"Angela Swan, bukannya itu nama lain dari, Gladys?" Tanya Nathan sembari menatap ke arah kerumunan tadi. Awalnya Ia tidak begitu perduli dengan kerumunan itu, karena sudah terbiasa melihat orang penting memakai pengawalan yang ketat semacam itu. Hanya saja kali ini nampak berbeda karena yang di kawal seketat itu bernama Angela Swan. saat itu, ia melihat ke arah sosok yang keluar dari wahana permainan itu berjalan dengan menggendong seorang anak di dampingi pengawalan yang sangat ketat, Nathan langsung bangkit dari kursinya dengan wajah yang sangat bahagia. "Glad... " Gumamnya sembari mengucek kedua matanya, guna memastikan jika yang ia lihat baru saja adalah benar istrinya. "Tuan, itu nona Gladys." Ucap Yuda sembari menunjuk ke arah Kerumunan pria yang tengah berjalan mengikuti sesosok wanita cantik menunju ke arah Lift. "Glad..." Nathan berteriak memanggil nama sang istri, sembari berlari sekuat tenaga untuk mengejarnya. Yuda yang masih terkejut, akhirnya ikut panik d
Setelah dokter keluar dari ruangan itu, Gladys langsung menghampirinya untuk bertanya bagaimana kondisi suami sekaligus kakak sepupunya itu. Namun, Baru juga ia ingin bertanya tapi Nathania tiba-tiba muncul dari arah yang berlawanan sembari berlari kencang. "Glad" Panggil Nia setelah dapat melihat dari dekat, jika yang berdiri di depan dokter jaga adalah Iparnya. "Nia," Gladys termenung saat Tubuhnya tiba-tiba di peluk oleh saudara kembar suaminya itu. "Bagaimana kabarmu?' Tanya Nia setelah mengurai pelukannya. Wanita itu nampak terkejut melihat keberadaan Gladys di rumah sakit nya, apa lagi saat ini wanita itu nampak berdiri di depan pintu ruang rawat Nathaniel. sebenernya hal wajar jika Gladys berada di sana mengingat ia masih berstatus sebagai istri sah Nathaniel Collins Haditama. Hanya saja, yang membuat berbeda adalah status mereka yang sudah lama pisah ranjang dan dalam proses putusan cerai. "Aku baik." Jawab Gladys To do Poins karena sejujurnya ada hal yang le
"Tenang lah Glad! Brian aman besama, Yuda." Nia mencengkeram Bahu Gladys yang sejak tadi panik mencari anaknya. Wanita itu mengutuk dirinya sendiri karena melupakan utaranya begitu saja karena panik, Padahal selama ini ia tidak pernah melakukan itu selama mereka tinggal di Amerika. "Yuda, Kau bilang Yuda. Di mana dia sekarang?" Gladys ikut berbalik mencengkeram lengan Nia, sembari menatap khawatir pada Iparnya itu. "Dia ada di ruangan ku, Glad. tenanglah! aku jamin dia aman bersama dengan Asisten Yuda." Ucap Nia berusaha untuk menenangkan hati Gladys yang ia yakini sangat ketakutan saat ini. "Terimakasih, Nia. ku pikir aku kehilangan Putraku, Aku benar-benar takut!" Gumamnya sesaat setelah memeluk Nia. Nia mengelus bahu Gladys untuk menenangkannya, Ia tau benar rasa sakit kehilangan seorang anak, karena dirinya pun juga pernah merasakan Hal yang sama. Namun, karena Statusnya yang belum menikah membuatnya tak bisa berbicara kepada keluarganya mengenai hal itu. Tak ber
Clara keluar dari Lift dengan mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat, Kini wanita itu berjalan menuju ke arah Poli kandungan. entah apa yang akan di lakukan perempuan itu di sana, Dan saat itu pula bertepatan dengan Yuda yang berjalan ke arah ruang rawat Nathaniel bersama dengan Brian selalu setia berada di gendongannya. "Bukankah itu Nona Clara, Sedang apa dia di sana?" Yuda langsung menghentikan langkahnya, sembari mengamati pergerakan Clara yang kini sudah masuk ke ruang dokter. "Uncle, ada apa?" Tanya Brian dengan wajah bingung sejak Yuda menghentikan langkahnya. "Ah tidak apa-apa, boy. Ayo kita temui Mommy!" Ajaknya sembari melangkah kembali untuk masuk ke dalam Lift yang kebetulan terbuka. Sesampainya di depan ruangan rawat, Yuda tak sengaja mendengar seseorang tengah menangis. hal itulah yang membuatnya buru-buru untuk masuk ke dalam meskipun itu memantik keterkejutan dari Brian yang langsung memeluk lehernya kuat-kuat karena ketakutan "Maaf permisi, ada apa ini?"
Gladys akhirnya keluar dari ruangan itu dengan pandangan kosong Seolah ada beban berat yang tengah ia tanggung. "Bagaimana ini? haruskah aku tetap melanjutkan perceraian kami?" Muncul keraguan di dalam hati Gladys, apalagi melihat kondisi Nathaniel yang seakan koma membuatnya tidak tega menambah beban mental keluarga Collins Haditama. Di tengah-tengah lamunannya, Ponsel Gladys tiba-tiba berdering dan ia pun langsung berusaha untuk menggapai ponsel itu dari dalam tasnya. Terpampang jelas nama Valdo di sana, Pria itu ternyata sudah berada di halaman rumah sakit untuk menjemput dirinya. Padahal Valdo sendiri baru saja tiba di Surabaya, namun agaknya pria itu tak mau membuang-buang waktu untuk segera menjemput wanitanya setelah mendapat kabar jika Gladys tengah berada di rumah sakit internasional. Setelah Panggilan itu di jawab, Valdo langsung mencecar Gladys dengan banyak pertanyaan. "Kau di mana? aku sudah kembali, ayo kita pulang ke apartemen sekarang! Aku sudah berada di lu
Hari ini adalah hari di mana putusan cerai yang seharusnya di hadiri Nathaniel dan Gladys sebagai pihak tergugat dan penggugat. Namun karena Nathaniel masih tak sadarkan diri membuat semua proses ketuk palu berjalan dengan sangat lancar tanpa kendala apapun. "Selamat Glad," Valdo membuka kedua tangannya untuk memeluk Gladys. Gladys tersenyum tipis, lalu membalas pelukan itu dengan bahagia, Namun kebahagiaan nya itu seolah terganjal dengan rasa tidak nyaman di dalam hatinya entah karena apa. "Ayo kita pulang." Ajak Valdo, lalu pria itu merangkul Bahu Gladys untuk menuntunnya keluar dari ruang sidang. Tanpa keduanya sadari, Nia yang juga ada di ruangan nampak menatap kepergian keduanya dengan sorot mata tak terbaca. Wanita yang berbahaya memiliki Skandal tersembunyi dengan Revaldo Mahendra itu nampak tersenyum kecut saat melihat bagaimana Valdo memperlakukan Gladys dengan baik. "Dasar pria tidak punya hati, bagaimana bisa dirinya bahagia di atas penderitaan sahabatnya s
"Bagaimana ini? bagaimana bisa Nathaniel lupa ingatan?" Gumam Nyonya Naira sembari berjalan kesana kemari dengan wajah tegang. "Sama halnya dengan kepercayaan diri Mommy kemarin, Mommy bilang Gladys akan bertahan dalam pernikahan ini. tapi mana buktinya? Hari ini mereka resmi bercerai kan?" Nia mulai protes dan tidak mau sang Mommy kembali membuat rencana yang tidak-tidak untuk kehidupan Putranya, Maka dari itu ia berusaha untuk menyadarkan sang Mommy agar tidak kembali menerka-nerka masa depan mereka. "Ck, Mana mommy tau jika di belakang Gladys, ada sosok lain yang selalu mendorongnya untuk berpisah dari Nathaniel!" Ucap Nyonya Naira yang kini duduk di samping sang Putri, sembari menyandarkan kepalanya ke dinding. "Mommy tau dari mana?" Nia Kini mengubah posisinya miring untuk menatap ke arah sang Mommy. "Yuda yang mengatakannya, Yuda bilang jika selama ini ada orang yang melindungi Gladys! Tapi Mommy tidak menduga jika hingga detik ini, sosok itu masih setia berdiri d
"Kak, kau sudah sembuh!!" Clara berlari menghampiri Nathan dan ingin memeluknya. Namun tiba-tiba pria itu menghindar hingga membuat Clara hampir terjerembab ke dalam toilet. "Loh, kak, kakak di mana?" Wanita itu menoleh ke sana kemari mencari keberadaan Nathaniel yang kini berdiri di belakang tubuhnya. Nathan menepuk punggung Wanita itu perlahan hingga membuat Clara Reflek menoleh ke arahnya. "Astaga, " Gumam Wanita itu sembari menghela nafasnya perlahan. Kening Nathan mengkerut saat menatap sosok wanita asing yang ada di hadapannya saat ini. "Siapa lagi dia?" Gumamnya sembari melipat kedua tangannya di depan dada, Matanya masih menelisik berharap ia bisa mengingat sesuatu tentang Clara, namun agaknya hal itu hanya sia-sia karena ia sama sekali tak ingat apapun. Clara menelisik Tubuhnya sendiri, berharap tidak ada sesuatu yang aneh pada dirinya yang membuat Nathaniel bersikap demikian padanya. "Kak, kau kenapa?" Ucapnya sembari berusaha untuk menyentuh pria itu, Namun u