Bu Fatma melepas pelukannya dan menatap putrinya itu. "Siapa yang melamar kamu Suly?"Menerima pertanyaan dari Ibunya. Suly terdiam dan menggigit bibir bawahnya, dia bingung. Apa Ibunya bisa menerima dan mengerti, bila dia menceritakan siapa yang akan menikahi dirinya."Kenapa kau diam Suly?" desak Bu Fatma kembali, menatap putrinya sangat lekat. Penasaran siapa yang telah bersedia menikahi Suly."Tu-tuan Ikbal. Bu." Suly menggigit bibir bawahnya."Apa? Tuan Ikbal itu! yang besan kita, ayah nya Nak Yusuf?" bu Fatma sangat terkejut mendengarnya. Dia mengusap dadanya yang terasa sesak."Bu. Tidak apa-apa, kan?" Suly khawatir takut Ibunya ke napa-napa."Kamu serius Suly, dia besan kita dan juga punya istri yang begitu baik. Apa kau tega menyakiti sesama wanita?" ungkap bu Fatma suaranya begitu lirih, hatinya terasa nyeri. Air mata berjatuhan di pipi yang sudah keriput itu, tak bisa lagi di bendung."Sebenarnya saya juga gak tega Bu, tapi ... apa harus selamanya saya begini? jadi perawan t
Habis makan malam. Yusuf duduk di sofa dengan laptop di pangkuan, ada kerjaan yang masih belum selesai.Citra beberes mencuci bekas makan barusan sambil melamun. "Ngomong gak ya? aku pengen bertemu nenek, sudah lama tidak bertemu nenek. Tapi ... takut gak di ijinkan."Citra mengelap tangan dan menoleh dapurnya sudah bersih. Kemudian membuatkan minuman hangat kesukaan Yusuf. Citra berjalan mendekati suaminya yang sedang asik dengan laptopnya.Meletakkan gelas di meja. "Abang ... ini minumnya." Citra duduk di depan Yusuf.Yusuf menoleh gelas di maja yang masih panas. "Terima kasih?""Iya! Abang?" Citra mau ngomong tapi ragu."Ada apa?" dengan mata tetap fokus ke laptop."Em ... boleh gak? kalau Citra menengok nenek! sehabis menikah. Citra belum pernah ketemu nenek." Citra menunduk, hatinya khawatir takut tidak di ijinkan.Yusuf menoleh ke arah Citra yang menunduk dalam, tangannya bertaut. "Emang belum pernah menjenguk gitu?"Citra menggeleng. "Belum.""Oh, berarti dia gak pernah pergi bi
Yusuf terus memegangi keningnya sampai tidurpun meringkuk. Citra kebingungan dan segera bangun, merapikan pakaiannya. "Abang kenapa?" mencoba memegangi tangan Yusup dan membukanya."Sakit kepala," sahut Yusuf dengan lirih. Nampak sekali dari wajahnya kalau sedang kesakitan."Citra ambilkan obat dulu ya?" bergegas turun mencari obat di lantai bawah, seingatnya dia menyediakan obat di sana.Tidak lama kemudian Citra datang membawa botol minum dan obat sakit kepala. Citra merasa cemas baru kali ini melihat Yusuf sakit kepala.Yusuf merasa sakit diakibatkan mengingat kejadian itu, sehingga menghambat niatnya untuk menunaikan kewajibannya pada Citra."Abang, diminum dulu obatnya." Citra duduk kembali di sisi Yusuf. Yusuf pun bangun dan duduk mengambil obat dari tangan Citra, langsung meminumnya.Citra menatap suaminya, merasa kasian! mengambil gelas dari tangan Yusuf kemudian di simpannya.Yusuf berbaring kembali sambil memejamkan mata. Selimut Citra tarik agar menutupi tubuh kekar suaminya
Dengan perasaan yang tidak karuan dan tangan yang bergetar memegangi kenop pintu yang dia dorong hingga terbuka sedikit.Alangkah terkejutnya Citra ketika dengan bola matanya sendiri melihat tantenya sedang bergumul dengan seorang pria, yang sosoknya sangat Citra kenal."Bapak?" gumamnya Citra dengan suara nyaris tak terdengar sambil menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan.Keduanya melonjak naik di saat menyadari ada pasang mata yang memperhatikan mereka di balik pintu."Citra?" gumamnya Suly sembari melirik ke arah Ikbal juga yang melongo, kaget dengan kehadiran mantunya di tempat itu.Citra langsung mundur dan berdiri menyender ke dinding. Tidak percaya dengan apa yang manik matanya tangkap barusan.Sesungguhnya di benak Citra tidak pernah menyangka sedikitpun kalau dibalik pernikahannya dengan Yusuf ada sesuatu antara Suly dan ayah mertuanya.Citra merasa sangat shock dan tubuhnya berasa lemas sekali. Kok tega ya tantenya menjadi selingkuhan besannya sendiri yang notabene suam
Suly menghampiri ibunya yang berada di dapur. "Bu. Citra mana?""Ada, di kamarnya!" sahut bu Fatma.Kemudian Suly mendekati kamar Citra, dibukanya pintu kamar Citra. Nampak Citra sedang tidur di tempatnya.Suly kembali dan duduk dekat ibunya. "Tidur dia. Apa Citra mau nginep, Bu?" tanya Suly kembali."Kurang tahu, katanya nanti sore Yusuf mau jemput!" sahut ibunya sambil makan siang."Ooh, Citra sudah makan?" tanya Suly lagi, dia pun mengambil piring dan di tuangi nasi dan sayur."Belum, keburu tidur kali," jawab bu Fatma lagi."Em ... ya sudah kita makan saja! nanti juga dia bangun." Suly melanjutkan makannya.Bu Fatma dan suly makan siang berdua. Kebetulan hari ini Suly libur kerja. Walau sudah menikah Suly tetap bekerja untuk mengisi waktunya, lagian tidak setiap hari juga dikunjungi oleh Ikbal.Sebab Ikbal juga ada yang harus lebih diprioritaskan ketimbang ia yang cuma istri siri. Dia datang ketika ada waktu senggang saja, atau mencuri waktu kerja, dia kabur ke tempat Suly. Sebenta
"I-iya. Nek, gak ada apa-apa, kami sedang bercanda saja," ucap Citra membenarkan ucapan Yusuf sembari sedikit mendelik."Kirain ada apa? ribut-ribut, kaya orang ketakutan gitu." Suly menggeleng."Nggak ada Tante!" senyuman Yusuf meyakinkan."Ya sudah! Bu kita keluar! bikin kaget saja. Kirain ada hantu atau apa," gerutu Suly sambil membalikan badan. Dikuti oleh ibunya dari belakang.Yusuf menutup pintu dan menguncinya. "Lain kali pintu di kunci, kan malu dilihat orang.""Abang kenapa sih? bilang Citra yang ngajak ribut segala! bukankah Abang yang ketakutan sama kecoa," ketusnya Citra."Ehem ..." dehem Yusuf sembari merapikan kemejanya."Ooh ... aku tahu! Abang malu, kan? kalau sampai mereka tahu Abang takut sama kecoa!" lirih Citra sambil menyeringai."Bukan takut! tapi geli," elak Yusuf yang tidak mau mengakui."Sama aja! takut sama geli itu beda tipis." Citra menyontohkan dengan jarinya. "Hahaha ... lucu! badan segede itu takut kecoa." Citra terkekeh.Yusuf cemberut merasa di ejek sam
"Halo Bu ... sehat. Assalamu'alaikum?""Wa'alaikum salam," sahut seorang ibu dari sebrang."Bu! Yusuf sedang di restoran xx mau pesan apa? nanti Yusuf bawakan."Citra mendongak melihat Yusuf, berarti mereka akan ke tempat bu Habibah setelah ini."Beneran kamu mau ke sini, Nak? Citra mana!""Iya! ada ini lagi makan." Yusuf melirik Citra yang sedang menikmati makannya."Ibu kangen sama mantu Ibu. Bawa dia kesini ya?" suara bu Habibah yang nyaring terdengar oleh Citra sehingga bibir Citra tersenyum."Jadinya mau di bawakan apa Bu?" tanya Yusuf kembali."Bawakan mantu Ibu saja," sambung Habibah."Haduh Ibu ... di tawarin makanan susah amat! dulu waktu Yusuf belum menikah minta makanan ini, itu. Sekarang malah minta bawakan mantu." Yusuf menggeleng, kemudian menutup teleponnya.Citra terus menyuap, terlintas di ingatannya. Sekarang ini ikbal sedang bersama Suly, tantenya. "Ya Allah ..." batin Citra bengong."Cepetan makannya! kita ke rumah ibu dulu," jelas Yusuf dengan meneruskan makannya s
Citra melanjutkan langkahnya ke kamar mandi! meski merasakan sakit. Di dalam kamar mandi. Citra membersihkan dirinya, kebetulan masih tersedia perlengkapan mandi dari mulai sabun. Shampo dan aroma terapi."Aduh ... gimana ini! aku gak bawa baju ganti? orang niatnya cuma sebentar," gumam Citra kebingungan, untungnya baju yang tadi tidak di basahi.Citra mengenakan dulu jubah mandi yang ada di tempatnya. Membungkus rambutnya dengan handuk kecil. Citra keluar membawa gamis dan kerudungnya.Yusuf yang sudah bangun, duduk di tepi tempat tidur, masih bertelanjang dada. Menatap kemunculan Citra dari kamar mandi. Kakinya yang putih mulus kelihatan sebab handuknya hanya menutupi setengahnya.Leher yang jenjang yang biasa tertutup kerudung kini nampak jelas. Membuat Yusuf menelan saliva nya sendiri. Teringat kegiatannya semalam, semakin menelan saliva yang tertahan di tenggorokan.Merasa diperhatikan. Citra menoleh, kemudian menunduk malu. "Sebaiknya Abang cepat bersih-bersih.""Oh. Iya!" sahut
"Assalamualaikum Ibu apa kabar? Ucap Citra pada bu Habibah. Lantas memeluk dan mencium nya."Wa'alaikumus salam ... sendiri aja Neng?" Bu Habibah balik bertanya sembari memeluk mantunya tersebut.Rahadi hanya menatap kedua wanita yang berada di hadapannya itu dengan hati yang bertanya-tanya siapa kah gadis ini. Putrinya kah?Kemudian pelukan mereka berdua pun memudar seraya sama-sama melirik ke arah pria yang sudah sedari tadi bengong melihat mereka berdua.Citra ingin bertanya siapakah pria tersebut? yang dari tadi bersama ibu mertuanya.Namun sebelum Citra bertanya Ibu Habibah lebih dulu mengenalkan teman pria nya pada sang mantu."Neng kenalkan, ini teman lama ibu namanya om Rahadi. Setelah 10 tahun kami tidak bertemu baru kali ini kami bertemu lagi," ucap Bu Habibah yang mengenalkan citra sama Rahadi.Rahadi pun berdiri mengeluarkan tangannya kepada Citra seraya berkata dengan ramah. "Kenalkan nama saya Rahadi teman lamanya Habibah, kami sudah puluhan tahun tidak bertemu!"Citra m
Pagi-pagi Citra seperti biasa, menyiapkan sarapan buat sang suami yang mau ke kantor."Bang, ini sarapannya sudah siap." Citra menyajikan sarapan di hadapan Yusuf yang tampak sibuk dengan gawai nya."Iya sayang, makasih ..." Yusuf sejenak mengangkat wajahnya dan mengulas senyuman pada istri nya tersebut.Selesai sarapan, Yusuf langsung berpamitan untuk ke kantor. "Aku pergi dulu, mau bareng gak?""Nggak, aku kan siang masa kerjanya. Masa jam segini sudah pergi ... Mau nyubuh Pak ..." Citra menggeleng sembari menarik piring bekas sang suami.Yusuf beranjak dari duduknya sambil memasukan gawai ke dalam saku nya dan meraih tas tangan, berjalan menuju keluar rumah.Citra pun mengantar sampai teras, wanita cantik dan berkerudung tersebut mencium tangan sang suami penuh hormat."Hati-hati ya bawa mobilnya. Dan nanti malam mau di masakin apa?" Citra menatap suaminya penuh tanya."Nggak tahu soalnya kalau sibuk berarti nggak makan di rumah, gimana nanti aja lah dikasih informasi! ya udah seka
Di sebuah sekolah kanak-kanak, Citra sedang mengajar anak-anak membaca doa-doa pendek.Dengan mengajar, hatinya tidak terlalu kesepian dengan belum adanya seorang anak dari rahimnya. Lagian pernikahan Citra baru genap satu tahun."Sekarang, Ibu mau bertanya sama kalian semua. Siapa yang tahu doa mau makan?" tanya Citra."Saya, Bu." Jawab anak-anak serempak."Siapa yang bisa doa sesudah makan?" tanya lagi Citra."Saya, Bu ..." jawab mereka kembali dengan riuhnya."Nah siapa yang tidak pernah lupa membacanya?" tanya Citra lagi menatap ke arah semuanya."Saya, Bu ... selalu baca," Ada juga yang menjawab. "Saya suka lupa, Bu ..." jawabannya menjadi beragam.Bibir Citra tersenyum lebar. "Oke, untuk hari ini cukup di sini dulu belajarnya ya? sampai ketemu lagi hari esok. Yu kita tutup dengan bacaan hamdalah." Citra menuntun dengan membaca hamdalah yang diikuti oleh anak-anak.Mereka sangat serempak membaca doa. Dan sangat senang dengan berakhirnya jam pelajaran.Setelah semua murid pulang.
Syila uring-uringan. Setibanya di kamar, yang tadinya mau menggoda malah di cuekin dan orangnya menghilang begitu saja."Kemana sih? bego amat jadi orang mau di suguhi yang barang berkualitas aja gak mau." Gerutu Shila sambil meremas piyamanya.Sementara Yusuf. Kini sudah berada di dalam kamarnya, sengaja tingkahnya sedikit mengendap takut kedengaran oleh telinga Syila yang berada di kamarnya."Enak saja mau membohongi ku, dengan alasan air tidak nyala Segala! aku khawatir nantinya akan menjadi fitnah."Kemudian Yusuf membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Memejamkan kedua matanya tuk merehatkan segala lelah dan penat dari seharian beraktivitas. Namun sebelumnya mengirim pesan buat sang istri walau hanya sekedar mengucapkan met istirahat.Di hari ke sekian, pagi-pagi pintu kamar Yusuf sudah di ketuk dari luar ketika Yusuf buka, Syila sudah berdiri masih memakai piyama, belum mandi. Alis Yusuf bertaut menatap ke arah Syila dan jarum jam bergantian."Kenapa belum mandi?" selidik Yusuf.
Saat ini Yusuf sudah berada di kota Bandung dalam urusan kerjaan, dan di dampingi oleh Syila sebagai asisten dan sekaligus sahabat lama nya Yusuf.Setalah mengadakan meeting, Yusuf dan Syila berada di sebuah restoran, Tengah makan siang."Kalau boleh tahu sudah lama? kamu menikah dengan Citra?" tanya Syila menatap lekat ke arah Yusuf yang anteng dengan makannya."Hem, sekitar ... ya kurang lebih satu tahunan lah." Jawabnya Yusuf terbilang singkat."Ooh," membulatkan bibirnya."Kamu sendiri sudah menikah belum? orang mana suami mu?" balik tanya Yusuf sekilas menatap Syila. Kemudian menundukkan kepala melanjutkan kembali makannya."Apa gak kamu lihat aku masih singel begini? masih bersegel lah." Jawab Syila sedikit malu-malu.Seusai makan siang keduanya meninggalkan resto dan kembali ke kantor untuk melanjutkan tugas-tugas yang masih menumpuk tentunya.Syila yang satu ruangan dengan Yusuf, sering mencuri pandang ke arah bos nya itu. Lama-lama dilihat Yusuf semakin tampan dan bersahaja,
Citra masuk ke dalam kamar, dan mendapati sang suami sudah duduk bersandar di bahu tempat tidur. Menatap ke arahnya, Citra berjalan menghampiri."Lama sih sayang?" ucap Yusuf menatap lekat sang istri,"Apa yang lama? bentar kok nyuci dulu, gimana kalau semalaman? Aneh deh." Citra tak mau kalah."Sini, duduk bersama ku?" kata Yusup sambil menepuk-nepuk tempat di sebelahnya.Citra yang masih berdiri di tepi tempat tidur, pada akhirnya menuruti permintaan sang suami. Ia merangkak naik dan duduk di sebelah Yusuf.Yusuf mendekat dan merapatkan tubuhnya dangan sang istri. Tangannya langsung mendekap penuh kehangatan. "Gimana cerita hari ini hem?" tanya Yusuf sambil jarinya mengelus pipi sang istri."Cerita hari ini, tidak ada yang menarik. Lagian seharian ini aku berada di rumah, jadi gak ada yang harus di ceritakan." Balas Citra sambil membuka kerudung. Mengurai rambut indahnya."Besok aku harus ke luar kota, ada urusan kantor," ungkap Yusuf tangan terus bergerak mengelus pipi sang istri d
"Oh, iya Nek ... makasih ya Nek?" balas Citra dan menempelkan kepala di bahu sang nenek."Oya, Tante mau minum apa? Nenek juga, aku akan buatkan." Citra menoleh tante dan neneknya bergantian.Suly mendongak. "Nggak usah Citra, Tante gak haus. Lagian gak akan lama kok.""Ya, udah. Aku ambil buat Nenek saja." Citra ngeloyor ke belakang."Kenapa, buru-buru? ke sini juga jarang-jarang, oya berapa bulan kehamilannya? sepertinya gak lama juga lahiran deh," ujar Habibah dengan senyuman ramahnya."Menginjak 8 bulan." Suly makin tegang. Ia merasa gak nyaman di hadapan bekas madunya itu."Wah ... bentar lagi juga lahiran ya, apa jenis kelaminnya?" tanya lagi bu Habibah.Suly tidak merespon. Ia malah sibuk dengan ponselnya, sibuk membalas chat dari seseorang.Bu Fatma yang melihat itu langsung menjawab pertanyaan Habibah. "Kalau hasil USG sih perempuan, tapi gak tau kalau nanti lahirnya. Siapa tahu Allah kasih keajaiban, kan kita gak tau.""Oh, iya bener Bu ... benar sekali. wah ... Citra, benta
Beberapa bulan kemudian, Habibah sudah resmi bercerai dengan Ikbal. Soal harta gono gini tentu Habibah menang banyak, pertama ... emang ada dari awal mulanya. Kedua Ikbal yang membuat kesalahan, menikah tanpa sepengatahuan istri tua.Citra yang merasa sepi, kini memilih mengajar anak-anak di TK yang letaknya tak jauh dari kompleks. Citra sangat menikmati perannya sebagai guru TK mengajar dan banyak bermain dengan anak-anak. Kadang juga Citra diajak Yusuf bila ada pertemuan urusan kerjaan di kantor sebagai istri CEO.Habibah pun sering berada di rumah sang putra, Yusuf, dan ikut ke TK bersama Citra. Bila mengajar, bermain dengan anak-anak. Dengan cepat Habibah bangkit dari keterpurukkan hati yang luka, kini dalam hidupnya hanya ada putra semata wayang dan mantu kesayangannya. Tanpa ada kata suami yang mendampingi hidupnya lagi.Setelah bercerai, Ikbal keluar dari kantor yang selama ini membesarkan namanya. Meskipun saham terbagi tiga, Habibah, darinya dan sang putra. Namun ia merasa mal
"Sudah dong jangan marah, kalau kamu marah, aku tidak tahu harus pulang kemana?" ucap Ikbal dengan pelan."Pulang saja ke istri tua mu, bingung amat." Ketus Suly sambil menurunkan selimutnya sedikit.Hati Ikbal jadi mencelos mendengar ucapan Suly barusan. "Gimana aku mau pulang? kalau istriku sudah menolak ku dan sebentar lagi akan menggugat cerai." Pelan dan menghembuskan nafasnya kasar dari hidung.Suly terperangah, sangat terkejut mendengar kata-kata dari Ikbal. "Apa? apa yang kau bilang barusan." Suly mendudukkan dirinya.Wajah Ikbal nampak masih lesu. "Iya, dia sudah tahu kita menikah. Dia marah dan langsung ingin menggugat cerai."Suly termangu, dalam pikirannya berjubel kemarahan Habibah dan terbesit di pikirannya. Kalau dirinyalah yang jadi pemicu kehancuran rumah tangga Ikbal dan Habibah.Hening!Keduanya terdiam membisu seribu bahasa, namun tangan Suly mendekap tubuh Ikbal. Memeluknya sangat erat.Begitupun Ikbal membalas pelukan Suly sangat erat. Sementara waktu yang terdeng