"Mama sedang pergi bersama Grandma. Aunty belum tahu mereka akan pergi sampai berapa lama. Apa kau ... akan merindukan mereka, Lalita?"Setelah banyak berbicara dengan Valdo tadi, Sierra pun langsung menghampiri Lalita di kamarnya. Ada sedikit rasa bersalah yang Sierra rasakan saat ia menatap Lalita, seolah Sierra sudah membuat anak itu kehilangan orang tuanya. Yang pertama Noah dan sekarang Stephanie. Baiklah, Noah dan Stephanie tidak pernah menganggap Lalita ada, tapi setidaknya ada orang yang dipanggil Papa dan Mama oleh anak itu. Tapi sekarang, setelah Noah pergi dan Stephanie mungkin dipenjara, tidak akan ada lagi yang bisa dipanggil Papa dan Mama. Sierra pun mendadak melow untuk Lalita. Namun secara mengejutkan, anak itu menggelengkan kepalanya. "Mama jahat, Aunty ...."Hanya satu kalimat yang diucapkan oleh Lalita, namun membuat perasaan Sierra menjadi tidak karuan. Stephanie benar-benar sudah membuat trauma mendalam bagi Lalita sampai anak itu membenci ibu kandungnya se
"Maafkan aku sekali lagi, Pak! Bastian, anakku, itu sangat keras, tapi kalau dia sudah mencintai, dia akan mencintai dengan sepenuh hati dan sangat bertanggung jawab. Di mana lagi kau bisa menemukan pria seperti anakku!"Jacob yang sudah duduk di sebuah ruang VIP restoran bersama Vella dan keluarganya pun terus tertawa sambil membanggakan Bastian. Bastian tidak datang malam ini, hal yang sudah bisa diduga oleh Jacob. Karena itu, Jacob sudah menyiapkan banyak alasan agar keluarga Vella tidak meragukannya. Vella sendiri nampak kesal karena Bastian tidak datang, namun ia tetap memasang senyumnya agar orang tuanya tetap mengijinkan ia bersama Bastian. "Benar, Ayah, Ibu! Bastian itu adalah pria yang luar biasa! Aku sudah lama menyukainya! Dan kalau pria seperti dia mendadak menurut begitu saja saat dijodohkan, bukankah itu malah aneh! Haha, seperti apa ya? Seperti kerbau yang dicucuk hidungnya, benar kan? Hahaha!"Vella menutup mulut dengan tangannya dan terus tertawa. Kedua orang tua
"Mobilmu masih di rumah tadi, kalau begitu pulanglah bersamaku saja!" ajak Bastian saat Sierra mereka akhirnya keluar dari yayasan. Bastian menemani Julio dan Lalita bermain sejak tadi sampai akhirnya Julio kembali ke kamar dan Lalita sendiri tidur di gendongan Sierra. "Tidak perlu, aku naik taksi saja," tolak Sierra. "Kau bersama Lalita, Sierra.""Kau saja yang membawa Lalita, aku bisa pulang sendiri.""Sierra, jangan keras kepala! Kau mau bertemu orang jahat seperti waktu itu lagi?" Sierra terdiam mendengarnya. Tentu saja ia tidak mau. Tapi waktu itu bisa dibilang ia hanya sedang sial. Tidak mungkin seseorang bisa bertemu dengan orang jahat berkali-kali dalam hidupnya. Sierra pun kembali menolak ajakan Bastian tapi seperti biasa, Bastian memaksa. Bastian menarik paksa Sierra sampai masuk ke dalam mobilnya lalu menidurkan Lalita di jok belakang, sebelum ia sendiri masuk ke kursi pengemudi. Suasana pun mendadak hening karena Bastian tidak langsung menjalankan mobilnya melainka
Sayang ....Jantung Sierra berdebar makin tidak terkendali dan air matanya menetes mendengar kata "sayang" yang Bastian ucapkan dengan begitu lembut. Sierra bahagia sekali mengetahui kalau perasaannya ini tidak bertepuk sebelah tangan. Baiklah, Sierra tahu Bastian menginginkannya, namun mendengar secara langsung perasaan pria itu, membuat perasaan Sierra begitu membuncah. "Bastian ...."Tanpa sadar, Sierra sendiri mengangkat tangannya dan menangkup kedua pipi Bastian. Sekalipun ia tahu ia salah, tapi begitu sulit mengendalikan perasaannya sendiri. Sierra pun membelai pipi Bastian dan Bastian langsung menangkap tangan Sierra lalu menciumnya lembut sambil tetap menatap Sierra. "Aku menyukaimu, Sierra ... mari kita tinggalkan saja semuanya dan pergilah bersamaku ..." ajak Bastian. Dan Sierra pun langsung membelalak mendengarnya. "Apa? Apa kau bilang, Bastian?""Pergilah bersamaku, Sierra! Kita ... melarikan diri. Jacob tidak akan melakukan hal yang terlalu jauh padaku dan selama k
Bastian tidak tahu mengapa ia harus menuruti permintaan absurd Sierra. Apa Sierra pikir Bastian anak kecil yang harus menuruti Sierra untuk mendapatkan sesuatu?Ini gila! Tapi Bastian lebih gila lagi karena menyetujuinya. Bastian pun melirik Sierra yang sudah tertidur di sampingnya saat ia menyetir mobilnya. Bastian hanya bisa tertawa pelan meihatnya. Baiklah, hal seabsurd apa pun akan ia turuti asal ia bisa mendapatkan Sierra. Sierra sendiri sudah memejamkan matanya walau ia tidak benar-benar tidur. Ia hanya berpura-pura tidur agar ia tidak perlu banyak berinteraksi dengan Bastian lagi. Yang penting Bastian sudah setuju untuk bersikap baik. Ya, ini akan lebih mudah untuk semuanya. Sierra pun bertahan dengan akting tidurnya dan ia mendadak terbangun saat mereka sudah sampai ke rumah. Bastian menggendong Lalita sampai ke kamarnya dan menidurkan anak itu di ranjangnya. "Terima kasih, Bastian. Malam ini aku akan tidur di sini bersama Lalita.""Hmm, apa kau mau kutemani juga?""Ti
Setelah bicara dengan Jacob, perasaan hati Sierra sungguh begitu baik. Dan ia pun menyambut pagi ini dengan lebih riang sambil terus tertawa sumringah. "Duduklah, Lalita! Kita tunggu yang lain dulu sebelum makan, oke!" seru Sierra di ruang makan saat mereka sudah tiba duluan, sebelum Jacob dan Bastian. Sierra pun langsung sibuk melayani Lalita sampai Jacob yang sedang melangkah pun mendadak menghentikan langkahnya. Sesekali Sierra melempar senyum pada Lalita dan tawa anak itu pun terdengar, sesuatu yang sangat jarang Jacob dengar, atau mungkin tidak pernah. Dan pemandangan pagi ini juga adalah pemandangan yang berbeda karena sudah selama 20 tahun ini, Jacob selalu melihat Laura dan Stephanie di sana. Bukankah kebiasaan selama 20 tahun itu seharusnya membuat Jacob merindukan mereka? Nyatanya, alih-alih rindu, Jacob malah lega karena tidak melihat dua tikus itu di sana. Suasana ruang makan, secara mengejutkan menjadi lebih santai dan sama sekali tidak menegangkan. "Ehem ...." Jaco
Suara lantang Mala membuat Jacob yang sudah melangkah mendadak menghentikan langkahnya dengan jantung yang berdebar kencang. "Kau ... apa maksudmu? Aku tidak mengerti! Sierra itu istriku!"Mala yang mendengarnya hanya mengembuskan napas panjang. Sekalipun ia sudah mengenal Jacob hampir seumur hidupnya dan sudah menganggap Jacob keluarganya, namun ia juga tetap menghormati Jacob sebagai majikannya karena bagaimanapun, statusnya hanya pelayan. Mungkin Mala mengetahui semuanya, mungkin Mala juga ikut berkomentar tentang segala hal, namun sungguh ia tidak berani membantah saat majikannya sudah memberi perintah. "Entah ada perjanjian apa antara kalian, tapi aku tahu kau tidak benar-benar menikahinya. Kalian hanya berpura-pura kan?""Lagipula aku cukup mengenalmu. Kau tidak mungkin mau diributkan dengan pembagian harta gono gini, itu juga alasanmu tidak menikahi wanita setan itu kan."Jacob membelalak mendengarnya. Ia benar-benar tidak menyangka akan ada orang lain yang mengetahui hal it
Bastian menjemput Lalita sendirian siang itu. Walaupun awalnya Sierra berjanji menjemput Lalita bersama, namun Sierra ada urusan mendadak sampai akhirnya tidak bisa menemani Bastian. Tentu saja Bastian kecewa, walaupun akhirnya Bastian menerimanya begitu saja karena memang sejak awal ia sudah menyanggupi menjaga Lalita. Bahkan Bastian mengajak Lalita makan siang bersama, sebelum ia mengantar Lalita pulang dan menyerahkannya pada Mala. "Lalita sudah pulang?" Mala tersenyum manis menyambut Lalita. Lalita pun langsung berlari memeluk Mala, satu-satunya orang yang bisa membuat Lalita tetap waras sebelum Sierra datang ke rumah itu. Bahkan Mala sudah seperti ibu dan nenek sekaligus bagi Lalita karena sejak Lalita lahir, hanya Mala yang merawat Lalita. "Bibik ...." "Kau senang, Sayang? Hari ini Uncle dan Aunty mengantarmu."Lalita mengangguk bersemangat. "Senang, tapi Aunty tidak bisa menjemput Lalita.""Sierra sedang sibuk dan ada urusan keluar karena itu, aku menjemputnya sendiri."
Para peserta rapat akhirnya mengikuti keluar dengan suara yang masih ribut dan dalam sekejap ruang rapat pun menjadi sepi. Hanya tersisa Tami dan beberapa arsitek yang tergabung dalam tim, Jordan, Rosella, Jessica, dan Livy. Livy nampak tersenyum tipis menatap Rosella dan menatap semua kekacauan ini lalu dengan santai ia melenggang keluar dari ruang rapat. Namun, Jessica tidak membiarkannya pergi begitu saja. "Livy!" teriak Jessica yang mengikutiLivy keluar dari ruangan. Livy pun menoleh menatap Jessica. "Kau juga tidak percaya padaku, hah, Jessica? Dia itu mantan orang gila yang mungkin sampai sekarang masih tetap gila. Untuk apa kau membelanya lagi?" "Bukan dia yang gila, tapi kau yang gila, Livy! Mengapa kau harus mengatakan semua itu di depan banyak orang, hah? Benar saja kata ayahku kalau semua orang di sana tidak berpendidikan, termasuk kau, Livy!" "Terserah kau mau bilang apa, Jessica! Tapi semua yang kukatakan adalah kenyataan!" Jessica yang mendengarnya hanya tertawa
Suara lantang Livy membuat semua orang membelalak kebingungan. Jessica sendiri langsung membelalak dan menoleh tidak percaya ke arah Livy. Memang Jessica sudah mengetahui semuanya, namun Jessica tutup mulut dan ikut menyembunyikan semuanya sampai detik ini. Karena itu, Jessica sama sekali tidak menyangka kalau Livy mengetahui kenyataan itu dan membocorkannya seperti ini di depan semua orang. Jordan dan Rosella sendiri juga membelalak. Jordan yang panik mendengar Livy mengatakannya, sedangkan Rosella yang langsung gemetar karena masa lalunya terungkap. Rosella melirik ke arah Jessica dan Rosella pun pasrah kalau memang Jessica yang membocorkan semuanya, walaupun Rosella masih belum mau menuduh. Tapi selama ini Rosella tahu Jessica sangat dekat dengan Livy. Adipura dan Imelda juga membelalak kaget, namun ia masih belum mengerti apa maksud Livy, begitupun dengan peserta rapat yang juga masih tidak mengerti maksud Livy. "Apa maksudnya, Bu Livy? Siapa yang mantan pasien dengan gang
Rosella berangkat ke kantor pagi itu dan semua arsitek yang akan ikut rapat ternyata sudah menunggunya. Mereka pun saling memberi semangat, sebelum akhirnya mereka dibriefing singkat dan masuk ke ruang rapat yang lebih besar daripada biasanya, seperti ruang sebaguna yang besar dan artistik. Jantung Rosella pun berdebar begitu kencang begitu ia masuk, tapi Jordan terus menyemangatinya. Tidak lama kemudian, satu persatu peserta masuk ke sana yang terdiri dari banyak manager senior. Ada juga perwakilan perusahaan lain yang langsung menempati posisi masing-masing. Dan terakhir Adipura dan Imelda juga masuk ke sana, diikuti oleh Jessica dan Livy. "Aku senang sekali semua berkumpul di sini. Seperti yang kita tahu kali ini kita akan mengerjakan proyek besar dan aku juga sudah menunjuk arsitek utama yang akan bertanggung jawab dalam proyek ini." Adipura membuka rapat. "Arsitek muda yang belum lama bergabung dengan WHA, tapi kemampuannya sudah tidak perlu diragukan lagi." "Mari kita sam
"Bagaimana hari ini, Sayang?" Jonathan melakukan video call dengan Rosella dan Julio, sebelum mereka tidur malam itu. Dan Julio pun begitu senang melihat Jonathan yang begitu ia rindukan. Jonathan sendiri sudah mendengar semua cerita detail tentang Rosella dari Jordan dan Jonathan tidak berhenti berterima kasih pada Rosella. Walaupun Rosella sendiri sebenarnya tidak menceritakan apa pun pada Jonathan karena memang ia tidak mau bersikap berlebihan. "Semuanya baik, Jonathan. Julio sekolahnya juga pintar." "Tadi Julio belajar sama Mama sebelum tidur, Papa," celetuk Julio. "Benarkah? Belajar apa, Sayang?" "Julio belajar menulis." "Haha, apa Julio sudah pintar menulis sekarang?""Sedikit-sedikit bisa, Papa. Di rumah Grandma juga Julio belajar menulis." "Siapa yang mengajarimu, Julio?" "Grandpa. Hehe, tulisan Grandpa bagus." Jonathan yang mendengarnya pun langsung tertawa pelan. Mendadak ingatan masa kecil saat Adipura mengajarinya menulis pun muncul di otaknya. "Ya, Grandpa su
Livy keluar dari ruang kerja Jessica dengan geram dan ia langsung melangkah ke ruang kerjanya sendiri. Livy pun melangkah mondar mandir di ruang kerjanya sambil memekik kesal. "Sial kau, Jessica! Hanya karena diselamatkan seperti itu, mendadak kau ada di pihaknya?" "Kau sudah tidak mendukungku lagi bahkan kau mendukung hal yang tidak masuk akal seperti ini!" "Sebenarnya apa yang Om Adipura dan Tante Imelda inginkan? Membuat Rosella akhirnya mewarisi perusahaan ini? Haruskah mereka memperlakukan Rosella begitu special? Sial!" Livy tidak berhenti menggeram kesal sambil duduk di meja kerjanya. Ia pun memejamkan matanya dan berpikir keras, sebelum akhirnya ia memutuskan sesuatu. "Baiklah, Livy! Kau tidak bisa diam lagi karena ternyata satu persatu orang yang berpihak padamu sekarang pindah dan kau sudah tidak punya teman lagi. Bahkan Tante Imelda dan Jessica juga sudah berpihak pada Rosella." "Aku harus melakukan sesuatu. Ya, aku harus melakukan sesuatu," seru Livy sambil meraih po
Beberapa hari berlalu sejak kejadian pelecehan yang hampir dialami Jessica dan beberapa perubahan pun mulai terasa. Adipura marah besar pada keluarga Cedric dan memutuskan hubungan kerja sama walaupun WHA harus mengalami kerugian yang cukup besar. Adipura pun ngotot memenjarakan Cedric agar ia jera dan Jessica pun merasakan betapa ayahnya sangat menyayanginya. Ketulusan ini jujur belum pernah dirasakan oleh Jessica secara nyata. Jessica memang dekat dengan ayahnya dan selalu menuruti apa pun ucapan ayahnya. Namun, ia merasa itu biasa saja dan memang sudah seharusnya. Jessica tidak pernah terlibat masalah apa pun yang membuatnya merasakan pembelaan yang luar biasa sampai kejadian yang ia alami barusan. Ia baru sadar kalau begitu banyak orang yang peduli padanya. Jordan, Rosella, dan kedua orang tuanya. Bahkan Julio yang kecil itu pun yang diberitahu kalau Jessica sakit keesokan harinya langsung mendatangi Jessica dan menemaninya seharian di ranjang. "Cepat sembuh ya, Aunty! Sini
"Cukup, Jordan! Cukup! Jangan bicara begitu! Jessica masih syok!" seru Rosella. "Aku hanya tidak bisa kasihan padanya, Kak! Aku lega karena dia tidak menjadi korban Cedric, tapi aku juga kesal padanya!" Jordan pun terus mengomel dan Jessica hanya terus diam sampai akhirnya rasa mual membuatnya beranjak dari ranjang. Jessica berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua isi perutnya termasuk sisa wine yang sudah diminumnya tadi. "Huwek! Huwek!" Rosella sendiri terus menemani Jessica sambil menepuk punggung Jessica dan mengambilkan tisue untuknya. Jessica pun menerimanya begitu saja tanpa berkata apa-apa. Bukan hanya itu, Rosella juga begitu sibuk mengambilkan Jessica air minum sampai Jordan hanya bisa menatapnya dengan perasaan hangat melihat ketulusan Rosella pada Jessica. "Apa kau tidak membawa jas, Jordan? Kasihan gaun Jessica robek." "Ada di dalam mobil, Kak." "Sana ambilkan! Kasihan Jessica!" Jordan hanya mengembuskan napas panjang lagi, sebelum akhirnya ia pun pergi dar
"Four Season, Jordan! Kita harus segera ke sana! Kita harus menyelamatkan Jessica!" "Aku bersumpah aku mendengarnya ingin melecehkan Jessica, Jordan! Kita tidak bisa membiarkannya!"Rosella begitu panik sampai ia hampir menangis sekarang. Setiap mengingat kata pelecehan, semua hal buruk mendadak berputar di otaknya dan ia pun akan menjadi emosional, apalagi saat ini adik Jonathan yang akan menjadi korban. Rosella benar-benar tidak bisa membiarkannya. "Ayo kita ke sana, Jordan! Ayo kita ke sana! Menyetirlah lebih cepat, Jordan! Kumohon ...." Tubuh Rosella sudah gemetar sekarang sampai air matanya akhirnya menetes juga. Dan Jordan pun bisa merasakan bagaimana Rosella mengkhawatirkan Jessica padahal selama ini Jessica tidak pernah bersikap baik pada Rosella. "Tenang, Kak! Tenanglah!" sahut Jordan akhirnya sambil melajukan mobilnya makin kencang. Jordan pun sempat menelepon ponsel Jessica beberapa kali, namun ponselnya sudah tidak aktif. "Sial! Jessica! Dia mematikan ponselnya!"
Jessica akhirnya tiba di sebuah restoran mewah bersama Cedric. Jessica memakai gaun merah seksi dengan bagian punggung yang terbuka sampai Cedric tidak berhenti memujinya. "Kau luar biasa cantik malam ini, Jessica!" "Hmm, apa biasanya aku tidak cantik, hah?" "Kau selalu cantik, Sayangku." Cedric yang tadinya sudah duduk di hadapan Jessica pun beranjak dari kursinya dan melangkah mendekati Jessica. Cedric meraih tangan Jessica dan menciumnya, sebelum ia menatap wajah cantik itu lekat-lekat. Betapa cantik dan seksi Jessica malam ini dan Cedric sudah tidak tahan lagi untuk menikmati keindahan di balik gaun merah itu. Namun, dengan cepat Cedric menggeleng untuk menepikan pikirannya karena masih ada step yang harus mereka lewati, makan malam, minum, baru menghabiskan malam bersama. "Baiklah, ayo kita makan, Sayang!"Cedric mengajak Jessica makan dan sepanjang makan malam, Cedric tidak berhenti menatap wajah cantik itu. Jessica memang sangat cantik kalau sudah berdandan. "Makanan