Share

Bab 9

Author: Puput Pelangi
last update Last Updated: 2024-05-08 11:02:45

"Setelah ini bersiaplah, Fe," ucap Furqon tak lama setelah Feiza mengambil kotak berisi cincinnya.

"Siap-siap? Apa, Gus?" balas gadis itu terdengar malas tak bertenaga.

Kenyataan bahwa Furqon adalah laki-laki yang dinikahkan dengannya menyedot habis tenaganya, bahkan bisa dibilang, gairah hidup Feiza. Gadis itu sudah bisa membayangkan hari-hari berat yang akan dialaminya dan menunggunya di depan mata karena menjadi istri Furqon.

"Aku mau mengajakmu jalan-jalan seperti yang sudah kusampaikan ke Ayah," balas Furqon. "Semua barang yang mau kamu bawa kembali ke Plosojati, kamu bawa sekalian. Setelah jalan-jalan kita akan langsung kembali ke sana."

Feiza diam tidak bisa berkata-kata. Ia benar-benar masih syok dan terkejut.

Plosojati yang dimaksud Furqon ialah nama daerah tempat berdirinya kampus mereka di kota rantauan. Dan kebanyakan mahasiswa memang memilih tinggal dan menetap di daerah itu entah di kontrakan atau indekosnya masing-masing.

Sekarang, Feiza masih terkejut karena Furqon ben
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nuryati Nury
lanjut...semakin greget, ingin tau lanjutanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 10

    Sepanjang perjalanan, Feiza terus diam dengan Furqon yang juga tampak mengemudi dengan tenang di sisi kanannya. Tidak ada seorang pun yang bicara.Entah ke mana tujuan mereka, Feiza masih belum tahu. Furqon benar-benar tidak berniat memberitahunya. Membuat gadis itu hanya bisa menghela napasnya beberapa kali dengan pelan namun gusar sembari menatap pemandangan yang ada di luar mobil dari kaca jendela yang ada di sisi kirinya.Yang Feiza tahu dengan pasti, mereka masih berada di daerah kota tempat tinggalnya. Itu saja.Ponsel sebenarnya bisa menjadi distraksi terbaik untuk memusatkan perhatian Feiza agar tidak terlalu merasakan keheningan yang tercipta dalam mobil sedan berwarna putih itu. Namun, Feiza memilih tidak melakukannya. Ia takut melewatkan akan ke mana sebenernya Furqon membawanya, hingga beberapa saat setelahnya, laki-laki jangkung itu membelokkan mobilnya masuk ke dalam basement salah satu mal di kota.Feiza sedikit mengernyitkan dahi, ia sama sekali tidak menyangka jika Fu

    Last Updated : 2024-05-08
  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 11

    Setelah membeli beberapa jajanan oleh-oleh, Furqon membawa Feiza ke sebuah toko perhiasan dan membelikan sebuah cincin emas untuk gadis itu. Katanya Feiza harus memakainya jika belum mau memakai cincin nikah berlian yang diberikannya.Sebenarnya Feiza tidak mau menerimanya, tapi lagi-lagi demi misinya yang belum tercapai, Feiza mengiyakan dan langsung mengenakan cincin emas dua puluh empat karat dengan berat 3,5 gram itu.Terlalu besar menurut Feiza, dan tentu terlihat sangat mencolok di jari manis kecil tangan kanannya yang notabenenya mahasiswa yang berkuliah dengan beasiswa. Namun, apa mau dikata. Untuk saat ini Feiza terpaksa harus mengenakannya agar Furqon merasa senang.Setelah membeli cincin, Furqon hendak mengajak Feiza ke gerai ponsel dan membelikan iPhone terbaru untuk gadis itu. Tapi untuk satu hal itu Feiza langsung menolak dengan alasan ia masih terlalu eman dengan ponsel Android kesayangannya yang sudah lama menemani Feiza semenjak masih menjadi Maba alias mahasiswa baru

    Last Updated : 2024-05-08
  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 12

    Furqon membawa Feiza masuk ke dalam sebuah bangunan rumah yang begitu besar dan megah setelah melepas alas kaki masing-masing di depan teras rumah yang berundak. Tembok rumah itu berwarna cream nyaris putih tulang senada dengan lantai keramiknya dengan pintu dan jendela yang berbahankan kayu jati bercatkan warna cokelat tua.Sofa yang ada di ruang tamu berwarna putih gading dengan beberapa kaligrafi indah yang menghiasi dinding, juga sabuah gambar Ka'bah berukuran besar di salah satu sisinya. Karpet dan permadani yang tak kalah bagusnya juga menyelimuti lantai pada sebagian besar ruangan berukuran 5 x 6 meter itu."Assalamu'alaikum."Furqon berujar mengucapkan salam. Tangan kirinya masih menggenggam tangan kanan Feiza dengan tangan kanan laki-laki itu yang menenteng kresek dan paper bag berisi oleh-oleh jajanan khas Jombang yang sebelumnya telah dibelinya."Assalamu'alaikum, Umi." Furqon mengucap salamnya lagi."Wa'alaikumussalam."Tak berselang lama, suara seorang wanita menyahut kem

    Last Updated : 2024-05-08
  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 13

    "Abah ...." Furqon menyalami abahnya. Setelahnya, Feiza pun melakukan hal yang sama. Gadis itu beringsut mendekati Kiai Hamid setelah Furqon, maraih punggung tangannya, lalu menciumnya dalam-dalam. "Alhamdulillah." Kiai Hamid bergumam. "Ayune mantuku," lanjutnya memuji kecantikan Feiza. Kini gadis itu sudah melepas masker di wajahnya, sehingga wajah cantik yang ada di baliknya terlihat dengan jelas. Bu Nyai Farah, umi Furqon langsung tersenyum. "Iya, Bah. Pantas saja kalau putra kita tidak mau menikah dengan gadis lain selain Zahra." Feiza kembali tertegun mendengarnya. Umi Furqon kembali menyebutkan nama perempuan asing di depannya. "Umi ...," rajuk Furqon yang langsung membuat Bu Nyai Farah terkekeh geli. "Lho, iya tho? Kenyataannya begitu tho?!" Bu Nyai Farah kembali tertawa. "Kata Furqon kalian kuliah di tempat yang sama ya, Nduk?" Kiai Hamid melempari Feiza tanya. "Ah, enggeh, A-Abah." Feiza mengiyakan meski di akhir nada suaranya terdengar ragu ketika menyebut

    Last Updated : 2024-05-14
  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 14

    "Kamu sudah hafal berapa juz, Nduk?" tanya Bu Nyai Farah kepada Feiza tepat setelah wiridan, doa, dan musafakhah usai jemaah salat Asar dilakukan. Feiza yang merasa tidak memiliki banyak hafalan langsung meringis. "Ndak sampai berapa juz, Umi," katanya. "Hanya juz amma dan beberapa surah," lanjutnya. "Ooo." Bu Nyai Farah langsung membulatkan mulutnya dengan suara huruf vokal 'o' yang keluar terdengar. "Umi kira kamu sudah khatam hafalan surah-surah Al-Qur'an seperti suamimu di pesantren tahfidz paman kamu, Zahra." Feiza hanya diam mendengarnya. Benar, Furqon memang seorang hafidz Al-Qur'an yang dulu nyantri di pesantren paman Feiza itu. Dan di sana pula sebenarnya awal Feiza mengenal Furqon, dan mungkin, awal pula bagi Furqon mengenalnya. "Kulo tidak ikut program tahfidz, Mi," lirihnya sambil mencoba tersenyum. "Kenapa lho, Nduk?" tanya Bu Nyai Farah bernada terkejut. "Eman banget kalau kamu ndak ikut program tahfidz. Segera ikut, ya! Tambah hafalanmu biar kamu bisa bantu

    Last Updated : 2024-05-15
  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 15

    Feiza masuk ke dalam kamar Furqon dengan perasaan gamang. Gadis itu bahkan meremas ujung jari-jarinya karena perasaan gugup dan was-wasnya. Tidak jauh dari Feiza, Furqon yang sudah ada di dalam kamar terlebih dulu terlihat berbaring di atas ranjang sembari memainkan ponsel. Mereka baru saja selesai makan malam beberapa waktu lalu setelah salat Isya dan Feiza kembali diajak ngobrol berdua dengan Bu Nyai Farah. Tidak lama karena ibu dari Furqon itu kemudian menyuruh Feiza segera kembali ke kamar putranya untuk beristirahat, mengingat besok pagi-pagi sekali, Feiza dan Furqon akan kembali ke Plosojati. Jikalau boleh jujur, Feiza lebih memilih bercakap-cakap dengan Bu Nyai Farah saja sepanjang malam daripada kembali masuk ke kamar Furqon. Ia takut. Gadis itu juga sudah berusaha mengulur waktu berlama-lama dengan ibu mertuanya, tapi sayangnya usahanya sia-sia karena Bu Nyai Farah cepat mengakhiri konversasi mereka dan menyuruh Feiza segera tidu

    Last Updated : 2024-05-16
  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 16

    Drtt ... Drtt .... Ponsel Feiza yang ia taruh di nakas samping ranjangnya berdering. Ia yang memang belum bisa tidur langsung meraih ponselnya dan menemukan nama Fahmi sebagai orang yang tengah menghubunginya. Feiza melirik Furqon yang tampak sudah terlelap lalu turun dari atas ranjang dan berjalan ke luar, menuju balkon kamar Furqon untuk mengangkat telepon dari teman satu kelasnya itu. "Assalamu'alaikum, gimana, Mi?" kata Feiza. "Wa'alaikumussalam, Fe." Suara berat Fahmi mengalun dari seberang sana. "Kamu udah sampe mana, Fe? Jadi kujemput kan?" tanya laki-laki itu. "Eh?" Feiza sedikit terkejut. Ia lupa kalau semula ia akan kembali ke kota rantauan dengan menaiki kereta api seperti bagaimana ia pulang ke Jombang sebelumnya. Dan Fahmi, laki-laki itu yang berjanji akan menjemput Feiza begitu tiba di stasiun. Karena sebelumnya, laki-laki itu pula yang memaksa mengantar Feiza ke stasiun saat berangkat pulang ke rumahnya. Pukul 22.00 WIB, sekarang seharusnya Feiza masih ada di

    Last Updated : 2024-05-17
  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 17 (a)

    Feiza tidak tahu bagaimana akhirnya ia bisa tertidur. Namun, ketika dirinya bangun, gadis itu merasa langsung diliputi canggung. Bagaimana tidak? Feiza sangat yakin jika posisinya saat mencoba terlelap adalah berbaring terlentang. Bagaimana bisa ketika bangun dirinya dan Furqon saling berhadapan? Baiklah. Mereka berdua memang tidak saling berpelukan. Tapi posisi itu masih begitu memalukan bagi Feiza karena selain membuka mata dengan posisi tidur saling berhadapan, jaraknya dengan Furqon sangat dekat dan tangan mereka saling bertautan. Feiza merasa malu luar biasa karenanya. Terlebih ketika dirinya dan Furqon sarapan pada pukul 05.00. Begitu lebih awal daripada biasanya karena keduanya berencana kembali ke Plosojati pukul 06.00 pagi. Bu Nyai Farah, umi dari Furqon yang tak lain adalah ibu mertuanya menggodanya. "Jadi sudah sampai mana progres cucu Umi? Semalam Umi dengar ribut sekali." Uhuk uhuk uhuk!

    Last Updated : 2024-05-17

Latest chapter

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 101

    Nurul Faizah Az-Zahra POV"Ada lagi yang mau kamu beli, Nduk?" tanya Umi kepadaku setelah kami berkeliling dengan banyak belanjaan yang dibeli Umi dan kini dibawakan oleh Kang Malik dengan kedua tangannya—yang mana sebagian besar belanjaan itu diperuntukkan Umi Farah untukku.Cepat, tentu aku segera menggelengkan kepala. "Tidak, Umi. Sudah tidak ada," jawabku mantap."Beneran?""Nggeh, Umi." Aku merekahkan senyuman mencoba meyakinkan."Ha ha ha ha ha." Umi langsung menggelakkan tawa yang terdengar begitu renyah dan menyenangkan di telinga. "Ya sudah. Sekarang, kalau begitu mari kita pulang!"Aku kembali tersenyum. Senang. "Nggeh, Umi," balasku."Kang Malik, ayo kita pulang!" ujar Umi kemudian, ganti kepada Kang Malik yang berdiri di belakang kami."Ah, enggeh. Baik, Bu Nyai." Laki-laki yang menurutku masih seumuran dengan Gus Furqon itu mengangguk.Sedetik setelahnya, kami sama-sama mengayunkan tungkai kaki kami pergi menuju jalan keluar plaza."Umi, sebentar," ucapku tak lama setelah

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 100

    Nurul Faizah Az-Zahra POVSepanjang perjalanan, Umi terus mengajakku berbicara, hingga mobil sedan yang disopiri salah satu santri putra abdi ndalem pesantren keluarga Gus Furqon yang baru kutahu namanya Kang Malik—karena Umi memanggilnya begitu tadi ketika keduanya berbincang sebentar—membelokkan mobil yang kami naiki masuk ke dalam area pesantren.Setelah beberapa waktu menempuh perjalanan, kami telah tiba di pondok pesantren asuhan Umi dan Abah Gus Furqon di Kediri.Saat itu aku baru sadar, aku sama sekali tidak membawa masker sekarang, sehingga wajahku tidak dapat kusembunyikan.Bukankah beberapa santri sudah pernah melihat wajahku sebelumnya ketika diajak Umi salat berjemaah di musala pondok putri?Ya, jawabannya adalah iya. Namun, ketika itu mereka pasti hanya melihatnya sekilas. Setidaknya itu yang aku yakini. Dan lagi pula, saat itu di ruangan tertutup sehingga meski ada yang melihat, mestinya tidak banyak.Berbeda jauh jika melihatku di ruang terbuka. Di halaman ndalem kesepu

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 99

    "Zahra," panggil Bu Nyai Farah halus pada Feiza yang kini duduk manis di sampingnya pada kursi penumpang belakang sebuah mobil sedan berwarna hitam yang melaju di jalan raya. "Nggeh, Mi?" balas Feiza segera. Bu Nyai Farah mengembangkan senyumnya. "Ada yang mau Umi tanyakan?" Jantung Feiza langsung berdebar-debar. "Ta-tanya apa, Umi?" balas Feiza pelan dengan perasaan yang entah mengapa menjadi was-was dalam seketika. Bu Nyai Farah mendekatkan dirinya ke arah Feiza—hal yang membuat jantung Feiza semakin berdebar tidak karuan—lantas berbisik pelan ke telinga menantunya itu. "Umi perhatikan wajah kamu sedikit pucat, Zahra. Sedang tidak enak badan?" Feiza merasa kembali dikejutkan. Bukan karena pertanyaan yang diajukan Bu Nyai Farah kepadanya. Namun, sebab apa yang diduga, dipikirkan, dan ditakutkannya ternyata meleset. Perempuan cantik itu diam-diam menghela napasnya dengan penuh kelegaan. Pikiran buruk yang sebelumnya bercokol di kepalanya tidak terjadi. Bu Nyai Farah t

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 98

    "Masyaallah, cantiknya putri menantuku ...." Bu Nyai Farah mengembangkan senyumnya sembari terpana memandang Feiza yang muncul dari dapur dengan sebuah nampan kecil berisi tiga buah cawan teh hangat di tangannya. "Monggo diminum dulu, Umi," ucap Feiza sembari menyajikan teh yang baru dibuatnya itu ke atas meja. "Iya, Zahra." Bu Nyai Farah menganggukkan kepala lalu meraih cawan teh yang ada di depannya yang baru saja disajikan Feiza kemudian pelan menyeruputnya. "Bismillahirrahmanirrahim," ucap Bu Nyai Farah sebelum meminum cairan berwarna kecokelatan itu. "Enak, Nduk." Kemudian pujinya. "He he, terima kasih, Umi." Bu Nyai Farah menganggukkan kepalanya sekali. Kedua netranya menatap sang menantu dalam-dalam. "Kamu terlihat lebih cantik dari yang terakhir kali Umi lihat, Zahra." Tak lama, Bu Nyai Farah kembali melempar pujian untuk Feiza yang kini sudah duduk di sebuah sofa yang tepat berada di depan perempuan paruh baya itu. "Aamiin. Umi bisa saja he he," ucap Feiza. "

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 97

    "Iya, aku memang ngeselin, Feiza. Tapi cuma ke kamu aku seperti ini," ucap Furqon sembari menatap Feiza dalam-dalam. Tangan kanannya bergerak menggenggam tangan kanan istrinya itu perlahan. "Kamu pasanganku. Mungkin memang jodohnya, laki-laki tengil dan menyebalkan sepertiku menikah dengan perempuan galak dan keras kepala seperti kamu."Plak!"Aduh!"Tanpa aba-aba, Feiza memukul lengan Furqon yang ada di depannya dengan tangan kirinya."Sakit, Sayang," lirih Furqon menatap dalam Feiza sembari menampilkan ringisan di wajah tampannya."Rasain," balas Feiza dengan wajah cemberut."Ha ha." Furqon kembali tertawa melihat wajah istrinya yang menurutnya terkesan lucu itu. "Sayang banget aku sama kamu," lirihnya lalu mengecup tangan kanan Feiza yang ada di genggamannya."Katanya aku galak?" desau Feiza."Iya, tapi aku sayang.""Berarti nyebelin dong? Kenapa masih sayang?""Karena ngangenin," balas Furq

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 96

    Assalamualaikum warahmatullah .... Assalamualaikum warahmatullah .... Usai salat, Furqon mengangkat kedua tangannya ke udara, memimpin doa kemudian langsung berbalik menoleh ke arah Feiza yang ada di belakangnya. "Mas." Feiza mendekat lalu meraih tangan Furqon dan menciumnya. Furqon merekahkan senyum. Tangan kirinya yang bebas tidak dicium Feiza bergerak mengusap lembut puncak kepala sang istri yang masih berbalutkan kain mukena. "Aku akan rindu kamu, Fe," tutur Furqon. Selesai bersalaman, Feiza menegakkan duduknya lagi dan sedikit mendongakkan kepala agar dapat menatap lurus wajah tampan Furqon yang ada di hadapannya. "Cuma dua hari, Mas," sahut Feiza. "Iya. Tapi aku akan sekarat merinduimu." "Ha ha ha ha." Feiza langsung memecahkan tawa mendengar itu. "Gombal banget, sih, Mas," tukasnya. Furqon kembali memasang senyum menatap perempuan yang ada di depannya. "Itu kenyataannya, Fe. Aku akan kangen banget sama kamu." "Chessy, ih. Gombal," respons Feiza sekali lagi. "Nggak p

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 95 (b)

    Furqon masih diam tidak mengatakan apa-apa. "Aku masih kangen kamu padahal, Feiza," sahut Furqon akhirnya ketika bersuara. "Tapi aku juga nggak bisa nolak Umi tadi," lanjutnya. Feiza memasang senyum tipis, berusaha mengajak Furqon tersenyum juga bersamanya. "Cuma dua hari aja kok, Mas. Nggak lama," hibur perempuan itu. "Kita masih bisa hubungan, telepon atau mungkin video call." "Hm." Furqon menyahut dengan wajah sendu. Ia mengalihkan tatapannya dari Feiza lalu melanjutkan acara makannya yang sejak tadi sebetulnya tanpa selera. "Njenengan kurang suka ayam panggangnya?" tanya Feiza setelah memperhatikan cara makan Furqon. "Mau kumasakin sesuatu yang lain?" Furqon segera menoleh dan memberikan gelengan. "Nggak usah." Feiza mengangguk. Ia terus memperhatikan bagaimana Furqon makan sembari menyantap m

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 95 (a)

    "Assalamualaikum. Feiza." Feiza baru saja selesai menunaikan ibadah salat Magribnya ketika Furqon terdengar mengucap salam dan memanggil namanya dari luar. Segera, perempuan itu pun melipat mukena dan sajadahnya lantas memasangnya di hanger kayu lalu mengantungnya di gagang lemari baju. "Feiza ...." Sekali lagi Furqon terdengar menyerukan nama Feiza. "Iya, Mas." Feiza keluar kamar dan menghampiri Furqon. "Waalaikumussalam." Ia menjawab salam Furqon yang tadi lalu khidmat mencium tangan sang suami. "Barang pesananku mana?" tanya Feiza lalu memperhatikan Furqon yang ada di depannya. "Ini. Sudah kubeli," balas Furqon, menenteng dua buah kresek berukuran sedang di tangan kirinya. Dua bungkus es degan beserta sedotannya di kresek yang lebih kecil dan dua kotak nasi di kresek satunya. Dua-duanya kresek bening sehingga siapa pun bisa melihat dengan jelas apa yang Furqon bawa. "Yeay! Makasih, Mas," seru Feiza girang lalu mengambil alih makanan dan minuman yang sudah dibawaka

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 94

    Fahmi PGMI-A Feiza mengernyitkan keningnya melihat nama siapa yang tertera di layar ponselnya. "Fahmi? Kenapa tiba-tiba nelepon?" gumamnya kemudian mengangkat panggilan teman sekelas sekaligus wakil ketuanya di ormawa himpunan mahasiswa itu. "Assalamu'alaikum, Fahmi. Ada apa?" tanya Feiza tanpa berbasa-basi meskipun posisinya adalah si penerima telepon. "Wa'alaikumussalam." Dengan suara beratnya, Fahmi menyahut dari seberang. "Feiza," ucap Fahmi. "Apa?" Feiza merespons. "Aku sekarang ada di depan kosan kamu." Kedua bola mata Feiza langsung melotot mendengar perkataan Fahmi itu. "Hah? Ngapain?" Terkejut, tanya Feiza. Fahmi terdengar terkekeh lirih di seberang sana. "Lagian aku lagi nggak ada di kos, Mi." Feiza menambahi. "Ngapain kamu ke kosanku?" Perempuan cantik itu terdengar menggerutu. "Loh, beneran nggak ada di kos?" Fahmi melempar tanya dengan nada santai. "Hm. Iya," jawab Feiza pendek. "Padahal ada suatu hal yang mau kubicarain sama kamu, Fe." Feiza diam tidak lang

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status