Kilat lampu kamera yang tadinya terarah penuh kepada Laura mendadak berubah arah saat beberapa orang memasuki lobby perusahaan yang digunakan untuk tempat konferensi pers. Laura dan para petinggi perusahaan yang sudah ada di kubunya nampak kaget dengan kedatangan orang yang sama sekali tidak diharapkan itu, Jacob Sagala. Sejak Sierra memegang perusahaan, Jacob memang hampir tidak pernah mengunjungi perusahaannya lagi. Hanya sesekali, selebihnya ia hanya melihat rekaman CCTV dan mendengarkan laporan dari beberapa orang, termasuk laporan Valdo dan Sierra. Dan tentu saja kedatangan Jacob pun begitu menarik perhatian semua orang, terutama para wartawan. Saat Laura dan para petinggi perusahaan sedang menjelekkan Jacob, Sierra, dan Bastian, justru mereka semua mendadak muncul. Para wartawan pun langsung berbalik arah dan mengepung Jacob. "Pak Jacob, benarkah semua gosip itu? Anda menelantarkan Bu Laura dan anak Anda demi istri muda Anda?""Benarkah istri muda Anda berselingkuh dengan
"Itu tidak benar! Kau memfitnahku! Bukankah semua bukti itu kau sendiri yang memberikannya padaku, hah?" teriak Sierra panik. "Itu ... bukti itu sudah direkayasa oleh Bu Sierra. Tujuannya untuk memfitnah Bu Laura. Bu Sierra ingin menjadi satu-satunya nyonya di perusahaan," lanjut karyawan itu dengan kebohongan yang begitu lancar. "Bohong! Semuanya bohong!" teriak Sierra lagi. "Tenang, Sierra! Tenang!" Bastian menenangkan Sierra. "Bagaimana aku bisa tenang, Bastian? Dia memfitnahku!" Sierra mulai kalap. Begitupun dengan Jacob yang sudah emosi mendengarnya. "Jangan berbohong atau aku akan menjebloskanmu ke dalam penjara!" ancam Jacob sambil melotot marah. Karyawan itu sempat goyah mendengar kata penjara, namun Laura sendiri memelototinya sampai karyawan itu ketakutan. "Aku ... tidak berbohong. Bu Sierra itu ... jahat ....""Itu bohong! Semuanya bohong! Dia sudah disuap oleh Bu Laura untuk memfitnah Bu Sierra!" teriak seseorang yang mendadak muncul dari arah lain. Tory datang di
Semua pandangan langsung terarah pada seorang wanita yang sedang melangkah dari pintu masuk, wanita yang mengaku sebagai tunangan Bastian. Dan wanita itu, secara mengejutkan adalah Vella. "Vella? Bagaimana dia bisa mendadak muncul? Tapi Vella benar-benar menyelamatkan kita kali ini, Valdo." Jacob bernapas lega. "Ya, Pak, walaupun kita masih belum tau apa motifnya melakukan ini.""Motif apa maksudmu? Setidaknya dia tidak gila harta seperti dua tikus itu karena keluarga Vella sendiri adalah keluarga yang kaya raya.""Well, semoga saja kita bisa mengandalkannya kali ini."Sementara itu, Bastian dan Sierra juga sudah menegang. Sierra bernapas lega, namun juga masih bingung dengan banyak hal. Mengapa mendadak Vella bisa datang? Mengapa mendadak Vella seolah menjadi pahlawan dengan mengakui bahwa wanita itu dirinya padahal bukan?Bastian sendiri menggeram. "Sial! Apa yang dilakukan wanita itu?" Namun, lagi-lagi Bastian tidak bisa berbuat banyak kali ini. Apalagi saat Vella tersenyum s
"Bastian, tunggu aku! Tunggu aku! Wartawan masih melihat kita!" Vella berlari kecil mengejar Bastian yang sudah melangkah sampai ke parkiran mobil. "Apa lagi, Vella? Berhenti berakting!""Sudah kubilang wartawan masih melihat kita, Bastian!""Ck, aku tidak peduli, Vella! Bukankah sudah cukup kau terus memeluk lenganku sejak tadi? Sudah cukup kita berakting seperti ini dan setelah semuanya reda, kita tinggal bilang saja kalau kita sudah putus!" sembur Bastian begitu saja, sebelum ia terus melangkah ke mobilnya. Vella pun menganga mendengarnya, namun ia tidak menyerah dan tetap mengejar Bastian, sementara Tory mencoba menghalangi wartawan yang masih mencoba mendekat dan meminta mereka pulang dari arah yang lain. "Bastian, tunggu! Bastian! Apa kau tidak bisa berterima kasih padaku? Aku baru saja menyelamatkanmu dan ayahmu!"Vella terus mendesis saat ia sudah sampai ke samping mobil Bastian. Bastian sendiri langsung mengembuskan napas kesal dan melirik Vella. "Baiklah, terima kasih!
"Mama sedang pergi bersama Grandma. Aunty belum tahu mereka akan pergi sampai berapa lama. Apa kau ... akan merindukan mereka, Lalita?"Setelah banyak berbicara dengan Valdo tadi, Sierra pun langsung menghampiri Lalita di kamarnya. Ada sedikit rasa bersalah yang Sierra rasakan saat ia menatap Lalita, seolah Sierra sudah membuat anak itu kehilangan orang tuanya. Yang pertama Noah dan sekarang Stephanie. Baiklah, Noah dan Stephanie tidak pernah menganggap Lalita ada, tapi setidaknya ada orang yang dipanggil Papa dan Mama oleh anak itu. Tapi sekarang, setelah Noah pergi dan Stephanie mungkin dipenjara, tidak akan ada lagi yang bisa dipanggil Papa dan Mama. Sierra pun mendadak melow untuk Lalita. Namun secara mengejutkan, anak itu menggelengkan kepalanya. "Mama jahat, Aunty ...."Hanya satu kalimat yang diucapkan oleh Lalita, namun membuat perasaan Sierra menjadi tidak karuan. Stephanie benar-benar sudah membuat trauma mendalam bagi Lalita sampai anak itu membenci ibu kandungnya se
"Maafkan aku sekali lagi, Pak! Bastian, anakku, itu sangat keras, tapi kalau dia sudah mencintai, dia akan mencintai dengan sepenuh hati dan sangat bertanggung jawab. Di mana lagi kau bisa menemukan pria seperti anakku!"Jacob yang sudah duduk di sebuah ruang VIP restoran bersama Vella dan keluarganya pun terus tertawa sambil membanggakan Bastian. Bastian tidak datang malam ini, hal yang sudah bisa diduga oleh Jacob. Karena itu, Jacob sudah menyiapkan banyak alasan agar keluarga Vella tidak meragukannya. Vella sendiri nampak kesal karena Bastian tidak datang, namun ia tetap memasang senyumnya agar orang tuanya tetap mengijinkan ia bersama Bastian. "Benar, Ayah, Ibu! Bastian itu adalah pria yang luar biasa! Aku sudah lama menyukainya! Dan kalau pria seperti dia mendadak menurut begitu saja saat dijodohkan, bukankah itu malah aneh! Haha, seperti apa ya? Seperti kerbau yang dicucuk hidungnya, benar kan? Hahaha!"Vella menutup mulut dengan tangannya dan terus tertawa. Kedua orang tua
"Mobilmu masih di rumah tadi, kalau begitu pulanglah bersamaku saja!" ajak Bastian saat Sierra mereka akhirnya keluar dari yayasan. Bastian menemani Julio dan Lalita bermain sejak tadi sampai akhirnya Julio kembali ke kamar dan Lalita sendiri tidur di gendongan Sierra. "Tidak perlu, aku naik taksi saja," tolak Sierra. "Kau bersama Lalita, Sierra.""Kau saja yang membawa Lalita, aku bisa pulang sendiri.""Sierra, jangan keras kepala! Kau mau bertemu orang jahat seperti waktu itu lagi?" Sierra terdiam mendengarnya. Tentu saja ia tidak mau. Tapi waktu itu bisa dibilang ia hanya sedang sial. Tidak mungkin seseorang bisa bertemu dengan orang jahat berkali-kali dalam hidupnya. Sierra pun kembali menolak ajakan Bastian tapi seperti biasa, Bastian memaksa. Bastian menarik paksa Sierra sampai masuk ke dalam mobilnya lalu menidurkan Lalita di jok belakang, sebelum ia sendiri masuk ke kursi pengemudi. Suasana pun mendadak hening karena Bastian tidak langsung menjalankan mobilnya melainka
Sayang ....Jantung Sierra berdebar makin tidak terkendali dan air matanya menetes mendengar kata "sayang" yang Bastian ucapkan dengan begitu lembut. Sierra bahagia sekali mengetahui kalau perasaannya ini tidak bertepuk sebelah tangan. Baiklah, Sierra tahu Bastian menginginkannya, namun mendengar secara langsung perasaan pria itu, membuat perasaan Sierra begitu membuncah. "Bastian ...."Tanpa sadar, Sierra sendiri mengangkat tangannya dan menangkup kedua pipi Bastian. Sekalipun ia tahu ia salah, tapi begitu sulit mengendalikan perasaannya sendiri. Sierra pun membelai pipi Bastian dan Bastian langsung menangkap tangan Sierra lalu menciumnya lembut sambil tetap menatap Sierra. "Aku menyukaimu, Sierra ... mari kita tinggalkan saja semuanya dan pergilah bersamaku ..." ajak Bastian. Dan Sierra pun langsung membelalak mendengarnya. "Apa? Apa kau bilang, Bastian?""Pergilah bersamaku, Sierra! Kita ... melarikan diri. Jacob tidak akan melakukan hal yang terlalu jauh padaku dan selama k
Setelah serangkaian acara selesai, anak-anak pun makan bersama lalu bermain bersama. Gelak tawa dan teriakan anak-anak memenuhi pinggir kolam renang sampai membuat Jacob dan Lidya pun terus tertawa senang. "Masa tua kita akan terus bahagia melihat para cucu kita yang tumbuh besar, aku senang sekali akhirnya kita menjadi keluarga besar, Bu Lidya." "Aku juga senang, Pak Jacob. Aku tidak pernah menyangka hari ini akan tiba. Masih teringat jelas bagaimana semua hal buruk itu terjadi dulu, tapi semua benar-benar sudah berubah beberapa tahun terakhir ini. Dan selama beberapa tahun ini aku hanya merasakan kebahagiaan, aku bersyukur sekali." "Haha, kau benar, Bu Lidya. Kau benar. Karena aku juga merasakan yang sama. Sejak Bastian menikah dengan Sierra, aku hanya merasakan kebahagiaan, aku bahagia sekali." Lidya yang mendengarnya hanya mengangguk dan tersenyum menatap anak-anak yang bermain bersama. Kali ini Bastian dan Jonathan mengobrol bersama, sedangkan Rosella dan Sierra pun mengobro
Satu tahun kemudianSpanduk bertuliskan "Happy birthday Victor Sagala" membentang di pinggir kolam renang rumah Jacob pagi itu. Jacob ngotot menjadi tuan rumah dalam acara ulang tahun cucunya itu dan keluarga Sierra pun akhirnya merayakan ulang tahun Victor di sana. Lidya dan Sierra pun berangkat ke rumah Jacob membawa Santos dan Sania yang sudah berlarian kesana kemari dan tidak bisa diam itu. Namun, Santos dan Sania sangat menyayangi Victor. Perbedaan umur mereka yang hanya 1.5 tahun membuat mereka terlihat lucu saat bersama. Santos dan Sania akan menggandeng Victor di tengah dan Victor yang baru belajar berjalan itu begitu senang setiap kali digandeng oleh kakak kembarnya itu. Seperti pagi itu di pinggir kolam renang rumah Jacob. "Hati-hati, Santos! Jangan miring-miring jalannya! Nanti kalian bertiga bisa masuk ke dalam kolam!" seru Sierra yang masih sibuk menyusun kue-kue di meja untuk foto. Santos dan Sania membawa Victor berkeliling dan mereka berjalan zigzag. Kadang mere
Beberapa bulan berlalu dan perut para Ibu hamil pun sudah membola. Rosella sendiri sudah mendekati waktu melahirkan, namun ia masih begitu aktif bekerja sampai Adipura tidak tahan melihatnya. "Aduh, Rosella! Kau di rumah saja ya! Istirahat saja! Tinggal menghitung hari kau akan melahirkan! Ayah tidak mau cucu Ayah lahir di kantor!" "Aku baik-baik saja, Ayah. Lagipula aku tidak setiap hari ke kantor kan?" "Tapi Ayah takut sekali melihatmu berjalan dengan perut sebesar itu!" "Haha, benar, Rosella! Dengarkan ayahmu, dia sampai tidak bisa tidur memikirkanmu." Imelda mengulum senyumnya. Rosella sendiri ikut tersenyum. "Haha, baiklah, Ayah! Baiklah, besok aku tidak akan ke kantor ya," kata Rosella akhirnya. "Ah, iya, iya." Adipura pun bernapas lega dan jantungnya terus berdebar kencang karena terlalu antusias. Bahkan Adipura ikut diam di rumah bersama Rosella keesokan harinya. "Makan yang banyak, Rosella! Kau harus punya tenaga untuk melahirkan," pesan Adipura yang terus menghitung
Hamil dalam keadaan sadar dan hamil dalam keadaan gila tentu saja adalah dua hal yang sangat berbeda. Dulu waktu Rosella hamil Julio, setiap hari ia hanya bisa berteriak dan memukuli perutnya, menolak kehadiran Julio dan terus mengamuk. Rosella benar-benar gila dulu dan rasanya apa yang terjadi dulu sudah tidak bisa lagi diungkapkan dengan kata-kata. Tapi di atas semua itu, Rosella bersyukur karena semua hal buruk sudah berlalu dan digantikan hal baik yang tiada henti di kehidupannya yang sekarang. Rosella memiliki keluarga yang hebat, suami yang hebat, mertua yang hebat, dan anak yang hebat. Pekerjaan yang hebat juga dan semua hal yang membuatnya tidak pernah menyesal telah dilahirkan, yang membuat Rosella tidak pernah menyesali lagi semua yang sudah terjadi di masa lalunya. Dan yang membuat Rosella paham bahwa Tuhan selalu punya rencana dalam hidup kita. Mungkin seringkali kita bertanya mengapa aku yang harus mengalami semua hal buruk itu, aku tidak kuat, aku tidak sanggup.
Lidya dan Sierra masih begitu syok sampai mereka tidak tahu harus senang atau tidak, namun semua anggota keluarga yang lain malah memekik senang, terutama Jacob yang tidak berhenti tertawa senang. "Selamat ya, Sierra! Selamat! Haha! Ayah senang sekali akan bertambah cucu! Hahaha!" Sierra pun hanya memaksakan senyumnya sampai tidak lama kemudian, Bastian pun pulang ke rumah karena Sierra mengirimkan hasil tespeknya ke ponsel Bastian.Bastian yang baru memarkir mobilnya pun langsung berlari masuk dan mencari istrinya. "Sierra, Sayang, benarkah itu? Kau hamil lagi, Sayang?" Bastian langsung menangkup kedua bahu Sierra. "Entahlah, tespeknya bilang begitu!" Bastian yang mendengar jawaban Sierra pun langsung tertawa sumringah. "Bukankah tespek tidak pernah bohong, Sayang? Sekarang kita tanya ke dokter ya! Ayo, Sayang! Ayo!" Bastian pun langsung mengajak Sierra pergi ke dokter kandungan siang itu dan jantung Sierra pun terus berdebar tidak karuan sampai akhirnya ia dipanggil masuk dan
Hampir satu minggu setelah acara pernikahan dan semua orang akhirnya bisa bersantai lagi dari padatnya acara mereka. Saking banyaknya undangan yang diundang oleh Adipura dari berbagai kota dan negara membuat jadwal keluarga mereka pun begitu padat untuk menjamu semuanya. Dan ketika semuanya berakhir, Rosella sendiri mengalami kelelahan yang tidak biasa. Ia lelah sekali sampai lemas dan tidak bernafsu melakukan apa pun, bahkan nafsu makan pun tidak ada. Selama tiga malam Rosella dan Jonathan masih menginap di hotel lalu setelahnya mereka pun pulang ke rumah Adipura. Jonathan memang belum mengajak Rosella tinggal berdua di apartemen karena keluarga Adipura masih begitu menikmati kumpul bersama seperti ini, apalagi sekarang Julio sudah tinggal bersama mereka. "Kau tidak apa, Sayang? Kau kelelahan ya?" Jonathan membelai kepala Rosella yang sedang berbaring tidur siang itu. "Hmm, aku lelah sekali, Jonathan. Aku sedikit meriang, kurasa aku tidak mau melakukan apa-apa dulu." "Kau mau
Sebuah papan bertuliskan "The Wedding of Jonathan and Rosella" terpasang di pintu masuk sebuah taman di sebuah hotel mewah yang akan menjadi tempat pemberkatan pernikahan pagi itu. Hanya sedikit undangan yang diundang pada pagi hari, namun mereka akan mengadakan pesta besar lagi di ballroom mewah nanti malam. Semua undangan pun sudah hadir di sana dan mereka begitu antusias menantikan pasangan pengantin yang berbahagia. Rosella sendiri nampak begitu gugup saat berada di ruang VIP untuk menunggu saat ia harus keluar. Setelah mengalami persiapan pernikahan yang cukup membuat emosi labil dan setelah mengalami pingitan yang membuatnya begitu merindukan Jonathan, hari ini akhirnya mereka akan mengikat janji suci dan jantung Rosella tidak berhenti berdebar kencang sejak subuh tadi. "Tenang, Rosella! Tenang! Kau terlalu gugup!" Lidya terus tersenyum menatap Rosella dari pantulan cerminnya. "Bagaimana aku tidak gugup, Ibu? Entahlah, aku gemetar!" "Haha, aku juga begitu waktu itu, Rosel
Semua anggota keluarga menyambut bahagia lamaran yang dilakukan oleh Jonathan dan mereka pun begitu tidak sabar untuk menikahkan anak-anak mereka. Mereka pun langsung memilih hari baik dan persiapan pernikahan pun mulai digelar. Semua orang langsung sibuk dengan tugasnya masing-masing karena Adipura ingin membuat pesta besar untuk Jonathan dan Rosella. "Sungguh tidak usah pesta sebesar itu, Ayah. Bagiku yang penting pernikahan kami sah.""Tidak bisa! Kau akan menikah, tentu saja pestanya harus besar dan mewah. Ayah tidak mau tahu, pestanya harus besar!" seru Adipura lagi dengan lantang. Semua anggota keluarga pun tidak berani membantah lagi dan akhirnya menuruti Adipura. Mereka menyewa gedung resepsi mewah dan menyewa jasa WO, namun tetap saja Adipura yang begitu sibuk mengatur semua detailnya karena memang Adipura sendiri adalah orang yang sangat detail. Sedangkan Lidya dan keluarganya yang sudah kembali ke rumah mereka sendiri, tidak banyak ikut campur dan memilih untuk mengik
"Mari, silakan, Pak Jacob!" "Silakan, Pak Adipura!" Keluarga Adipura, keluarga Jacob, dan keluarga Lidya sedang berkumpul bersama malam itu di sebuah ruang VIP di sebuah hotel mewah untuk makan malam. Setelah melalui banyak hal, mereka menjadi semakin dekat satu sama lain. "Rosella, kapan kau baru akan kembali ke WHA, hah? Om menunggumu. WHA membutuhkanmu," seru Adipura. Sejak kejadian itu sampai Adipura keluar dari rumah sakit bahkan sampai hari ini, Rosella memang belum kembali bekerja di WHA. Walaupun semua masalah sudah selesai dan namanya sudah bersih, tapi Rosella masih ragu untuk kembali. Bahkan Livy sudah mengundurkan diri dan memilih pindah ke luar negeri. "Ah, itu ...." "Besok Rosella akan kembali bekerja, Ayah." celetuk Jonathan tiba-tiba. Rosella pun membelalak menatap Jonathan karena sebelumnya mereka belum pernah membicarakannya. "Jonathan!" desis Rosella. Namun, Jonathan tidak menanggapinya dan malah menggenggam tangan Rosella yang ada di atas meja. "Besok