Saat Bastian memilih untuk pergi ke kamarnya dan tidak jadi menemui Sierra, Jacob malah sudah mengambil kunci cadangan pintu kamar Sierra karena pria tua itu sudah lebih dulu membuka kamar itu, namun terkunci. Dengan perlahan, Jacob melangkah menuju kamar Sierra setelah Bastian pergi dari sana dan ia pun membuka kunci pintu kamar Sierra. KlikSuara kunci pintu itu terbuka. Pintu kamar Sierra di bagian dalam hanya dikunci dengan cara memutar knob, sehingga dari luar, kunci cadangan pun bisa langsung masuk dan membukanya. Sierra sendiri yang mendengar suara kunci dibuka langsung berdebar kencang. Apalagi saat pintu terbuka dan ia melihat Jacob di sana. Sierra menahan napasnya dan duduk di ranjangnya sambil mencengkeram selimutnya ketakutan. "Mengapa kau mengunci kamarmu, Sierra?" seru Jacob sambil melangkah masuk ke dalam. Jantung Sierra sudah bertalu-talu saat Jacob melangkah ke arahnya, seolah Jacob adalah pembunuh yang akan menghabisi nyawanya begitu saja. Tubuh Sierra pun ge
Sierra sama sekali tidak bisa tidur setelah Jacob keluar dari kamarnya. Jantungnya terus berdebar kencang dan air matanya pun masih terus meleleh. Sampai entah berapa lama ia mencoba, akhirnya ia tertidur juga. Namun tidak lama kemudian, ia kembali terbangun dan melirik jamnya. "Astaga, aku harus ke kamar Pak Tua itu," gumam Sierra yang langsung saja berlari ke kamar mandinya dan bersiap. Suasana rumah masih sepi karena memang ini masih subuh, tapi Sierra tahu kalau Jacob selalu bangun subuh. Perlahan Sierra pun melangkah ke kamar Jacob dan membuka pintu yang tidak terkunci itu. Sierra mengintip perlahan dan ia tidak menemukan Jacob di ranjangnya. Itu berarti Jacob sedang ada di kamar mandi. Sierra pun memberanikan diri masuk ke dalam kamar dan ia melihat sebuah buku kecil yang tergeletak di atas ranjang beserta kacamata. Sambil terus menoleh ke kamar mandi katena takut Jacob akan keluar, Sierra pun melangkah perlahan lalu meraih buku kecil itu. Sierra membukanya dan mengerny
Lagi-lagi Jacob mengembuskan napas panjang dengan kesal, seolah ia juga kesal karena pada akhirnya Sierra mengetahui apa yang ia sembunyikan. "Karena ini, Sierra! Karena aku takut suatu hari nanti kau juga akan mengkhianati aku!" geram Jacob. "Tidak ada orang lain yang bisa kupercayai karena aku tahu sejak muda aku tidak pernah menjadi orang baik!""Menawarkan ini padamu dan menyicil hutang ayahmu yang setinggi langit itu mungkin adalah kebaikan pertama yang aku lakukan untuk orang lain!""Dan memberitahu tentang penyakitku yang makin parah akan membuatmu meremehkan aku lalu memandangku lemah!" seru Jacob dengan nada yang tetap angkuh. Tapi Sierra menggeleng. "Kau salah, Pak Tua! Aku tidak pernah meremehkanmu!""Nyatanya kau menusukku dari belakang dan berhubungan dengan anakku, Sierra! Kau tahu sendiri kan kalau anakku itu satu-satunya alasan mengapa aku melakukan ini, Sierra?" Jacob kembali membentak Sierra. Jacob pun menatap Sierra penuh amarah. "Aku mau bersamanya di sisa hidu
"Akhir bulan. Aku setuju untuk menyelesaikan semuanya dan pergi di akhir bulan nanti.""Apa, Sierra? Akhir bulan?" ulang Valdo tidak percaya. Sierra sengaja berangkat ke kantor pagi-pagi sekali agar ia tidak perlu bertemu dengan semua orang di sana dan sekarang ia pun mengurung diri di ruang kerjanya bersama Valdo. "Benar. Ini jauh lebih cepat daripada perkiraanku, Valdo. Kuakui dulu aku berpikir untuk menyelesaikan semuanya dan pergi dari sana, tapi sekarang hatiku cukup sedih, Valdo," aku Sierra jujur. Valdo yang mendengarnya hanya mengembuskan napas panjang. Di satu sisi, ia ikut sedih dengan kondisi Jacob yang mengalami kemunduran. Di satu sisi lainnya, ia bersyukur Jacob bisa bicara baik-baik pada Sierra dan tidak bertindak kasar pada wanita itu. Dan di sisi lain lagi, Valdo merasa lega karena Sierra sudah memutuskan kapan akan pergi dari keluarga Sagala. Valdo tidak ingin bersikap munafik. Ia memang sedih karena ada bagian yang tidak sesuai dengan rencana mereka semula, n
Bastian sengaja bangun lebih pagi dan mencari Sierra ke kamarnya pagi itu, namun sialnya Sierra bangun lebih pagi lagi, menemui Jacob di kamarnya begitu lama sampai pergi ke kantor juga lebih pagi.Bastian mendapat info itu dari pelayan dan Bastian pun langsung mencari Jacob. "Apa yang sudah kau lakukan pada Sierra?" sembur Bastian begitu ia masuk ke kamar Jacob. Jacob yang baru saja menyimpan semua barangnya pun menatap Bastian dengan ekspresi yang biasa saja. Jujur Jacob sempat melow saat berpikir tentang hidupnya yang mungkin tidak akan lama. Apalagi melihat Sierra yang terus menangis tadi. Semakin tua, Jacob merasa sedikit mempunyai hati sampai hatinya bisa bergetar mendengar tangisan Sierra. Namun, tetap saja Sierra bukan siapa-siapa. Sungguh, hidup Jacob sendiri sudah begitu rumit dengan banyak orang jahat yang mengincar hartanya dan menambahkan satu Sierra dalam keluarganya sama sekali bukan hal yang bijak. Ya, terserah orang mau menganggap Jacob seperti apa saat mereka s
Bastian langsung mencari Sierra ke kantornya pagi itu setelah meninggalkan Jacob. Bastian pun melangkah ke ruang kerja Sierra dan untungnya Valdo tidak ada di sana. Tanpa mengetuk pintu, Bastian pun masuk ke dalam dan melihat Sierra yang sedang menelepon di sana. Sierra sendiri begitu kaget dan mereka sama-sama terdiam dengan tatapan yang saling terkunci. "Nanti aku akan menghubungimu lagi, Pak. Terima kasih!"Sierra tersenyum, sebelum ia berpamitan dan menutup teleponnya."Bastian, kau sudah datang!" sapa Sierra ramah dan santai. Bahkan Sierra menatap Bastian dengan ekspresi yang setenang mungkin seolah tidak ada yang terjadi antara mereka. Namun, Bastian langsung melangkah menghampiri Sierra dan langsung saja memutar kursi Sierra menghadapnya. Bastian berdiri membungkuk di depan Sierra dan menangkup kedua lengan wanita itu lalu menatapnya lekat. "Sierra, kau tidak apa kan? Jacob tidak melakukan apa-apa padamu kan? Apa yang terjadi setelah aku pergi kemarin? Dan apa yang terja
"Mari kita berteman saja!"Nada suara Sierra terdengar begitu meyakinkan bahkan ia sudah mengulurkan tangannya bermaksud menjabat tangan Bastian, menandai pertemanan baru mereka. Namun, Bastian sama sekali tidak menyambut uluran tangan itu. Bastian hanya menatap Sierra sejenak lalu melirik tangan Sierra, sebelum tatapannya kembali ke wajah wanita itu. "Teman, Sierra? Kau mau kita berteman?" Bastian memicingkan matanya tak mengerti. "Iya, kau sudah dengar kan? Kita berteman saja. Kau dan aku. Mungkin hubungan keluarga ini akan lebih menyenangkan untuk dijalani kalau kita berteman. Kita berdamai dan hidup rukun bersama.""Apa? Sierra, apa kau sadar apa yang sedang kau katakan sekarang? Kau mau berteman denganku? Tapi aku tidak mau menjadi temanmu, Sierra! Aku mau jadi kekasihmu saja!"Sierra menegang mendengarnya. "Bastian! Kau tahu itu tidak mungkin kan? Itu hal yang menyimpang! Ibu tiri dan anak tiri itu tidak mungkin!""Mengapa tidak mungkin, Sierra? Tinggal kau bercerai saja den
Malam menjelang begitu cepat dan semua orang pun berkumpul di ruang makan, termasuk Bastian dan Sierra yang sudah pulang ke rumah. Bastian terus bersikap santai, sedangkan Sierra sudah menegang. Jacob sendiri seperti biasa hanya melirik Bastian dan Sierra tanpa berkomentar. Ia ingin memegang janji Sierra sampai akhir bulan nanti. Sedangkan Laura dan Stephanie sudah menatap Bastian dan Sierra dengan penuh kebencian. "Oh, aku tidak percaya kau masih mengijinkan mereka makan bersama seperti ini, Jacob! Aku sungguh tidak bisa seperti ini!" seru Laura sarkastik. "Ibu benar! Aku juga tidak bisa duduk satu meja dengan orang-orang menjijikkan seperti ini! Mereka sudah selingkuh tapi Ayah juga sama sekali tidak tegas! Seharusnya Ayah mengusir mereka!" Mendadak Stephanie bereaksi keras. Namun, Jacob hanya menaikkan alisnya menatap Laura dan Stephanie. "Kalau memang kalian tidak bisa makan semeja dengan Bastian dan Sierra ya pergi saja, tidak perlu makan di sini! Sana pergi! Makan saja di