"Sekali lagi kami turut berduka cita, Bu Lidya." "Terima kasih, Pak Jacob!" Jacob dan keluarganya langsung berangkat mengunjungi keluarga Sierra begitu mereka mendengar kabar dari Valdo tentang meninggalnya ayah dari Sierra. Mereka sempat ikut dalam acara persemayaman jenazah Ellyas dan doa bersama, sebelum keesokan harinya tubuh Ellyas itu akan dikremasi. Tidak ada anggota keluarga lain yang mereka punya karena itu, acara itu hanya dihadiri oleh keluarga Sierra, keluarga Jacob, dan Valdo. Tidak ada juga yang banyak bicara dalam acara itu selain ucapan turut berduka cita. Semua orang nampak tetap diam memendam perasaan masing-masing yang masih tidak karuan. Rosella tetap diam dan hanya terus berkedip di pelukan Stephanie yang sangat menyayanginya. Stephanie terus mengumpati Ellyas saat mendengar cerita lengkap dari Bastian kemarin. Bahkan Stephanie tidak peduli kalau pria itu sudah meninggal. "Dasar pria tua brengsek yang tidak berguna! Bisa-bisanya dia mengorbankan anaknya l
"Kau lihat, ini foto Julio waktu bayi, Rosella! Dia tampan sekali! Dia mirip sepertimu!" Lidya dan Sierra duduk di ranjang bersama Rosella sore itu dan perlahan memasukkan kenangan demi kenangan indah ke otak Rosella, menggantikan kenangan yang buruk dan kekosongan selama enam tahun terakhir ini. Satu minggu telah berlalu sejak acara kremasi Ellyas selesai dan semua orang pun mulai move on dari semua hal tentang pria itu. Mereka memutuskan untuk menutup semua kenangan lama yang menyakitkan itu dan memulai lembaran yang baru tanpa ketakutan dan perasaan was-was sama sekali. Valdo dan keluarga Jacob juga sudah pulang kembali ke kota mereka, sedangkan keluarga Sierra sendiri memilih fokus untuk kesembuhan Rosella. Walaupun Lidya dan Sierra juga sesekali pergi ke toko roti dan perusahaan, tapi mereka lebih banyak menghabiskan waktu di rumah selama satu minggu ini demi Rosella. Kondisi Rosella memang sudah mendapatkan kesadarannya kembali sejak kejadian itu, namun ia belum 100% norma
"Ah, Bastian ...." Desahan seorang wanita terdengar, bersahutan dengan erangan pria silih berganti. Tidak hanya itu, suara-suara khas percintaan yang liar pun terdengar begitu melengking hingga membuat Sierra meradang. "Sial! Pasti dia membawa jalangnya lagi!" Tanpa mengetuk pintunya, Sierra pun langsung menghambur masuk ke kamar yang memang tidak terkunci itu. Brak! Dan pemandangan pertama yang dilihatnya adalah Sebastian Sagala, anak tirinya, sedang memacu tubuh wanita di bawahnya. "Bukankah sudah kubilang kalau rumah ini bukan tempat maksiat? Berhenti sekarang juga!" geram Sierra dengan tatapan yang mengarah tajam pada anak tirinya itu. Bukan anak tiri sungguhan karena Sierra hanya berpura-pura menikah dengan ayah dari Bastian. Namun, tentu saja tidak ada yang tahu tentang perjanjian itu sehingga semua orang mengira bahwa Sierra benar-benar menikah dan menjadi istri yang sah dari Jacob Sagala, ayah kandung dari Sebastian Sagala. Sial! Seandainya hidup Sier
"Dasar kurang ajar! Berani sekali kau memintaku menggantikan wanitamu! Lepaskan aku, Brengsek!" geram Sierra penuh amarah. Namun, alih-alih melepaskan, Bastian malah menyatukan kedua tangan Sierra di atas kepala wanita itu dan menahannya. "Berhenti bersikap seperti wanita terhormat, Sierra! Bukankah kau sudah biasa melakukannya? Lagipula aku jauh lebih perkasa dibanding ayahku dan kau pasti lebih puas bersamaku!" "Kau sangat tidak sopan, Bastian! Lepaskan aku atau aku akan berteriak agar semua orang tahu kalau kau sedang berusaha melecehkan ibu tirimu sendiri!" "Oh, aku takut sekali mendengarnya, Sierra!" Bastian menyeringai mencemooh di depan wajah Sierra. Tepat pada saat itu, pintu kamar mendadak dibuka dengan kasar. Brak! "Kudengar kalian ribut lagi, hah? Dan apa yang sedang kalian coba lakukan?" pekik seorang pria tua yang nampak membelalak kaget. Seketika Sierra terdiam menatap Jacob, sedangkan Bastian langsung tertawa sinis melihat ayahnya itu. "Oh, ini dia sang pem
Byur! Suara air kolam renang terpecah saat Bastian mendorong Sierra hingga tercebur ke sana. "Arrgghh!" Sierra yang tidak siap benar-benar tidak sempat mengatur napasnya sampai ia bergerak panik bahkan menelan air cukup banyak. "Uhuk ... uhuk ...." Sierra terus terbatuk saat akhirnya ia berhasil mengeluarkan kepalanya dari dalam air dan ia pun langsung menyeka wajahnya. "Bastian! Beraninya kau melakukan ini padaku?" pekik Sierra begitu kesal. Namun, Bastian hanya menyeringai sambil tetap berdiri di posisinya. "Ini baru permulaan, Sierra! Kalau kau membuat keributan lagi, aku bisa bertindak lebih jauh daripada ini!" ancam Bastian sambil menatap Sierra berapi-api. Sierra sendiri pun menatap Bastian dengan tatapan penuh amarah, sementara Stephanie tersenyum penuh kemenangan melihatnya. Dengan penuh percaya diri, Stephanie mendekati Bastian dan langsung memeluk lengan pria itu. "Terima kasih sudah membelaku, Bastian!" Bastian yang mendengarnya pun langsung melirik Stephanie
Bastian melangkah dengan kesal ke ruang kerja Sierra siang itu. Sudah lama ia tinggal di Malaysia sejak ibunya meninggal dan sejak itu ia memang tidak pernah menginjakkan kaki ke perusahaan ini. Tidak heran kalau tidak ada yang mengenalnya, namun rasanya tetap menyebalkan saat para karyawan itu lebih mengenal Sierra daripada dirinya yang merupakan anak kandung dari Jacob Sagala. "Ini ruang kerjanya, silakan, Pak! Maafkan aku sekali lagi yang tidak mengenali Anda," kata seorang karyawan yang mengantar Bastian sampai ke ruang kerja Sierra. Bastian tidak menanggapinya dan langsung saja masuk bersama asistennya ke ruang kerja Sierra tanpa mengetuk pintunya. "Jadi apa ini ruang kerjaku nanti?" seru Bastian begitu ia masuk ke sana. Sontak Sierra dan Valdo yang masih duduk di tempatnya langsung menoleh kaget menatap Bastian di sana. "B-Bastian?" pekik Sierra sambil refleks bangkit berdiri dari kursinya. Begitu juga dengan Valdo yang langsung ikut berdiri. "Mengapa ekspresi kalian
"Berikan aku waktu untuk tetap di sini sampai aku menyelesaikan tugasku, Bastian," pinta Sierra yang masih berusaha membuat kesepakatan dengan Bastian. "Dan apa untungnya bagiku?" "Tentu saja aku bisa membantumu di perusahaan ini. Aku butuh waktu ...." "Aku bukan temanmu, Sierra!" sela Bastian sebelum Sierra sempat menyelesaikan ucapannya. "Hubungan kita juga sama sekali tidak baik sampai kita bisa mencapai kata sepakat. Jadi, jangan bermimpi membuat kesepakatan apa pun denganku!" Jawaban Bastian pun membuat Sierra mendadak terdiam dan menganga. "Kalau tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi, silakan kemasi barangmu dan keluar dari ruang kerjaku!" kata Bastian lagi dengan tegas. Dan Sierra pun terus uring-uringan setelah ia keluar dari sana. "Ini benar-benar membuatku gila, Valdo! Dia sama sekali tidak bisa diajak bicara baik-baik, Valdo!" "Bastian memang bukan orang yang ramah, Sierra." "Ya, ya, seharusnya aku tahu itu! Dia pria yang brengsek! Tapi aku tidak peduli, Vald
Sierra terus menahan napasnya sambil merapikan gaunnya saat ia melangkahkan kakinya masuk ke ruang pesta. Sungguh, gaun panjangnya terlalu seksi dan ketat. Sierra hanya berharap agar tidak ada orang yang menganggapnya murahan dengan penampilannya yang sekarang, terutama anak tirinya yang brengsek dan menyebalkan itu.Sierra pun terus mengembangkan senyumnya menyapa semua orang sampai tanpa sengaja tatapannya bertemu dengan tatapan seorang pria nan jauh di sana.Seketika senyuman Sierra pun langsung memudar. Jarak mereka saat ini memang cukup jauh, namun pesona pria itu sama sekali tidak bisa terbantahkan. Memakai setelan jas formalnya, pria itu nampak begitu gagah dan mencolok di antara ratusan orang yang ada di dalam gedung ini. Dan pria itu adalah Bastian, anak tirinya! Ya, pria gagah itu adalah anak tirinya! Oh, ini gila! Memikirkan hal itu saja membuat Sierra terus menghela napas kesal. Sierra yang tidak nyaman pun langsung memutus kontak mata mereka dan memalingkan wajahnya.
"Kau lihat, ini foto Julio waktu bayi, Rosella! Dia tampan sekali! Dia mirip sepertimu!" Lidya dan Sierra duduk di ranjang bersama Rosella sore itu dan perlahan memasukkan kenangan demi kenangan indah ke otak Rosella, menggantikan kenangan yang buruk dan kekosongan selama enam tahun terakhir ini. Satu minggu telah berlalu sejak acara kremasi Ellyas selesai dan semua orang pun mulai move on dari semua hal tentang pria itu. Mereka memutuskan untuk menutup semua kenangan lama yang menyakitkan itu dan memulai lembaran yang baru tanpa ketakutan dan perasaan was-was sama sekali. Valdo dan keluarga Jacob juga sudah pulang kembali ke kota mereka, sedangkan keluarga Sierra sendiri memilih fokus untuk kesembuhan Rosella. Walaupun Lidya dan Sierra juga sesekali pergi ke toko roti dan perusahaan, tapi mereka lebih banyak menghabiskan waktu di rumah selama satu minggu ini demi Rosella. Kondisi Rosella memang sudah mendapatkan kesadarannya kembali sejak kejadian itu, namun ia belum 100% norma
"Sekali lagi kami turut berduka cita, Bu Lidya." "Terima kasih, Pak Jacob!" Jacob dan keluarganya langsung berangkat mengunjungi keluarga Sierra begitu mereka mendengar kabar dari Valdo tentang meninggalnya ayah dari Sierra. Mereka sempat ikut dalam acara persemayaman jenazah Ellyas dan doa bersama, sebelum keesokan harinya tubuh Ellyas itu akan dikremasi. Tidak ada anggota keluarga lain yang mereka punya karena itu, acara itu hanya dihadiri oleh keluarga Sierra, keluarga Jacob, dan Valdo. Tidak ada juga yang banyak bicara dalam acara itu selain ucapan turut berduka cita. Semua orang nampak tetap diam memendam perasaan masing-masing yang masih tidak karuan. Rosella tetap diam dan hanya terus berkedip di pelukan Stephanie yang sangat menyayanginya. Stephanie terus mengumpati Ellyas saat mendengar cerita lengkap dari Bastian kemarin. Bahkan Stephanie tidak peduli kalau pria itu sudah meninggal. "Dasar pria tua brengsek yang tidak berguna! Bisa-bisanya dia mengorbankan anaknya l
"Semua sudah berakhir, Valdo! Semua sudah berakhir!"Bastian langsung menelepon Valdo begitu mereka sudah tiba di rumah. Bastian menceritakan semuanya sampai Valdo terdiam tanpa kata mendengarnya. Ada rasa menyesal tidak bisa membantu di sana, namun ada rasa lega juga karena akhirnya semuanya selesai dengan selamat. "Aku masih tidak bisa membayangkan betapa mengerikan kejadian di sana tadi, Bastian.""Hmm, sangat mengerikan, menegangkan, dan melelahkan! Tapi semua baik-baik saja, Valdo. Syukurlah!" Valdo mengangguk dan kembali bernapas lega. "Keluarga Sierra baik-baik saja?" tanya Valdo lagi. Bastian pun melirik para wanita yang masih duduk tanpa kata di sofa ruang tamu. Bahkan mereka belum beranjak dari sana sama sekali sejak mereka tiba di rumah tadi. "Well, bagaimana mengatakannya? Mereka masih syok, tapi kurasa mereka akan baik-baik saja. Termasuk Rosella yang secara mengejutkan menyelamatkan Sierra tadi. Mereka ... tidak bisa diajak bicara saat ini, Valdo." Valdo kembali
Ellyas menyetir mobilnya dengan kecepatan penuh. Gabungan antara hasrat ingin kabur dan rasa sakit yang makin menjadi-jadi membuat kaki Ellyas menginjak gas itu begitu kuat dan seluruh berat tubuhnya tertumpu pada gas mobil itu. Broom! Broom!Suara deru mobil itu membuat semua orang membelalak kaget. Sierra, Lidya, dan Rosella yang sudah menoleh melihatnya pun langsung panik. Namun, Ellyas nampak tidak peduli dengan apa pun yang ada di hadapannya karena yang ia tahu adalah bahwa ia harus kabur dari sana. Pandangan Ellyas sudah kabur dan napasnya sudah sangat berat. Samar-samar ia melihat seorang anak kecil yang menghalangi jalannya dan Ellyas sama sekali tidak berniat untuk memperlambat laju mobilnya. Ia sendiri pun tidak mengenali lagi siapa anak itu karena otaknya sudah tidak sinkron. Tapi apa pun yang terjadi, biar saja, yang penting ia bisa kabur. Bahkan Ellyas sempat menyeringai, namun kepalanya agak terantuk karena kesadarannya yang timbul tenggelam. Ellyas berusaha men
"Ayo, kita pergi dari sini!" Lidya dan Sierra memapah Rosella sambil menggandeng Julio keluar dari kamar sempit itu, sedangkan Bastian masih berkelahi dengan beberapa orang melindungi para wanita.Sierra sempat menoleh ke arah suaminya yang sedang terkena pukulan itu dan Sierra masih menangis di sana. "Bastian ...." "Pergi, Sierra, kembali ke mobil, cepat!" teriak Bastian. Sierra pun mengangguk dan mencoba melangkah lagi melewati kekacauan yang masih berlangsung. Di sudut di mana Sierra berada terdapat lebih banyak anak buah dibanding sudut yang lain yang sudah berhasil ditangani oleh polisi. Mereka pun masih terus melangkah saat tiba-tiba ada seorang pria yang terlempar ke arah depan mereka. Buk!"Akkhh!" Sierra dan Lidya memekik bersamaan. Pria itu baru saja berkelahi dengan Jonathan sampai ia terlempar ke sana dan begitu pria itu melihat para wanita, ia langsung membelalak. "Mau ke mana kalian, hah?" Pria itu langsung berdiri dan baru saja akan menangkap Sierra dan yang la
"Akkkhh!" Tidak terhitung berapa kali Ellyas dihajar habis-habisan oleh dua orang pria bertubuh besar itu. Yang mereka serang adalah bagian wajah Ellyas sampai bengkak dan membiru serta kaki Ellyas sampai Ellyas terus merintih. Sementara bagian tubuhnya yang lain masih utuh tanpa luka karena Bos mereka sudah berpesan agar tidak ada bagian yang membusuk. Kalau semasa hidup Ellyas tidak bisa melunasi hutangnya maka setelah Ellyas mati, Ellyas harus melunasi hutangnya dari uang hasil menjual organ tubuh pria itu. Kedua pria itu pun masih terus menyeringai sambil duduk di kursi dan tertawa puas saat tiba-tiba pintu ruangan itu didobrak kasar. Brak!"Kami polisi, angkat tangan!" Dua orang polisi menghambur masuk dan membuat kedua pria itu terkejut. "Apa ini?" pekik salah seorang pria. "Kalian sudah dikepung!" sahut polisi itu. Para polisi bantuan memang datang lagi dan mereka ikut membantu menangkap para rentenir termasuk Bos rentenir, namun para rentenir itu melawan dan terjadi
"Sial, Bastian! Tolong Rosella! Tidak ada waktu lagi! Aku tidak mau mereka melakukan sesuatu pada Rosella!"Jonathan yang masih kewalahan menahan serangan anak buah pun terus menoleh dan berteriak lirih ke arah Bastian. Hati Jonathan sudah tidak tenang sama sekali dan ia mencemaskan Rosella dan Julio sampai rasanya ia hampir menangis sekarang, namun ia tidak bisa menyelamatkan mereka karena mereka belum bisa lepas dari kepungan para pria brengsek ini. "Kita akan menyelamatkannya, Jonathan!" "Tidak! Kau yang pergi, Bastian! Aku akan menghalangi mereka di sini! Cepat!" Entah mendapat kekuatan dari mana, namun Jonathan langsung berteriak sambil mendorong beberapa pria bertubuh besar sekaligus. Jonathan melindungi Bastian agar Bastian bisa menyelamatkan Rosella. "Pergi, Bastian! Pergi!" seru Jonathan lagi. Di saat yang sama, Sierra dan Lidya sudah berlari bersama satu anggota polisi yang mengikutinya. "Hati-hati, Bu!" Mereka sempat ketahuan oleh beberapa anak buah sampai polisi it
Dor!Bos rentenir, Ellyas, dan para anak buah yang masih ada di dalam markas begitu kaget mendengar suara tembakan sampai mereka terdiam sejenak. "Suara apa itu? Ada yang menembak? Ada polisi? Brengsek! Kalian keluarlah dan tangani masalah di luar!" Bos rentenir itu langsung mengedikkan kepala pada anak buahnya. "Baik, Bos!" Beberapa anak buah pun langsung keluar untuk membantu teman-temannya. Sementara Bos rentenir kembali menatap Ellyas dan bangkit dari kursinya lalu melangkah mendekati Ellyas. "Ellyas, kau lihat sendiri hasil perbuatanmu, hah? Anak dan menantumu itu memanggil polisi?" Dengan cepat Bos rentenir itu membuka pisau lipatnya. Ellyas pun gemetar sekarang. Sejak tadi Ellyas masih tetap dalam posisi berlutut dengan wajah yang babak belur dan ia tidak berani berkutik karena dikepung oleh banyak anak buah. "Eh, Bos ... Bos ... bukan ... ini bukan salahku! Ancamanku sudah jelas! Kau sudah mendengar sendiri juga kan apa yang kukatakan di telepon! Aku sudah memperingatka
"Ellyas belum menelepon lagi, Sierra? Bagaimana dengan Bastian? Ibu cemas sekali!" Lidya dan Sierra yang menunggu di dekat mobil mereka merasa benar-benar tidak tenang sekarang. Jantung mereka tidak berhenti berdebar kencang dan mereka bisa melihat dari kejauhan, beberapa anak buah yang nampak keluar dari markas. "Aku tidak tahu, Ibu. Tidak ada yang meneleponku lagi. Apa yang harus kita lakukan sekarang, Ibu?"Lidya dan Sierra yang seharusnya saling menenangkan satu sama lain, nyatanya malah tidak bisa tenang dan ingin menyusul ke sana namun anggota polisi melarang mereka. Polisi itu terus menenangkan Lidya dan Sierra, namun mereka tetap tidak bisa tenang. Sambil saling berpegangan tangan, Lidya pun terus memejamkan matanya dan ia tahu ia tidak boleh tetap di sini. Ia tidak bisa mengandalkan orang lain lagi. Tentu saja Lidya tahu niatan baik dari Jonathan dan Bastian, tapi tidak mungkin Lidya mengorbankan orang lain sekarang. "Sierra, Ibu harus ke sana! Ibu harus menyelamatkan