Home / Romansa / Menikah Dengan Pria Gila / Bab 5. Berhenti Memikirkannya

Share

Bab 5. Berhenti Memikirkannya

Author: Nychinta
last update Last Updated: 2025-02-13 19:44:29

“Mas Gandha, apa kamu paham apa yang aku katakan?” Lisa kembali mengulang tanya untuk memastikan kalau dia tidak sedang bermimpi jika suaminya bisa diajak bicara dengan normal.

“Aku … aku hanya ingat namaku, aku juga ingat kalau aku belum menikah,” ucap Gandha, “tapi selebihnya, aku tidak bisa mengingat apapun, kecuali ….” Tiba-tiba Gandha menghentikan ucapannya, dia memegang kepalanya dan memejamkan mata, sekarang ekspresi wajahnya menampakkan kalau saat ini dia sedang kesakitan.

“Ah … aku … aku tidak bisa mengingat apapun,” ucapnya dengan suara yang serak, matanya masih terpejam.

“Sudah, Mas, cukup, tidak perlu memaksakan diri.” Lisa menenangkan suaminya, lalu kemudian dia berjalan ke arah meja, dimana di atasnya terdapat segelas air minum.

“Minum dulu, tenangkan dirimu,” ucap Lisa dengan nada khawatir.

Gandha melakukannya dengan bantuan Lisa.

“Bagaimana rasanya? Apa sudah lebih baik?” tanya Lisa lagi.

Dia mengangguk dan memberikan gelas itu pada Lisa. “Terima kasih.”

“Mas, aku juga minta maaf.” Lisa berkata pada suaminya.

Gandha hanya diam, dia masih terlihat sibuk dengan pikirannya sendiri. Lisa lalu menarik napas dalam dan mengeluarkanya dengan berat.

“Malam ini, Mas istirahatlah lebih dulu,” ucap Lisa lagi, dia tahu sia-sia untuk memaksa pria itu mengingat tentang dirinya sendiri. Toh, sekarang Lisa juga sudah pasrah dengan apa yang terjadi dengan dirinya sekarang ini.

“Kamu mau kemana?” Gandha bertanya dengan suara berat, menatap tidak rela jika Lisa pergi meninggalkannya sekarang.

Mata yang tampak sendu dan menyedihkan itu, kini lebih bernyawa dan berbeda dari sebelumnya. Hal ini menyebabkan aura pria itu keluar begitu saja, membuat Lisa mau tidak mau mengakui kalau suaminya ini sebenarnya pria yang baik.

“A-aku mau membersihkan rumah.” Lisa berkata dengan terbata lalu mengalihkan pandangannya.

Gandha diam, dia lalu menunduk, seolah memberikan jawaban, ‘Ya’. Mendapati hal ini, Lisa segera keluar dari kamar itu.

Saat keluar kamar, Lisa melihat ke ruangan tempat tadi mereka berkumpul sudah tidak ada lagi tamu satu pun. Semua sudah bubar, mungkin sesaat setelah mereka masuk ke kamar. Di teras rumah, Lisa masih melihat ayahnya bicara dengan Ketua Kampung, Pak Munir.

Namun, dia tidak melihat keberadaan Yasmin dan juga ibu tirinya itu.

‘Kemana mereka, ya?’ tanya Lisa dalam hati, tetapi hal ini hanya pertanyaan sepintas sebelum akhirnya dia berjalan ke belakang untuk mengambil sapu.

Baru saja dia bertanya kemana ibu tirinya pergi, dia melihat sang ibu masuk dari pintu belakang dengan wajah yang tersenyum bahagia.

“Ah, kamu Lisa,” tegur Ida, “cepat bereskan rumah, rumah kita berantakan. Lagipula, ini kan acara pernikahanmu, mana mungkin Yasmin yang membereskannya, kan?” Ida berkata dengan nada sinis seperti biasanya.

Lisa hanya diam tidak menanggapinya.

“Duh, senengnya, Yasmin sekarang pasti sedang bersama dengan Andrian untuk membicarakan pernikahan mereka.” Ida berkata santai sambil melirik ke arah Lisa, mendengar hal itu, jelas kesedihan menyelimuti perasaannya.

Sebenarnya mereka belum benar-benar berpisah, karena Baik dari Andrian dan Lisa belum saling bicara lebih jauh. Hanya saja, pernikahan dirinya dan Gandha membuatnya jelas kalau hubungan mereka sudah berakhir.

Pedih rasanya, tapi dia harus menerima takdirnya.

“Kamu, Lisa, jangan ganggu hubungan adik kamu! Kamu mending fokus urus suami gila kamu itu!” Ida berkata dengan nada merendahkan, kalimat itu seperti sebuah peringatan dan juga penekanan yang cukup dalam pada Lisa.

Lisa mencengkram kuat gagang sapu itu, dia mencoba untuk terus bersabar mendapatkan penghinaan demi penghinaan untuk dirinya. Sekarang, sepertinya ibu tirinya ini mendapatkan bahan olokan baru untuk dirinya, yaitu: suaminya!

Mulai detik ini ke depan, Lisa paham hari-hari yang dilaluinya di rumah ini pasti jauh lebih berat.

‘Ya Tuhan, apa aku boleh menyerah?’ tanya Lisa dalam hati lalu air matanya menetes. Mendapati hal itu, dengan cepat Lisa menghapusnya secara asal.

Lisa tidak boleh lemah! Tuhan memberikan tempat ini padanya karena Tuhan tahu dia mampu melaluinya. Segera Lisa berjalan ke depan dan mulai membersihkan rumah. Mulai sekarang dia harus lebih menulikan telinga dan membesarkan hati.

***

DI tempat lain.

Yasmin yang tahu Andrian sudah keluar dari rumah mereka setelah menyaksikan ijab kabul kakaknya, langsung menyusul pria itu.

“Mas Andrian tunggu!” seru Yasmin pada Andrian, membuat Pria itu menghentikan langkahnya dan memutar tubuhnya untuk siapa yang memanggilnya.

Yasmin berjalan dengan cepat menghampiri Andirian, langkahnya yang tergopoh-gopoh itu nyaris membuatnya terjatuh di hadapan Andrian, pria itu sigap membantunya dengan menangkap tubuh Yasmin.

“Aaaw!” teriak Yasmin.

“Hati-hati,” ucap Andrian sambil membantunya berdiri dengan benar lagi.

“Ma-maaf, Mas.” Yasmin berkata dengan suara lembut lalu perlahan melepaskan dirinya dari pria itu.

Yasmin lalu melihat ke arah Andrian dengan tatapan sendu.

“Mas, maafkan Mbak Lisa, Mas.” Yasmin berkata dengan nada lemah pada pria itu.

Andrian hanya diam. Dari matanya bisa ditangkap banyaknya kilatan kecewa di sana.

“Lisa yang salah kenapa kamu harus minta maaf?” Andrian berkata dengan perlahan sambil menatap lembut ke arah Yasmin.

“Itu … Aku tahu Mas Andrian pasti sakit hati sekali dengan perlakuan Mbak Lisa itu, padahal Mas pulang untuk melamarnya, tapi malah berakhir ….” Yasmin tidak melanjutkan kata-katanya dia melihat ke arah Andrian dengan tatapan dalam dan memperlihatkan bentuk empati yang tinggi.

Andrian menghela napas dalam dan menengadahkan wajahnya ke langit sesaat, lalu kemudian dia tersenyum kecut.

“Sepertinya apa yang kamu katakan selama ini benar Yasmin, hanya aku saja yang bodoh untuk tetap percaya pada Lisa.” Andrian kemudian berkata dengan suara beratnya.

“Itu … aku hanya memberitahukan tentang hal yang sebenarnya karena … karena aku tidak mau Mas Andrian terus-terusan memikirkan orang yang tidak memikirkan, Mas.” Yasmin berkata dengan nada pelan, menunjukkan rasa empatinya untuk pria itu.

“Mungkin memang sudah jalannya seperti ini. Mau bagaimana lagi.” Andrian terlihat sangat kecewa, suaranya terdengar sangat lemah.

“Mas, Mas Andrian harus bangkit, Mas tidak boleh kalah dengan rasa kecewa yang mas punya.” Yasmin memberikan bentuk dukungannya pada pria yang berdiri di hadapannya ini.

“Kamu … kapan kamu pulang ke kota?” tanya Andrian tiba-tiba.

Yasmin terdiam, dia mencoba untuk menebak arah dari pembicaraan Andrian.

“Kalau kamu mau pulang besok, aku akan menjemputmu di rumahmu dan kita pergi bersama saja. Kebetulan aku membawa kendaraan, jadi kamu tidak perlu menunggu bus.” Andrian melanjutkan ucapannya, hal ini tentu saja membuat Yasmin sangat senang! Apalagi Andrian akan menjemputnya besok di rumah.

“Tapi Mas, kalau Mas menjemputku besok di rumah, aku tidak enak dengan Mbak Lisa,” ucap Yasmin dengan menunduk, kepura-puraan dalam dirinya sungguh bisa dimainkan dengan sangat mulus, bak aktris yang sedang bermain peran.

“Kenapa tidak enak? Bukannya dia sudah memiliki suami, dan juga semua ini tidak ada kaitannya dengan Lisa lagi.” Andrian berkata dengan suara tegas.

“Baiklah kalau begitu. Aku tunggu Mas Andrian besok di rumah.” Yasmin menjawab dengan suara tenang.

“Mas pulang hati-hati dan jangan terlalu memikirkan masalah ini lagi.” Yasmin kembali memberikan semangat.

“Aku harus mengantarmu, ini sudah sangat larut, tidak baik anak gadis malam-malam sendirian.” Ucapan Andrian disambut sukacita oleh Yasmin.

Andrian mengantarkan Yasmin pulang ke rumahnya.

“Terima kasih, Mas.” Yasmin berkata pada Andrian saat pria itu menghentikan langkahnya ketika mereka tiba di pekarangan rumah.

Andrian mengangguk.

Di sana masih terlihat Duha dan Munir yang masih berbincang di teras rumah.

“Pak Duha, Pak Munir, Saya pulang dulu.” Andrian pamit pada kedua orang yang ada di sana.

“Terima kasih Nak Andrian sudah mengantarkan Yasmin,” ucap Duha pada Andrian.

“Baik kalau begitu saya juga izin pamit Pak Duha, yang sabar dengan cobaan ini,” ucap Munir pada Duha sambil menepuk pelan bahunya beberapa kali.

Setelah kedua tamu mereka pulang Duha beserta Yasmin masuk ke rumah. Di dalam, LIsa terlihat sedang membersihkan rumah. Lisa tahu saat itu Andrian sedang bersama Lisa. Entah kenapa rasanya sakit sekali melihat kedekatan keduanya.

“Mbak, aku akan membawa baju yang kamu pakai ini besok ke kota untuk dicuci di sana, jangan lupa biaya laundry-nya.” Yasmin berkata dengan santai sambil menatap Lisa dari atas sampai bawah dengan tatapan meremehkan.

Lisa hanya menarik napas dalam dan mengangguk.

“Oh, satu lagi,” ucap Yasmin menghentikan langkahnya tepat di depan Lisa. “Mulai saat ini berhentilah memikirkan Mas Andrian, karena dia sebentar lagi akan melamarku.” Yasmin berkata dengan senyuman angkuh lalu berjalan masuk ke dalam kamarnya

BUMM!!

Suara pintu kamar tertutup dengan cukup keras, tepat di depan wajah Lisa yang berdiri di sana.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Menikah Dengan Pria Gila   Bab 6. Apa Dia Ingat?

    Lisa tertegun sejenak, dia sudah terbiasa diperlakukan seperti ini oleh Ibu dan adik tirinya itu. Hanya saja selama ini dia masih diam dan tidak melawan untuk mengurangi percekcokan yang terjadi di rumah ini.Ayah dan ibunya juga kerap kali bertentangan pendapat yang ujung-ujungnya Duha akan mengalah, karena dia merasa bahwa dia sudah gagal menjadi kepala rumah tangga yang tidak bisa membuat keluarganya bahagia.Ah … andai saja ayahnya saat itu tidak ditipu, pasti keluarga mereka akan baik-baik saja saat ini. Pikiran Lisa melayang ke saat itu, karena sejak ayahnya jatuh, mereka terpaksa kembali ke kampung dan bertahan hidup dengan sangat sederhana, sangat berbalik dari kehidupan sebelumnya.“Lisa, ayah mau bicara padamu,” panggil ayahnya setelah Lisa membereskan rumahnya.“Ada apa, Ayah?” tanya Lisa pada Duha, lalu sang ayah memberikan isyarat agar anaknya duduk di sebelahnya.“Lisa, Ayah tahu kamu tidak melakukannya,” ucapnya dengan nada penuh sesal.Lisa terdiam, lalu … kenapa ayah

    Last Updated : 2025-02-13
  • Menikah Dengan Pria Gila   Bab 7. Dia Sembuh?

    “Mbak bajuku apa sudah disetrika?” Yasmin menghampiri Lisa yang sedang menyiapkan sarapan untuk keluarga ini.Lisa tersenyum dan mengangguk. “Sudah, tunggu sebentar, ya.” Dia lalu mengambilkan baju yang dimaksud oleh Yasmin dan menyerahkannya. Yasmin mengamati hasil seterika dari Lisa dan kembali berkomentar, “Mbak, ini kenapa masih sedikit kusut? Kalo dipake, bagian ini keliatan banget gak rapinya.”Lisa hanya menghela napas sejenak mendengar celotehan itu.“Mbak rapiin lagi ini, nanti kalo sudah anterin ke kamar, aku mau beres-beres barang.” Yasmin meninggalkan Lisa dan melemparkan bajunya ke wajah Lisa.Paham, Lisa sangat tahu persis kalau ini pasti akan terjadi. Kembali diperhatikannya baju itu, tidak nampak seperti yang dikatakan oleh Yasmin. Adik tirinya itu memang sengaja ingin membuatnya tersiksa saja, karena itu dia berbuat demikian. Sebenarnya beberapa kali Lisa mencoba untuk berontak, tetapi saat mencoba melakukan hal itu, dia kembali berpikir bahwa percuma saja, karena sa

    Last Updated : 2025-02-13
  • Menikah Dengan Pria Gila   Bab 8. Pria yang Membingungkan

    “Mbak Lisa, aku mau ambil bajuku yang kamu pinjam semalam!” Yasmin berkata dengan angkuh sambil menengadahkan tangannya pada Lisa.Lisa hanya menarik napas dalam, dia masih berusaha untuk menahan dirinya. Kemudian, dia mengambil kebaya dan juga kain yang dipakainya semalam, lalu dia menyerahkan pada Yasmin.Namun, saat barang itu diberikan pada Yasmin, wanita itu malah menciumnya dan membentangkannya ke udara. “Mana uang untuk laundrynya? Aku akan membawa gaun ini ke laundry di kota!”Lisa terperangah mendengarnya. “Laundry?” ulangnya.“Ya tentu saja uang laundry-nya! Seharusnya aku minta uang sewa, cuma aku masih berbaik hati. Baju ini kalau dicuci biasa gak bagus nantinya!” Lisa berkata dengan nada ketus. Bukankah itu hanya baju lama yang tidak pernah lagi dipakainya? Lagipula, mau kapan Yasmin memakai pakaian itu lagi? Karena ukurannya sudah pasti kekecilan.“Itu, biar Mbak saja yang cuci lagipula kamu tidak akan memakainya lagi, kan?” Lisa berkata datar.“Apa Mbak bilang?! Dengar,

    Last Updated : 2025-02-13
  • Menikah Dengan Pria Gila   Bab 9. Sandiwara

    “Nak Andrian, apa ini tidak merepotkanmu untuk menjemput Yasmin?” suara Duha terdengar saat Lisa akan membawakan minuman itu pada tamu mereka.“Tidak masalah, Om, lagipula aku memang mau pulang ke kota, kebetulan Yasmin juga sama, daripada harus membuat Yasmin menunggu bus lebih baik kami pergi bersama saja, memikirkan Yasmin untuk ganti bus sebanyak dua kali sedikit riskan di zaman sekarang ini, Om.” DEG!Lisa terdiam mendengar ucapan yang baru saja dilontarkan oleh Andrian pada ayahnya. Kalimat itu penuh perhatian dan terdengar sangat lembut sekali. Sama halnya yang dibuat oleh Andrian padanya dulu!‘Ya Tuhan … kenapa ini rasanya sakit sekali?’ lirih Lisa dalam hati, tangannya mencengkram erat baki berisi teh yang dia bawa untuk tamu mereka..“Benar juga, apalagi sekarang marak sekali hal-hal yang menakutkan untuk anak gadis.” Kali ini Ida menambahkan.“Ya, karena itulah, daripada Yasmin pulang sendiri ke kota, lebih baik dia ikut aku saja, lagian aku juga bawa kendaraan. Sekalian

    Last Updated : 2025-02-13
  • Menikah Dengan Pria Gila   Bab 10. Terus Berlanjut

    Lisa menatap Andrian dari kejauhan. Tatapan pria itu, yang biasanya membuatnya nyaman, kini terasa menyesakkan. Ada sesuatu dalam sorot matanya yang berbeda, seolah-olah semuanya sudah berubah.“Lisa, Yasmin mau pamit pulang ke kota,” suara lembut Ida menginterupsi pikirannya.“I-iya, hati-hati di jalan,” jawab Lisa dengan datar. Tidak ada energi untuk menunjukkan keramahan lebih dari itu.Yasmin berjalan mendekatinya dengan senyuman manis yang terlalu dibuat-buat. Tanpa menunggu reaksi Lisa, Yasmin langsung memeluknya erat. Lisa kaku, merasa pelukan itu jauh lebih seperti pementasan daripada kehangatan.“Mbak Lisa, ada yang mau dititip nggak? Aku bisa belikan apa saja yang Mbak Lisa butuhkan di kota. Nanti aku kirim ke kampung kita,” ujar Yasmin dengan suara lembut, nada yang nyaris tidak pernah dia dengar saat Yasmin bicara padanya.Jelas Lisa merasa kalau itu hanya pertunjukan yang dipertontonkan keduanya di depan Andrian. “Itu... nggak perlu. Kamu nggak usah repot-repot,” jawabnya

    Last Updated : 2025-02-13
  • Menikah Dengan Pria Gila   Bab 1. Kesalahpahaman

    “Tidak! Tolong! Jangan! Jangan lukai dia! Tolong! Kumohon, kumohon, aku akan melakukan apapun juga!” teriak seorang pria dengan suara ketakutan, tubuhnya bergetar hebat, wajahnya berubah menjadi sangat pucat dan dia benar-benar menyedihkan.Jeritannya semakin menjadi tatkala silaunya cahaya kilat dan guntur yang saling bersusulan menggelegar di angkasa malam ini. Hujan masih turun dengan deras di luar.Lisa segera menghampirinya dan mencoba untuk menenangkan pria itu.“Tenang, tenanglah, ada aku di sini,” ucap Lisa padanya dengan menepuk pelan punggungnya.Namun, tiba-tiba saja, pria itu membalikkan tubuhnya dan menarik tangan Lisa lalu memeluknya dengan sangat erat.“Tolong, kumohon tolong aku!” Dia berkata lirih. Jantung Lisa berdetak cepat dan darahnya berdesir deras, pria ini memeluknya, dia bahkan belum pernah merasakan hal demikian dari pria yang bukan mahramnya, tetapi entah kenapa rasa empatinya saat ini sangat tinggi membuatnya sangat iba dengan pria ini.“Sabarlah, kamu ama

    Last Updated : 2025-02-13
  • Menikah Dengan Pria Gila   Bab 2. Keraguan Lisa

    Lisa diseret masuk ke kamar Yasmin, adik tirinya itu oleh sang Ibu dengan hentakan keras dan kasar. Lalu, mendorong tubuhnya hingga membuatnya jatuh tersungkur di lantai.“Ah!” tanpa sadar Lisa menjerit.“Jangan sok-sok-an tersakiti kamu! Dasar memalukan sekali kamu! Bilang saja kalau kamu kebelet mau kawin, kan?!” ucapan itu terdengar sinis di telinga Lisa.Namun, Lisa yang sudah terbiasa diperlakukan buruk oleh ibunya ini, hanya bisa diam.“Itu!” tunjuknya ke arah pakaian yang ada di atas tempat tidur pada Lisa, “pinjam itu saja dari Yasmin untuk kamu pakai.” Yasmin sang adik tiri berjalan mendekati Lisa yang mencoba untuk berdiri. “Aku hanya bisa meminjamkan baju itu padamu, Mbak, karena badanmu yang kecil itu aku hanya punya baju itu yang layak.” Yasmin berkata dengan santai.Lisa masih diam, dia lalu mengambil pakaian itu, sebuah kebaya model lama berwarna krem, lalu kain batik tulis yang ‘bau lemari’ sangat menempel, baju ini memang cukup sederhana dan pas di badannya.“Ini ala

    Last Updated : 2025-02-13
  • Menikah Dengan Pria Gila   Bab 3. Bicara Dengan Benar

    Entahlah, tapi yang jelas sekarang ini pikiran Lisa, benar-benar berkecamuk hebat. Kemudian dia tiba-tiba terpikir hal lain. Selain dia bisa mengucapkan namanya dengan jelas tadi, kebiasaan pria ini selama ini hanya bisa menjerit-jerit dengan nada pilu dan tidak bisa mengatakan kalimat lain dan kalimat apa pun selain minta tolong. Lalu, pandangannya hanya lurus ke depan dengan tatapan kosong seperti bukan orang yang waras.Tiba-tiba saja, dorongan dari dalam dirinya yang kuat ini akhirnya membuat Lisa diam-diam berdoa dalam hati, agar pria asing ini tidak mampu mengucapkan kalimat sakral itu di hadapan orang ramai.Namun, lantunan doa dalam hatinya itu terganggu, tatkala suara-suara lain kembali tertangkap di telinganya.“Nah, si Lisa akhirnya nikah juga!” Celetuk salah satu tetangga mereka yang dikenal Lisa sangat akrab dengan ibu tirinya ini.“Ya gak masalah juga sih nikah dengan pria ini, yang penting kan laku,” sahut yang lain dengan santai.Lisa hanya bisa diam dan menundukkan ke

    Last Updated : 2025-02-13

Latest chapter

  • Menikah Dengan Pria Gila   Bab 10. Terus Berlanjut

    Lisa menatap Andrian dari kejauhan. Tatapan pria itu, yang biasanya membuatnya nyaman, kini terasa menyesakkan. Ada sesuatu dalam sorot matanya yang berbeda, seolah-olah semuanya sudah berubah.“Lisa, Yasmin mau pamit pulang ke kota,” suara lembut Ida menginterupsi pikirannya.“I-iya, hati-hati di jalan,” jawab Lisa dengan datar. Tidak ada energi untuk menunjukkan keramahan lebih dari itu.Yasmin berjalan mendekatinya dengan senyuman manis yang terlalu dibuat-buat. Tanpa menunggu reaksi Lisa, Yasmin langsung memeluknya erat. Lisa kaku, merasa pelukan itu jauh lebih seperti pementasan daripada kehangatan.“Mbak Lisa, ada yang mau dititip nggak? Aku bisa belikan apa saja yang Mbak Lisa butuhkan di kota. Nanti aku kirim ke kampung kita,” ujar Yasmin dengan suara lembut, nada yang nyaris tidak pernah dia dengar saat Yasmin bicara padanya.Jelas Lisa merasa kalau itu hanya pertunjukan yang dipertontonkan keduanya di depan Andrian. “Itu... nggak perlu. Kamu nggak usah repot-repot,” jawabnya

  • Menikah Dengan Pria Gila   Bab 9. Sandiwara

    “Nak Andrian, apa ini tidak merepotkanmu untuk menjemput Yasmin?” suara Duha terdengar saat Lisa akan membawakan minuman itu pada tamu mereka.“Tidak masalah, Om, lagipula aku memang mau pulang ke kota, kebetulan Yasmin juga sama, daripada harus membuat Yasmin menunggu bus lebih baik kami pergi bersama saja, memikirkan Yasmin untuk ganti bus sebanyak dua kali sedikit riskan di zaman sekarang ini, Om.” DEG!Lisa terdiam mendengar ucapan yang baru saja dilontarkan oleh Andrian pada ayahnya. Kalimat itu penuh perhatian dan terdengar sangat lembut sekali. Sama halnya yang dibuat oleh Andrian padanya dulu!‘Ya Tuhan … kenapa ini rasanya sakit sekali?’ lirih Lisa dalam hati, tangannya mencengkram erat baki berisi teh yang dia bawa untuk tamu mereka..“Benar juga, apalagi sekarang marak sekali hal-hal yang menakutkan untuk anak gadis.” Kali ini Ida menambahkan.“Ya, karena itulah, daripada Yasmin pulang sendiri ke kota, lebih baik dia ikut aku saja, lagian aku juga bawa kendaraan. Sekalian

  • Menikah Dengan Pria Gila   Bab 8. Pria yang Membingungkan

    “Mbak Lisa, aku mau ambil bajuku yang kamu pinjam semalam!” Yasmin berkata dengan angkuh sambil menengadahkan tangannya pada Lisa.Lisa hanya menarik napas dalam, dia masih berusaha untuk menahan dirinya. Kemudian, dia mengambil kebaya dan juga kain yang dipakainya semalam, lalu dia menyerahkan pada Yasmin.Namun, saat barang itu diberikan pada Yasmin, wanita itu malah menciumnya dan membentangkannya ke udara. “Mana uang untuk laundrynya? Aku akan membawa gaun ini ke laundry di kota!”Lisa terperangah mendengarnya. “Laundry?” ulangnya.“Ya tentu saja uang laundry-nya! Seharusnya aku minta uang sewa, cuma aku masih berbaik hati. Baju ini kalau dicuci biasa gak bagus nantinya!” Lisa berkata dengan nada ketus. Bukankah itu hanya baju lama yang tidak pernah lagi dipakainya? Lagipula, mau kapan Yasmin memakai pakaian itu lagi? Karena ukurannya sudah pasti kekecilan.“Itu, biar Mbak saja yang cuci lagipula kamu tidak akan memakainya lagi, kan?” Lisa berkata datar.“Apa Mbak bilang?! Dengar,

  • Menikah Dengan Pria Gila   Bab 7. Dia Sembuh?

    “Mbak bajuku apa sudah disetrika?” Yasmin menghampiri Lisa yang sedang menyiapkan sarapan untuk keluarga ini.Lisa tersenyum dan mengangguk. “Sudah, tunggu sebentar, ya.” Dia lalu mengambilkan baju yang dimaksud oleh Yasmin dan menyerahkannya. Yasmin mengamati hasil seterika dari Lisa dan kembali berkomentar, “Mbak, ini kenapa masih sedikit kusut? Kalo dipake, bagian ini keliatan banget gak rapinya.”Lisa hanya menghela napas sejenak mendengar celotehan itu.“Mbak rapiin lagi ini, nanti kalo sudah anterin ke kamar, aku mau beres-beres barang.” Yasmin meninggalkan Lisa dan melemparkan bajunya ke wajah Lisa.Paham, Lisa sangat tahu persis kalau ini pasti akan terjadi. Kembali diperhatikannya baju itu, tidak nampak seperti yang dikatakan oleh Yasmin. Adik tirinya itu memang sengaja ingin membuatnya tersiksa saja, karena itu dia berbuat demikian. Sebenarnya beberapa kali Lisa mencoba untuk berontak, tetapi saat mencoba melakukan hal itu, dia kembali berpikir bahwa percuma saja, karena sa

  • Menikah Dengan Pria Gila   Bab 6. Apa Dia Ingat?

    Lisa tertegun sejenak, dia sudah terbiasa diperlakukan seperti ini oleh Ibu dan adik tirinya itu. Hanya saja selama ini dia masih diam dan tidak melawan untuk mengurangi percekcokan yang terjadi di rumah ini.Ayah dan ibunya juga kerap kali bertentangan pendapat yang ujung-ujungnya Duha akan mengalah, karena dia merasa bahwa dia sudah gagal menjadi kepala rumah tangga yang tidak bisa membuat keluarganya bahagia.Ah … andai saja ayahnya saat itu tidak ditipu, pasti keluarga mereka akan baik-baik saja saat ini. Pikiran Lisa melayang ke saat itu, karena sejak ayahnya jatuh, mereka terpaksa kembali ke kampung dan bertahan hidup dengan sangat sederhana, sangat berbalik dari kehidupan sebelumnya.“Lisa, ayah mau bicara padamu,” panggil ayahnya setelah Lisa membereskan rumahnya.“Ada apa, Ayah?” tanya Lisa pada Duha, lalu sang ayah memberikan isyarat agar anaknya duduk di sebelahnya.“Lisa, Ayah tahu kamu tidak melakukannya,” ucapnya dengan nada penuh sesal.Lisa terdiam, lalu … kenapa ayah

  • Menikah Dengan Pria Gila   Bab 5. Berhenti Memikirkannya

    “Mas Gandha, apa kamu paham apa yang aku katakan?” Lisa kembali mengulang tanya untuk memastikan kalau dia tidak sedang bermimpi jika suaminya bisa diajak bicara dengan normal.“Aku … aku hanya ingat namaku, aku juga ingat kalau aku belum menikah,” ucap Gandha, “tapi selebihnya, aku tidak bisa mengingat apapun, kecuali ….” Tiba-tiba Gandha menghentikan ucapannya, dia memegang kepalanya dan memejamkan mata, sekarang ekspresi wajahnya menampakkan kalau saat ini dia sedang kesakitan.“Ah … aku … aku tidak bisa mengingat apapun,” ucapnya dengan suara yang serak, matanya masih terpejam.“Sudah, Mas, cukup, tidak perlu memaksakan diri.” Lisa menenangkan suaminya, lalu kemudian dia berjalan ke arah meja, dimana di atasnya terdapat segelas air minum.“Minum dulu, tenangkan dirimu,” ucap Lisa dengan nada khawatir.Gandha melakukannya dengan bantuan Lisa.“Bagaimana rasanya? Apa sudah lebih baik?” tanya Lisa lagi.Dia mengangguk dan memberikan gelas itu pada Lisa. “Terima kasih.”“Mas, aku juga

  • Menikah Dengan Pria Gila   Bab 4. Dia Bicara Normal

    “Bagaimana saksi, apa ini sah?”“Sah!” Beberapa orang menjawab dengan lantang. “Alhamdulillah,” ucap yang hadir di sana. Kini, Lisa benar-benar sudah resmi menjadi seorang wanita bersuami.Doa dipanjatkan setelah ijab kabul terdengar. Namun, Lisa masih saja sibuk dengan pikirannya sendiri, rasanya dia tidak percaya dengan banyak hal yang baru saja terjadi.Tentang kehidupannya yang akan datang bahkan tentang suaminya sendiri.Setelah doa selesai, seperti biasanya pengantin biasanya akan melakukan prosesi cium tangan suami. Kalau selama ini Lisa hanya melihatnya saat menghadiri acara sakral teman-temannya, kali ini dia adalah pengantinnya.Berat rasanya untuk melakukan hal ini, apalagi dengan orang yang tidak dicintainya, bahkan dengan pria asing yang dia tidak kenal sama sekali. Keringat keluar dari telapak tangannya, tatkala pria itu memberikan tangannya di depan Lisa.Bekas goresan luka yang cukup dalam masih terlihat jelas di punggung tangan suaminya itu, hal ini membuat Lisa men

  • Menikah Dengan Pria Gila   Bab 3. Bicara Dengan Benar

    Entahlah, tapi yang jelas sekarang ini pikiran Lisa, benar-benar berkecamuk hebat. Kemudian dia tiba-tiba terpikir hal lain. Selain dia bisa mengucapkan namanya dengan jelas tadi, kebiasaan pria ini selama ini hanya bisa menjerit-jerit dengan nada pilu dan tidak bisa mengatakan kalimat lain dan kalimat apa pun selain minta tolong. Lalu, pandangannya hanya lurus ke depan dengan tatapan kosong seperti bukan orang yang waras.Tiba-tiba saja, dorongan dari dalam dirinya yang kuat ini akhirnya membuat Lisa diam-diam berdoa dalam hati, agar pria asing ini tidak mampu mengucapkan kalimat sakral itu di hadapan orang ramai.Namun, lantunan doa dalam hatinya itu terganggu, tatkala suara-suara lain kembali tertangkap di telinganya.“Nah, si Lisa akhirnya nikah juga!” Celetuk salah satu tetangga mereka yang dikenal Lisa sangat akrab dengan ibu tirinya ini.“Ya gak masalah juga sih nikah dengan pria ini, yang penting kan laku,” sahut yang lain dengan santai.Lisa hanya bisa diam dan menundukkan ke

  • Menikah Dengan Pria Gila   Bab 2. Keraguan Lisa

    Lisa diseret masuk ke kamar Yasmin, adik tirinya itu oleh sang Ibu dengan hentakan keras dan kasar. Lalu, mendorong tubuhnya hingga membuatnya jatuh tersungkur di lantai.“Ah!” tanpa sadar Lisa menjerit.“Jangan sok-sok-an tersakiti kamu! Dasar memalukan sekali kamu! Bilang saja kalau kamu kebelet mau kawin, kan?!” ucapan itu terdengar sinis di telinga Lisa.Namun, Lisa yang sudah terbiasa diperlakukan buruk oleh ibunya ini, hanya bisa diam.“Itu!” tunjuknya ke arah pakaian yang ada di atas tempat tidur pada Lisa, “pinjam itu saja dari Yasmin untuk kamu pakai.” Yasmin sang adik tiri berjalan mendekati Lisa yang mencoba untuk berdiri. “Aku hanya bisa meminjamkan baju itu padamu, Mbak, karena badanmu yang kecil itu aku hanya punya baju itu yang layak.” Yasmin berkata dengan santai.Lisa masih diam, dia lalu mengambil pakaian itu, sebuah kebaya model lama berwarna krem, lalu kain batik tulis yang ‘bau lemari’ sangat menempel, baju ini memang cukup sederhana dan pas di badannya.“Ini ala

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status