisi karpet berwarna hijau tua ruang keluarga.Ayah Feiza duduk bersisian dengan ibunya sedangkan Feiza bersimpuh di hadapan keduanya.Feiza buka suara setelah berusaha menenangkan diri. "Kenapa Ayah begitu tega sama Feiza, Yah?" tanya gadis itu dengan suara sengau menatap ayahnya. "Kenapa Ayah nikahin aku sama seseorang yang bahkan nggak Fe kenal? Kenapa, Yah? Kenapa?"Tes tes tes.Feiza sudah berusaha keras menahan air matanya. Namun, cairan itu tetap meluncur juga dengan deras di kedua belah pipinya.Gadis itu benar-benar merasakan kesedihan yang tak terkira karena keputusan sepihak kedua orang tuany

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08
  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 7

    Pemandangan seperti ini tidak pernah dibayangkan sama sekali oleh Feiza sebelumnya. Sebuah mobil sedan berwarna putih berhenti tepat di depan rumahnya dan seorang laki-laki yang dikenalnya keluar dari dalamnya.Ya Allah Gusti, apa pun maksud dan tujuan kedatangan laki-laki ini, semoga tidak seperti apa yang dipikirkan Feiza dan menjadi dugaannya.Gadis itu berpikir ia tidak akan kuasa jika kemunculan laki-laki itu sepagi ini di rumahnya sama seperti yang ada di pikirannya. Feiza tidak akan bisa."Assalamu'alaikum." Laki-laki itu tiba-tiba sudah berdiri di depannya dan mengucap salam dengan suaranya yang berat dan tegas.Feiza yang sempat mematung selama beberapa detik langsung kelabakan menjawab salam laki-laki itu. "Wa-waalaikumussalam." Ia sampai tergagap.Laki-laki itu pun mengulas senyum di wajahnya. "Ayah dan Ibu di mana?" tanyanya.Feiza langsung tercenung mendengarnya.Ayah dan Ibu? Ayah dan ibu siapa yang dimaksudnya? Ayah dan Ibu Feiza? Tapi, kenapa laki-laki itu menyebutnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08
  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 8

    Feiza tidak dapat mendeskripsikan perasaannya. Entah terkejut, sedih, kecewa, takut, terluka, atau bahkan perasaan lainnya. Yang jelas perasaan campur aduk itu ia yakini bukanlah perasaan bahagia.Feiza merasa ingin menghilang saja dari dunia saat ini juga. Ia benar-benar tidak ingin berurusan dengan laki-laki yang kini ada di hadapannya. Hanya berdua.Ya, hanya ada mereka berdua di ruang tamu berukuran 4 x 6 meter itu. Ayah dan ibu Feiza baru saja pergi beberapa menit yang lalu dengan alasan hendak ke pasar untuk berbelanja. Padahal Feiza rasa, tidak ada kebutuhan rumah atau dapur yang harus ibunya beli hari ini. Semuanya masih mencukupi."Feiza," panggil laki-laki itu lembut. "Kamu melamun?" tanyanya penuh perhatian menatap ke arah Feiza.Feiza mengerjapkan matanya, balas menatap laki-laki yang duduk tepat di depannya hanya berbataskan meja kayu ruang tamu dengan bentangan jarak berkisar satu meteran itu lalu menundukkan kepala.Feiza tidak tahu apa yang harus dilakukan atau dikatak

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08
  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 9

    "Setelah ini bersiaplah, Fe," ucap Furqon tak lama setelah Feiza mengambil kotak berisi cincinnya."Siap-siap? Apa, Gus?" balas gadis itu terdengar malas tak bertenaga.Kenyataan bahwa Furqon adalah laki-laki yang dinikahkan dengannya menyedot habis tenaganya, bahkan bisa dibilang, gairah hidup Feiza. Gadis itu sudah bisa membayangkan hari-hari berat yang akan dialaminya dan menunggunya di depan mata karena menjadi istri Furqon."Aku mau mengajakmu jalan-jalan seperti yang sudah kusampaikan ke Ayah," balas Furqon. "Semua barang yang mau kamu bawa kembali ke Plosojati, kamu bawa sekalian. Setelah jalan-jalan kita akan langsung kembali ke sana."Feiza diam tidak bisa berkata-kata. Ia benar-benar masih syok dan terkejut.Plosojati yang dimaksud Furqon ialah nama daerah tempat berdirinya kampus mereka di kota rantauan. Dan kebanyakan mahasiswa memang memilih tinggal dan menetap di daerah itu entah di kontrakan atau indekosnya masing-masing.Sekarang, Feiza masih terkejut karena Furqon ben

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08

Bab terbaru

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 96

    Assalamualaikum warahmatullah .... Assalamualaikum warahmatullah .... Usai salat, Furqon mengangkat kedua tangannya ke udara, memimpin doa kemudian langsung berbalik menoleh ke arah Feiza yang ada di belakangnya. "Mas." Feiza mendekat lalu meraih tangan Furqon dan menciumnya. Furqon merekahkan senyum. Tangan kirinya yang bebas tidak dicium Feiza bergerak mengusap lembut puncak kepala sang istri yang masih berbalutkan kain mukena. "Aku akan rindu kamu, Fe," tutur Furqon. Selesai bersalaman, Feiza menegakkan duduknya lagi dan sedikit mendongakkan kepala agar dapat menatap lurus wajah tampan Furqon yang ada di hadapannya. "Cuma dua hari, Mas," sahut Feiza. "Iya. Tapi aku akan sekarat merinduimu." "Ha ha ha ha." Feiza langsung memecahkan tawa mendengar itu. "Gombal banget, sih, Mas," tukasnya. Furqon kembali memasang senyum menatap perempuan yang ada di depannya. "Itu kenyataannya, Fe. Aku akan kangen banget sama kamu." "Chessy, ih. Gombal," respons Feiza sekali lagi. "Nggak p

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 95 (b)

    Furqon masih diam tidak mengatakan apa-apa. "Aku masih kangen kamu padahal, Feiza," sahut Furqon akhirnya ketika bersuara. "Tapi aku juga nggak bisa nolak Umi tadi," lanjutnya. Feiza memasang senyum tipis, berusaha mengajak Furqon tersenyum juga bersamanya. "Cuma dua hari aja kok, Mas. Nggak lama," hibur perempuan itu. "Kita masih bisa hubungan, telepon atau mungkin video call." "Hm." Furqon menyahut dengan wajah sendu. Ia mengalihkan tatapannya dari Feiza lalu melanjutkan acara makannya yang sejak tadi sebetulnya tanpa selera. "Njenengan kurang suka ayam panggangnya?" tanya Feiza setelah memperhatikan cara makan Furqon. "Mau kumasakin sesuatu yang lain?" Furqon segera menoleh dan memberikan gelengan. "Nggak usah." Feiza mengangguk. Ia terus memperhatikan bagaimana Furqon makan sembari menyantap m

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 95 (a)

    "Assalamualaikum. Feiza." Feiza baru saja selesai menunaikan ibadah salat Magribnya ketika Furqon terdengar mengucap salam dan memanggil namanya dari luar. Segera, perempuan itu pun melipat mukena dan sajadahnya lantas memasangnya di hanger kayu lalu mengantungnya di gagang lemari baju. "Feiza ...." Sekali lagi Furqon terdengar menyerukan nama Feiza. "Iya, Mas." Feiza keluar kamar dan menghampiri Furqon. "Waalaikumussalam." Ia menjawab salam Furqon yang tadi lalu khidmat mencium tangan sang suami. "Barang pesananku mana?" tanya Feiza lalu memperhatikan Furqon yang ada di depannya. "Ini. Sudah kubeli," balas Furqon, menenteng dua buah kresek berukuran sedang di tangan kirinya. Dua bungkus es degan beserta sedotannya di kresek yang lebih kecil dan dua kotak nasi di kresek satunya. Dua-duanya kresek bening sehingga siapa pun bisa melihat dengan jelas apa yang Furqon bawa. "Yeay! Makasih, Mas," seru Feiza girang lalu mengambil alih makanan dan minuman yang sudah dibawaka

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 94

    Fahmi PGMI-A Feiza mengernyitkan keningnya melihat nama siapa yang tertera di layar ponselnya. "Fahmi? Kenapa tiba-tiba nelepon?" gumamnya kemudian mengangkat panggilan teman sekelas sekaligus wakil ketuanya di ormawa himpunan mahasiswa itu. "Assalamu'alaikum, Fahmi. Ada apa?" tanya Feiza tanpa berbasa-basi meskipun posisinya adalah si penerima telepon. "Wa'alaikumussalam." Dengan suara beratnya, Fahmi menyahut dari seberang. "Feiza," ucap Fahmi. "Apa?" Feiza merespons. "Aku sekarang ada di depan kosan kamu." Kedua bola mata Feiza langsung melotot mendengar perkataan Fahmi itu. "Hah? Ngapain?" Terkejut, tanya Feiza. Fahmi terdengar terkekeh lirih di seberang sana. "Lagian aku lagi nggak ada di kos, Mi." Feiza menambahi. "Ngapain kamu ke kosanku?" Perempuan cantik itu terdengar menggerutu. "Loh, beneran nggak ada di kos?" Fahmi melempar tanya dengan nada santai. "Hm. Iya," jawab Feiza pendek. "Padahal ada suatu hal yang mau kubicarain sama kamu, Fe." Feiza diam tidak lang

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 93

    Gus Furqon: Istriku ingin dibawakan sesuatu?Bibir Feiza langsung melengkungkan senyum membaca pesan terakhir yang dikirimkan suaminya itu.Istriku ... betapa manisnya Furqon menyebut dirinya. Disebut begitu saja Feiza sudah merasa bahagia. Ada jutaan kupu-kupu yang menari di perutnya.Dan omong-omong soal keinginan dibawakan sesuatu. Ya, Feiza memang sedang ingin sesuatu.Segera Feiza pun mengetik balasan untuk pesan suaminya itu.Feiza: Mau es deganTanggapan Furqon pun segera datang.Gus Furqon: Iya. Ada lagi?Bibir Feiza semakin merekahkan senyuman cantiknya. Perempuan itu pun mengetik lagi di keypad ponsel Android-nya.Feiza: Lagi pengen makan ayam panggang maduFeiza: Pasti enak MasDrtt ... Drtt ....Furqon kembali langsung merespons.Furqon: Oke nanti pulang kubawakanFeiza mereaksi pesan terakhir Furqon dengan emoticon cinta lantas mematikan ponsel dan menghela napasnya."Huft .... Untung aja Gus Furqon belum baca," risik Feiza perihal pertanyaan memalukannya yang bertanya me

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 92

    "Gus Furqon! Ada apa? Tumben njenengan nggak bisa dihubungi dari pagi? Apa yang terjadi, Gus? Kenapa baru ngampus siang?"Salim langsung memberondong Furqon dengan pertanyaan begitu laki-laki jangkung putra kiainya itu muncul di hadapannya."Semua baik-baik saja kan, Gus?" lanjut Salim masih melempar tanya.Menatap Salim yang ada di depannya, Furqon merekahkan senyum lebar lantas menepuk-nepuk lengan temannya itu. "Semuanya baik-baik saja, Lim," ujarnya.Salim mengerutkan keningnya. "Betulan, Gus?" tanyanya tak yakin. "Bagaimana dengan Neng Feiza?" lanjutnya tanpa suara setelah menengok kiri dan kanannya."Hn." Furqon mengangguk sebagai jawaban pertanyaan Salim yang pertama lantas mendekat ke arah Salim dan berbisik pelan, "Biasa. Urusan rumah tangga. Jomlo seperti kamu nggak akan paham."Salim langsung terkekeh lalu tersenyum lebar mendengar itu. "Siap, Gus. Syukur alhamdulillah kalau begitu."Furqon manggut lagi dengan senyum cerahnya kemudian mengedarkan pandang ke sekeliling ruang

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 91

    "Ya udah, gih sana berangkat!" ucap Feiza sembari mengangkat tangan kanannya yang sudah tidak lagi memegang sendok dengan posisi punggung tangan di atas lantas mengibaskannya beberapa kali ke depan menyerupai dorongan. "Ha ha ha." Furqon tertawa melihat gerakan tangan Feiza. "Kamu ngusir aku, Fe?" katanya. "Hm." Feiza mengangguk sambil tersenyum. "Oke kalau begitu," balas Furqon lalu bangun dari tempat duduknya. Feiza kira suaminya itu akan benar-benar berangkat ke kampus seperti yang dikatakannya. Namun, rupanya Furqon bangkit dari tempat duduk untuk berjalan ke sisinya lalu berdiri tepat di samping Feiza. "Ada apa, Mas?" tanya Feiza. Tanpa kata, Furqon merendahkan badannya hingga sejajar dengan Feiza lalu mencium pipi kanannya. Cukup lama. Feiza yang terkejut pun hanya bisa membelalakkan mata. "Ngecas dulu," kata Furqon setelah mencium Feiza. Feiza yang wajahnya merona hanya mengerjapkan matanya. "Ya-ya udah, sana berangkat, Mas!" suruh Feiza kemudian. Furqon

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 90

    A/n: Sepercik momen Furqon dan Feiza yang banyak gajenya đŸ™đŸ»Happy reading~***"Ayo habiskan makanannya, Fe. Yang lahap makannya," ucap Furqon kepada Feiza yang duduk di sebuah kursi kayu yang ada di depannya."Hem. Iya, Mas," balas Feiza sembari kembali memasukkan sesuap nasi ke dalam mulutnya. Mengunyahnya pelan.Melihat bagaimana cara Feiza yang memakan makanannya dengan tampak malas-malasan membuat Furqon mengulas senyuman."Makannya lama banget, Fe. Kenapa? Nggak mau kutinggal berangkat ke kampus, ya?" celetuknya disusul tawa.Feiza langsung memicingkan mata menatap dengan tajam Furqon yang tertawa di depannya."Ndak lah. Kalau njenengan mau berangkat, berangkat aja. Nggak usah nunggu aku selesai makan," sahut Feiza. Tidak terima disebut memperlambat acara makannya demi membuat Furqon tetap berada di sisinya.Furqon menghentikan kekehannya lalu mengulas senyum manis di bibirnya."Hm. Terus kenapa? Masa dari tadi makannya nggak habis-habis?" tanya Furqon. "Punyaku sudah habis se

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 89

    Ciuman itu begitu tiba-tiba.Feiza yang membelalakkan kedua matanya karena terkejut hanya bisa diam selama beberapa lama. Membiarkan bibir lembut Furqon menyapa labium miliknya.Saat Furqon menjeda ciumannya guna mengambil pasokan udara, ia memundurkan sedikit kepalanya dan menatap Feiza sekilas dengan mata berkabut.Keduanya saling pandang.Dari kedua pasang mata itu, seolah ada aliran listrik yang sama-sama menyengat.Tak lama, Furqon kembali menebas jarak yang ada di antara mereka, menyentuh tengkuk Feiza, dan kembali mencium bibir istrinya.Selama beberapa saat Feiza hanya diam seperti tadi. Namun, tak lama ia pun membalas ciuman itu.Waktu seolah melambat lantas berhenti berdetak.Feiza tidak tahu kapan dan bagaimana, tiba-tiba ia sudah ada di bawah Furqon di atas tempat tidur mereka. Mukenanya sudah tanggal entah di mana dan rambut panjangnya telah terurai.Begitu pun Furqon. Ia sudah tidak memaka

DMCA.com Protection Status