Malam menjelang begitu cepat dan semua orang pun berkumpul di ruang makan, termasuk Bastian dan Sierra yang sudah pulang ke rumah. Bastian terus bersikap santai, sedangkan Sierra sudah menegang. Jacob sendiri seperti biasa hanya melirik Bastian dan Sierra tanpa berkomentar. Ia ingin memegang janji Sierra sampai akhir bulan nanti. Sedangkan Laura dan Stephanie sudah menatap Bastian dan Sierra dengan penuh kebencian. "Oh, aku tidak percaya kau masih mengijinkan mereka makan bersama seperti ini, Jacob! Aku sungguh tidak bisa seperti ini!" seru Laura sarkastik. "Ibu benar! Aku juga tidak bisa duduk satu meja dengan orang-orang menjijikkan seperti ini! Mereka sudah selingkuh tapi Ayah juga sama sekali tidak tegas! Seharusnya Ayah mengusir mereka!" Mendadak Stephanie bereaksi keras. Namun, Jacob hanya menaikkan alisnya menatap Laura dan Stephanie. "Kalau memang kalian tidak bisa makan semeja dengan Bastian dan Sierra ya pergi saja, tidak perlu makan di sini! Sana pergi! Makan saja di
Sierra sama sekali tidak bisa tidur malam itu. Setiap memejamkan mata, ia pasti akan teringat pada sentuhan tangan besar Bastian yang bergerak liar di tubuhnya tadi saat mereka berdua di dapur. "Ck, Bastian benar-benar tidak punya sopan santun! Bagaimana bisa dia melakukan ini padaku? Dia pikir aku bisa dipegang-pegang begitu saja?"Sierra berdecak kesal dan mengubah posisinya, yang awalnya masih berbaring di ranjang, sekarang menjadi duduk bersandar di sandaran ranjang dan ia terus mengeluh. "Ck, kau tidak boleh membiarkan dia melakukannya, Sierra!" seru Sierra pada dirinya sendiri. "Tapi aku tidak membiarkannya! Aku sudah berontak, hanya saja, tenagaku tidak kuat melawannya!" Sierra menjawabnya sendiri. "Kau sudah bersikap murahan, Sierra! Kalau begini terus, bagaimana caranya kau bisa lepas dari Bastian? Yang ada dia malah akan mengklaim bahwa kau adalah miliknya dan melakukan sesuka hatinya padamu!" "Akkhh, ini membuatku frustasi! Bastian benar-benar membuatku begitu galau d
Lalita yang mendengar teriakan Stephanie langsung memeluk Sierra dengan tangannya yang gemetar, namun Sierra mengangkat dagunya dengan angkuh dan menatap Stephanie tanpa rasa takut sama sekali. "Lalita bukan tahanan, Stephanie! Dan dia juga tidak punya salah apa pun sampai tidak boleh berkumpul di ruang makan bersama kita! Terserah kau suka atau tidak, tapi mulai hari ini, Lalita akan makan bersama kita di ruang makan ini!" seru Sierra tegas. Berbagai macam ekspresi ditunjukkan oleh semua anggota keluarga. Jacob menaikkan alisnya dan mengedipkan matanya beberapa kali. Ia tidak pernah menyukai Lalita secara berlebihan karena ia tidak pernah menganggap Lalita adalah cucunya. Namun, Jacob termasuk netral saja, walaupun ia tidak menyukai Laura dan Stephanie, tapi ia tidak masalah dengan kehadiran Lalita. Bastian sendiri hanya tersenyum tipis menatap Sierra penuh kekaguman. Sierra yang sedang mengaum seperti macan adalah saat di mana Sierra sangat seksi di mata Bastian. Dan walaupun
"Apa kau masih waras, Sierra? Mengapa aku harus melakukannya? Mempersulit diriku sendiri dengan mengambil hak asuh atas Lalita? Bahkan aku saja belum menikah, Sierra!""Aku tahu, Bastian. Aku tahu. Tapi kau tahu sendiri kan bagaimana Stephanie pada Lalita? Bahkan Tante Laura maupun adiknya dan keluarganya yang lain sama sekali tidak tulus menyukai Lalita. Entah akan bagaimana hidup Lalita kalau terus diurus oleh mereka. Aku takut kejiwaan Lalita akan terganggu nantinya ...."Sierra terus menjelaskan pada Bastian tentang pandangannya dan mengapa hak asuh atas Lalita harus diambil dari Stephanie. Bahkan Sierra menjelaskannya dengan begitu emosional dengan mata yang berkaca-kaca sampai Bastian rasanya rela melakukan apa saja untuk wanita itu. "Kau mau membantuku kan, Bastian?" tanya Sierra lagi akhirnya. Bastian pun masih terdiam dan mulai berpikir juga. Menjadi wali Lalita sebenarnya tidak sesulit itu. Ia bisa mempekerjakan pengasuh untuk menemani anak itu dan memberikan kehidupan ya
"Bastian, jangan begini! Kau tahu apa yang kita lakukan ni salah tapi terus dilakukan ...," ucap Sierra dengan nada yang lebih lembut. "Salah atau benar itu hanya masalah sudut pandang Sierra, tergantung kita melihatnya dari posisi siapa. Dan jangan lupa kalau semua yang terjadi ini saling sambung menyambung, tidak ada hal yang tiba-tiba, jadi tidak ada orang yang berhak menghakimi kita."Bastian kembali berbicara dengan begitu santai sampai Sierra begitu terpana. Ia tidak menyangka Bastian bisa menjadi begitu bijak. Nada suara Bastian terdengar tetap ketus, tegas, namun ada nada bijaksana di sana dan entah mengapa Sierra begitu menyukai sisi pria itu yang seperti ini. Bahkan Sierra sampai tertegun beberapa saat menatap Bastian karena ternyata berdamai dengan Bastian itu sangat indah dan hangat. "Hmm, kau benar soal itu," sahut Sierra akhirnya. "Tidak ada orang yang berhak menghakimi kita karena kita selalu punya alasan di balik setiap tindakan dan keputusan yang kita ambil ...,"
Sierra memilih pulang duluan ke rumah siang itu untuk melakukan misi ketiganya, yaitu memaksa Jacob untuk pergi ke dokter bersamanya. Sierra harus memastikan kondisi Jacob stabil saat ia tinggalkan nanti. "Kau benar-benar cerewet seperti orang tua, Sierra! Kau mengomeliku seolah aku ini anak kecil saja!" keluh Jacob kesal. "Aku tahu kau bukan anak kecil, Pak Tua, karena itu, tolong jangan melawan seperti anak kecil! Kau harus diperiksa, setidaknya kita harus tahu sampai di mana kondisimu sekarang. Kau sudah lama tidak ke dokter kan?""Jangan sok tahu! Sepanjang hari kau ada di kantor dan tidak mengetahui apa yang aku lakukan!""Tapi aku tahu dari sopir dan pelayan kalau kau tidak pernah ke dokter. Karena itu, ikutlah denganku ke dokter sekarang. Ah, aku juga akan mengajak Lalita agar dia tidak bosan di rumah."Jacob mengernyit mendengarnya. "Ah, tentang anak itu! Apa yang sebenarnya kau rencanakan, hah? Kau tahu tindakanmu itu membuat Laura dan Stephanie marah besar kan?""Aku tau,
"Sial! Mengapa kau tidak sekalian menabraknya sampai mati saja? Dasar tidak becus!" Laura menutup teleponnya dengan penuh amarah karena orang suruhannya gagal menabrak Sierra. Sierra berhasil menghindar dan Sierra hanya mendapat luka kecil karena insiden itu. Bastian sendiri yang panik langsung menyusul ke rumah sakit setelah tanpa sengaja mendengar Valdo dan Jacob berbicara di telepon tentang kecelakaan Sierra. Bastian pun langsung bernapas lega saat melihat Sierra yang sedang duduk di ranjang pasien. Tanpa bisa dicegah, Bastian langsung memeluk Sierra tanpa mempedulikan Jacob, Valdo, dan Lalita di sana. "Kau tidak apa, Sierra? Aku takut sekali saat mendengar kau mengalami kecelakaan!" Bastian melepaskan pelukannya dan menangkup kedua sisi kepala Sierra. "Aku tidak apa, Bastian, tapi jangan begini!" Sierra mendorong Bastian menjauh, namun Bastian tetap kukuh di tempatnya. "Mana yang sakit, Sierra? Biar kulihat, Sierra!" "Aku tidak apa, hanya terkilir saja," sahut Sierra sungk
Bastian masih bersiap di kamarnya pagi itu saat ponselnya berdering dan ia pun mengangkatnya. "Ada apa, Tory?""Bos, kau sudah melihat berita pagi ini?""Berita apa? Aku bukan tukang gosip sepertimu!""Eh, ini ... ini berita gawat, Bos! Aku akan mengirimimu linknya!" Tory langsung mengirim link video berita yang sedang viral. Dan begitu Bastian membukanya, Bastian pun langsung membelalak. "Sial! Mengapa ada rekaman seperti ini? Brengsek!"Bastian pun segera keluar dari kamarnya dan turun ke bawah, yang ternyata di sana tidak kalah heboh. Sierra sendiri masih berdiri dengan goyah melihat berita itu dan Bastian yang melihatnya langsung melangkah cepat mematikan TV-nya. "Apa yang kalian lakukan di sini? Bubar semua!" bentak Bastian pada para pelayan. Semua orang pun bubar, menyisakan Bastian dan Sierra di sana. Suara dering ponsel milik Sierra sudah berbunyi sejak tadi di tas jinjingnya, namun ia tidak menanggapinya sama sekali. "Sierra ....""Ini gawat, Bastian! Kita baru saja m