"Maafkan aku sekali lagi, Pak! Bastian, anakku, itu sangat keras, tapi kalau dia sudah mencintai, dia akan mencintai dengan sepenuh hati dan sangat bertanggung jawab. Di mana lagi kau bisa menemukan pria seperti anakku!"Jacob yang sudah duduk di sebuah ruang VIP restoran bersama Vella dan keluarganya pun terus tertawa sambil membanggakan Bastian. Bastian tidak datang malam ini, hal yang sudah bisa diduga oleh Jacob. Karena itu, Jacob sudah menyiapkan banyak alasan agar keluarga Vella tidak meragukannya. Vella sendiri nampak kesal karena Bastian tidak datang, namun ia tetap memasang senyumnya agar orang tuanya tetap mengijinkan ia bersama Bastian. "Benar, Ayah, Ibu! Bastian itu adalah pria yang luar biasa! Aku sudah lama menyukainya! Dan kalau pria seperti dia mendadak menurut begitu saja saat dijodohkan, bukankah itu malah aneh! Haha, seperti apa ya? Seperti kerbau yang dicucuk hidungnya, benar kan? Hahaha!"Vella menutup mulut dengan tangannya dan terus tertawa. Kedua orang tua
"Mobilmu masih di rumah tadi, kalau begitu pulanglah bersamaku saja!" ajak Bastian saat Sierra mereka akhirnya keluar dari yayasan. Bastian menemani Julio dan Lalita bermain sejak tadi sampai akhirnya Julio kembali ke kamar dan Lalita sendiri tidur di gendongan Sierra. "Tidak perlu, aku naik taksi saja," tolak Sierra. "Kau bersama Lalita, Sierra.""Kau saja yang membawa Lalita, aku bisa pulang sendiri.""Sierra, jangan keras kepala! Kau mau bertemu orang jahat seperti waktu itu lagi?" Sierra terdiam mendengarnya. Tentu saja ia tidak mau. Tapi waktu itu bisa dibilang ia hanya sedang sial. Tidak mungkin seseorang bisa bertemu dengan orang jahat berkali-kali dalam hidupnya. Sierra pun kembali menolak ajakan Bastian tapi seperti biasa, Bastian memaksa. Bastian menarik paksa Sierra sampai masuk ke dalam mobilnya lalu menidurkan Lalita di jok belakang, sebelum ia sendiri masuk ke kursi pengemudi. Suasana pun mendadak hening karena Bastian tidak langsung menjalankan mobilnya melainka
Sayang ....Jantung Sierra berdebar makin tidak terkendali dan air matanya menetes mendengar kata "sayang" yang Bastian ucapkan dengan begitu lembut. Sierra bahagia sekali mengetahui kalau perasaannya ini tidak bertepuk sebelah tangan. Baiklah, Sierra tahu Bastian menginginkannya, namun mendengar secara langsung perasaan pria itu, membuat perasaan Sierra begitu membuncah. "Bastian ...."Tanpa sadar, Sierra sendiri mengangkat tangannya dan menangkup kedua pipi Bastian. Sekalipun ia tahu ia salah, tapi begitu sulit mengendalikan perasaannya sendiri. Sierra pun membelai pipi Bastian dan Bastian langsung menangkap tangan Sierra lalu menciumnya lembut sambil tetap menatap Sierra. "Aku menyukaimu, Sierra ... mari kita tinggalkan saja semuanya dan pergilah bersamaku ..." ajak Bastian. Dan Sierra pun langsung membelalak mendengarnya. "Apa? Apa kau bilang, Bastian?""Pergilah bersamaku, Sierra! Kita ... melarikan diri. Jacob tidak akan melakukan hal yang terlalu jauh padaku dan selama k
Bastian tidak tahu mengapa ia harus menuruti permintaan absurd Sierra. Apa Sierra pikir Bastian anak kecil yang harus menuruti Sierra untuk mendapatkan sesuatu?Ini gila! Tapi Bastian lebih gila lagi karena menyetujuinya. Bastian pun melirik Sierra yang sudah tertidur di sampingnya saat ia menyetir mobilnya. Bastian hanya bisa tertawa pelan meihatnya. Baiklah, hal seabsurd apa pun akan ia turuti asal ia bisa mendapatkan Sierra. Sierra sendiri sudah memejamkan matanya walau ia tidak benar-benar tidur. Ia hanya berpura-pura tidur agar ia tidak perlu banyak berinteraksi dengan Bastian lagi. Yang penting Bastian sudah setuju untuk bersikap baik. Ya, ini akan lebih mudah untuk semuanya. Sierra pun bertahan dengan akting tidurnya dan ia mendadak terbangun saat mereka sudah sampai ke rumah. Bastian menggendong Lalita sampai ke kamarnya dan menidurkan anak itu di ranjangnya. "Terima kasih, Bastian. Malam ini aku akan tidur di sini bersama Lalita.""Hmm, apa kau mau kutemani juga?""Ti
Setelah bicara dengan Jacob, perasaan hati Sierra sungguh begitu baik. Dan ia pun menyambut pagi ini dengan lebih riang sambil terus tertawa sumringah. "Duduklah, Lalita! Kita tunggu yang lain dulu sebelum makan, oke!" seru Sierra di ruang makan saat mereka sudah tiba duluan, sebelum Jacob dan Bastian. Sierra pun langsung sibuk melayani Lalita sampai Jacob yang sedang melangkah pun mendadak menghentikan langkahnya. Sesekali Sierra melempar senyum pada Lalita dan tawa anak itu pun terdengar, sesuatu yang sangat jarang Jacob dengar, atau mungkin tidak pernah. Dan pemandangan pagi ini juga adalah pemandangan yang berbeda karena sudah selama 20 tahun ini, Jacob selalu melihat Laura dan Stephanie di sana. Bukankah kebiasaan selama 20 tahun itu seharusnya membuat Jacob merindukan mereka? Nyatanya, alih-alih rindu, Jacob malah lega karena tidak melihat dua tikus itu di sana. Suasana ruang makan, secara mengejutkan menjadi lebih santai dan sama sekali tidak menegangkan. "Ehem ...." Jaco
Suara lantang Mala membuat Jacob yang sudah melangkah mendadak menghentikan langkahnya dengan jantung yang berdebar kencang. "Kau ... apa maksudmu? Aku tidak mengerti! Sierra itu istriku!"Mala yang mendengarnya hanya mengembuskan napas panjang. Sekalipun ia sudah mengenal Jacob hampir seumur hidupnya dan sudah menganggap Jacob keluarganya, namun ia juga tetap menghormati Jacob sebagai majikannya karena bagaimanapun, statusnya hanya pelayan. Mungkin Mala mengetahui semuanya, mungkin Mala juga ikut berkomentar tentang segala hal, namun sungguh ia tidak berani membantah saat majikannya sudah memberi perintah. "Entah ada perjanjian apa antara kalian, tapi aku tahu kau tidak benar-benar menikahinya. Kalian hanya berpura-pura kan?""Lagipula aku cukup mengenalmu. Kau tidak mungkin mau diributkan dengan pembagian harta gono gini, itu juga alasanmu tidak menikahi wanita setan itu kan."Jacob membelalak mendengarnya. Ia benar-benar tidak menyangka akan ada orang lain yang mengetahui hal it
Bastian menjemput Lalita sendirian siang itu. Walaupun awalnya Sierra berjanji menjemput Lalita bersama, namun Sierra ada urusan mendadak sampai akhirnya tidak bisa menemani Bastian. Tentu saja Bastian kecewa, walaupun akhirnya Bastian menerimanya begitu saja karena memang sejak awal ia sudah menyanggupi menjaga Lalita. Bahkan Bastian mengajak Lalita makan siang bersama, sebelum ia mengantar Lalita pulang dan menyerahkannya pada Mala. "Lalita sudah pulang?" Mala tersenyum manis menyambut Lalita. Lalita pun langsung berlari memeluk Mala, satu-satunya orang yang bisa membuat Lalita tetap waras sebelum Sierra datang ke rumah itu. Bahkan Mala sudah seperti ibu dan nenek sekaligus bagi Lalita karena sejak Lalita lahir, hanya Mala yang merawat Lalita. "Bibik ...." "Kau senang, Sayang? Hari ini Uncle dan Aunty mengantarmu."Lalita mengangguk bersemangat. "Senang, tapi Aunty tidak bisa menjemput Lalita.""Sierra sedang sibuk dan ada urusan keluar karena itu, aku menjemputnya sendiri."
"Jadi Sierra masih mempunyai Ibu? Aku tidak tahu itu karena aku tidak pernah bertanya padanya. Aku hanya tahu dia mempunyai seorang kakak dan seorang keponakan bernama Julio, bahkan aku sudah pernah bertemu dengan mereka."Mala mengangguk. "Aku prihatin atas apa yang menimpa Rosella, kakaknya, walaupun Sierra tidak pernah menceritakan detailnya. Dia hanya bilang kakaknya menjadi korban pelecehan dan Julio adalah anak dari hasil pelecehan itu. Ibunya koma, Bastian. Bahkan sampai sekarang, ibunya belum sadar ...."Bastian terdiam mendengarnya. Ia baru sadar kalau mungkin sebagai orang yang menyukai Sierra, selama ini Bastian hanya fokus bagaimana cara mendapatkan Sierra tanpa mau tahu kehidupan wanita itu lebih dalam. Bastian sendiri adalah tipe yang tidak peduli apa pun kalau ia sudah suka. Bahkan ia tidak akan peduli masa lalu seseorang, backgroundnya atau apa pun itu, karena bagi Bastian, yang terpenting adalah masa kini, bukan masa lalu. Tapi secara mengejutkan, Bastian cukup pena