"Semua sudah berakhir, Valdo! Semua sudah berakhir!"Bastian langsung menelepon Valdo begitu mereka sudah tiba di rumah. Bastian menceritakan semuanya sampai Valdo terdiam tanpa kata mendengarnya. Ada rasa menyesal tidak bisa membantu di sana, namun ada rasa lega juga karena akhirnya semuanya selesai dengan selamat. "Aku masih tidak bisa membayangkan betapa mengerikan kejadian di sana tadi, Bastian.""Hmm, sangat mengerikan, menegangkan, dan melelahkan! Tapi semua baik-baik saja, Valdo. Syukurlah!" Valdo mengangguk dan kembali bernapas lega. "Keluarga Sierra baik-baik saja?" tanya Valdo lagi. Bastian pun melirik para wanita yang masih duduk tanpa kata di sofa ruang tamu. Bahkan mereka belum beranjak dari sana sama sekali sejak mereka tiba di rumah tadi. "Well, bagaimana mengatakannya? Mereka masih syok, tapi kurasa mereka akan baik-baik saja. Termasuk Rosella yang secara mengejutkan menyelamatkan Sierra tadi. Mereka ... tidak bisa diajak bicara saat ini, Valdo." Valdo kembali
"Sekali lagi kami turut berduka cita, Bu Lidya." "Terima kasih, Pak Jacob!" Jacob dan keluarganya langsung berangkat mengunjungi keluarga Sierra begitu mereka mendengar kabar dari Valdo tentang meninggalnya ayah dari Sierra. Mereka sempat ikut dalam acara persemayaman jenazah Ellyas dan doa bersama, sebelum keesokan harinya tubuh Ellyas itu akan dikremasi. Tidak ada anggota keluarga lain yang mereka punya karena itu, acara itu hanya dihadiri oleh keluarga Sierra, keluarga Jacob, dan Valdo. Tidak ada juga yang banyak bicara dalam acara itu selain ucapan turut berduka cita. Semua orang nampak tetap diam memendam perasaan masing-masing yang masih tidak karuan. Rosella tetap diam dan hanya terus berkedip di pelukan Stephanie yang sangat menyayanginya. Stephanie terus mengumpati Ellyas saat mendengar cerita lengkap dari Bastian kemarin. Bahkan Stephanie tidak peduli kalau pria itu sudah meninggal. "Dasar pria tua brengsek yang tidak berguna! Bisa-bisanya dia mengorbankan anaknya l
"Kau lihat, ini foto Julio waktu bayi, Rosella! Dia tampan sekali! Dia mirip sepertimu!" Lidya dan Sierra duduk di ranjang bersama Rosella sore itu dan perlahan memasukkan kenangan demi kenangan indah ke otak Rosella, menggantikan kenangan yang buruk dan kekosongan selama enam tahun terakhir ini. Satu minggu telah berlalu sejak acara kremasi Ellyas selesai dan semua orang pun mulai move on dari semua hal tentang pria itu. Mereka memutuskan untuk menutup semua kenangan lama yang menyakitkan itu dan memulai lembaran yang baru tanpa ketakutan dan perasaan was-was sama sekali. Valdo dan keluarga Jacob juga sudah pulang kembali ke kota mereka, sedangkan keluarga Sierra sendiri memilih fokus untuk kesembuhan Rosella. Walaupun Lidya dan Sierra juga sesekali pergi ke toko roti dan perusahaan, tapi mereka lebih banyak menghabiskan waktu di rumah selama satu minggu ini demi Rosella. Kondisi Rosella memang sudah mendapatkan kesadarannya kembali sejak kejadian itu, namun ia belum 100% norma
"Ibu rasa sudah waktunya kalian mengatur ulang bulan madu kalian," kata Lidya saat makan malam bersama malam itu. Bastian yang mendengarnya pun melirik Sierra dan tersenyum, sedangkan Sierra malah terlihat tidak setuju. "Ibu, ini masih terlalu cepat. Rasanya kita baru saja bernapas dari ketegangan yang kemarin, kurasa masih belum benar kalau tiba-tiba kami pergi berbulan madu." "Apanya yang terlalu cepat, Sierra? Ketegangan yang kemarin sudah berlalu dan jangan diingat lagi. Lagipula kita juga tidak sedang dalam suasana berkabung seperti keluarga lain. Karena itu, menurut Ibu lebih cepat kalian berbulan madu akan lebih baik. Liburan akan membuat ketegangan luntur kan?" Sierra terdiam mendengarnya, sedangkan Bastian sendiri hanya tetap mendengarkan sambil tersenyum. Sebenarnya sejak kemarin, Bastian sudah ingin membahasnya dengan Sierra, tapi Bastian masih takut akan ditolak karena ia begitu mengenal istrinya. Apalagi saat ini Sierra sedang mempunyai kegemaran baru yaitu menghabi
"Baiklah, sekian rapat untuk hari ini, silakan bubar!" Bastian yang sedang memimpin rapat bersama Sierra pun siang itu membubarkan rapatnya. "Hei, Tory, proyek ini proyek besar jadi hati-hati, aku tidak mau ada kesalahan sedikit pun.""Beres, Bos! Aku dan Saga akan memastikannya, tapi akhir pekan aku akan pulang ke Sagala Group untuk memastikan yang di sana." "Ah, baiklah! Tidak masalah, nanti kita rapat juga dengan Saga. Soal yang ini, nanti berikan aku detailnya juga."Tory sudah menggeser posisi duduknya hingga ke samping Bastian dan mendadak mereka terlibat dalam percakapan serius tentang rapat dan proyek mereka. Sementara Sierra yang masih duduk di sana sudah tidak bisa berkonsentrasi sama sekali.Sierra merasa tidak enak badan, suhu tubuhnya meningkat dan ia sedikit meriang. Sepertinya sudah beberapa hari ini ia merasa tidak nyaman dengan tubuhnya, namun Sierra mengabaikannya dan terus beraktivitas biasa. Namun, setiap siang menjelang seperti ini, ia akan merasa makin lema
"Bagaimana kondisimu, Sayang?"Bastian memeluk Sierra saat mereka sudah ada di ranjang kamar mereka malam itu. "Sudah lebih baik, Bastian. Bagaimana di kantor?""Sudah selesai, Sayang. Oh ya, aku sedang berpikir untuk menjadwalkan kembali bulan madu kita bulan depan. Bagaimana menurutmu?" "Hmm, bulan depan tidak masalah, tapi pastikan dulu proyek yang tadi bisa ditangani dengan baik." "Tentu saja, Sayang. Aku dan yang lain sudah mengatur semuanya."Sierra pun akhirnya setuju merencanakan bulan madu kembali karena semua kondisi sudah benar-benar stabil dan Bastian sepertinya sangat menginginkannya. Sierra pun tidak mau mengecewakan suaminya kali ini walaupun sebenarnya bulan madu atau tidak, sama saja untuk Sierra. "Hei, tapi minggu depan kan kau ulang tahun duluan kan? Kau mau hadiah apa, Bastian?" Sierra yang selalu merasa segar di malam hari itu pun menatap suaminya dengan penuh cinta. Bastian yang mendengarnya pun tersenyum menatap balik istrinya. "Ah, ulang tahun. Aku hampi
Sierra menyetir mobilnya ke apotek keesokan sorenya untuk membeli beberapa alat tes kehamilan. Sierra sengaja pulang dari kantor lebih cepat hari itu dan berniat melakukan tes sendirian karena ia tidak mau orang berharap kalau tahu Sierra melakukan tes kehamilan. "Ini pesanannya, Bu. Semoga positif ya!" kata pelayan apotek yang melayaninya itu sampai membuat Sierra terdiam sejenak. Mau tidak mau, Sierra memaksakan senyumnya, walaupun jantungnya berdebar begitu kencang sekarang. "Amin. Terima kasih ya!" sahut Sierra sebelum ia segera kembali naik ke mobilnya. Sierra pun memegangi jantungnya yang masih berdebar tidak karuan. Sierra sudah berharap dan ia benar-benar takut kecewa, karena itulah debaran jantungnya menggila sekarang. "Ini harus dilakukan pada pagi hari, apa aku harus menunggu sampai besok lagi? Ck, membuatku tidak tenang saja!" Sierra terus berdecak dan menenangkan dirinya, sebelum akhirnya ia menyetir pulang ke rumah. Sierra menahan dirinya dan berniat melakukan te
Dua garis ....Dua garis ....Air mata Sierra langsung meleleh tak terkendali dan ia pun langsung menoleh menatap Lidya. "Dua garis, Ibu? Ini dua garis? Artinya aku hamil kan, Ibu? Aku hamil?" tegas Sierra tidak percaya. Lidya sendiri yang masih menangis hanya tersenyum dan mengangguk. "Kau hamil, Sierra! Kau hamil!" Lidya membenarkan itu dan Sierra pun tidak tahan lagi. Sierra langsung memeluk ibunya dan menangis di sana. Mereka saling berpelukan dengan penuh syukur dan suka cita. "Maafkan Ibu yang terlalu bahagia sampai Ibu tidak bisa berkata-kata, Sierra! Ibu terlalu berlebihan tapi sungguh, Ibu sangat bahagia! Ibu akan punya cucu lagi dan Julio akan punya adik ...," seru Lidya dengan air mata yang tidak berhenti bercucuran. Tadinya Lidya sudah sangat bijak, tapi mendadak melihat dua garis di sana, ia tidak bisa bijak lagi, malah menjadi lebay dan terus menangis. Sierra sendiri hanya terus tertawa dalam tangisannya. Ini benar-benar berkah yang tidak ternilai. "Aku bersyuku
Beberapa bulan berlalu dan kehamilan Sierra pun memasuki bulan keenam. Perut Sierra membesar dengan cepat karena isinya dua bayi, tapi Sierra masih bisa bergerak dengan lincah dan ukurannya, walaupun termasuk besar, tapi tidak terlalu besar juga karena memang awalnya tubuh Sierra cukup ramping. Setelah mengalami mual muntah parah sampai umur kandungannya lima bulan, di bulan keenam ini, Sierra mulai menikmati kehamilannya. Bahkan akhirnya rencana babymoon pun terwujud. Bukan hanya babymoon, tapi Bastian membawa serta semua keluarga Sierra, termasuk Rosella, dan Jonathan pun ikut di sana. Rosella terus menunjukkan perkembangan yang berarti dan selama beberapa bulan ini, sangat banyak hal yang sudah Jonathan lakukan untuk Rosella. Mereka makin dekat, bahkan Julio sudah berani memanggil Jonathan dengan sebutan "Papa" saja tanpa Uncle. Rosella sudah bisa menegur Julio kalau Julio memanggil Jonathan seperti itu, namun ia sendiri tersipu dan tidak berani menatap Jonathan sampai Jonat
Semua anggota keluarga masih terlarut dalam euforia kebahagiaan menyambut kehamilan Sierra. Mereka saling memberi selamat dan membayangkan banyak hal saat anak Bastian dan Sierra lahir. Lalita dan Julio pun ikut tidak sabar memainkan bayi kecil sepupu mereka nanti. Sedangkan Bastian malah tidak peduli apa pun lagi dan terus memeluk istrinya serta menciuminya. Sierra sudah didudukkan di kursi karena Bastian yang mendadak posesif tidak mengijinkan Sierra beranjak sama sekali dari kursinya. Bastian sendiri duduk di samping Sierra dan terus memeluknya, kadang memandanginya, kadang menciuminya, sampai Sierra salah tingkah dibuatnya. "Aku bahagia sekali, Sayang! Terima kasih, Sayang! Terima kasih!" Bastian sekarang meraih tangan Sierra dan menciuminya. "Hmm, apa kau tetap bahagia walaupun bulan madu kita diundur lagi?" goda Sierra. Tentu saja Sierra menyesal karena bulan madunya akan batal lagi, tapi kalau batalnya karena kehamilan Sierra, sepertinya tidak akan ada yang mempermasala
Tory yang menyetir mobilnya pulang ke rumah malam itu dan ia mengernyit melihat ada mobil asing di depan rumah Lidya. Namun, Bastian langsung mengenali mobil itu sebagai mobil ayahnya. "Itu mobil Ayah, Tory! Ayahku pasti datang ke sini. Astaga, Sierra bilang akan ada kejutan untuku hari ini, apa ini kejutan yang Sierra maksud? Haha ...." Sambil tertawa sumringah, Bastian pun keluar dari mobilnya dan langsung masuk ke rumah. Benar saja, rumah sudah begitu ramai dengan dekorasi sederhana di sana, hampir mirip dengan dekorasi saat ulang tahun Lidya waktu itu. "Yeay, selamat ulang tahun, Pak Bastian!" Para karyawan Lidya lebih dulu menyambut Bastian sampai Bastian terus tertawa senang. "Terima kasih! Terima kasih!"Jacob sendiri yang sudah merindukan anaknya itu langsung menoleh. Jacob sudah duduk santai di sofa dan ia yang tidak bisa berjalan tidak mungkin bisa berdiri sesuka hati, karena itu, ia hanya menoleh. "Bastian, sini peluk Ayah!" Jacob merentangkan kedua lengannya lebar-l
Dua garis ....Dua garis ....Air mata Sierra langsung meleleh tak terkendali dan ia pun langsung menoleh menatap Lidya. "Dua garis, Ibu? Ini dua garis? Artinya aku hamil kan, Ibu? Aku hamil?" tegas Sierra tidak percaya. Lidya sendiri yang masih menangis hanya tersenyum dan mengangguk. "Kau hamil, Sierra! Kau hamil!" Lidya membenarkan itu dan Sierra pun tidak tahan lagi. Sierra langsung memeluk ibunya dan menangis di sana. Mereka saling berpelukan dengan penuh syukur dan suka cita. "Maafkan Ibu yang terlalu bahagia sampai Ibu tidak bisa berkata-kata, Sierra! Ibu terlalu berlebihan tapi sungguh, Ibu sangat bahagia! Ibu akan punya cucu lagi dan Julio akan punya adik ...," seru Lidya dengan air mata yang tidak berhenti bercucuran. Tadinya Lidya sudah sangat bijak, tapi mendadak melihat dua garis di sana, ia tidak bisa bijak lagi, malah menjadi lebay dan terus menangis. Sierra sendiri hanya terus tertawa dalam tangisannya. Ini benar-benar berkah yang tidak ternilai. "Aku bersyuku
Sierra menyetir mobilnya ke apotek keesokan sorenya untuk membeli beberapa alat tes kehamilan. Sierra sengaja pulang dari kantor lebih cepat hari itu dan berniat melakukan tes sendirian karena ia tidak mau orang berharap kalau tahu Sierra melakukan tes kehamilan. "Ini pesanannya, Bu. Semoga positif ya!" kata pelayan apotek yang melayaninya itu sampai membuat Sierra terdiam sejenak. Mau tidak mau, Sierra memaksakan senyumnya, walaupun jantungnya berdebar begitu kencang sekarang. "Amin. Terima kasih ya!" sahut Sierra sebelum ia segera kembali naik ke mobilnya. Sierra pun memegangi jantungnya yang masih berdebar tidak karuan. Sierra sudah berharap dan ia benar-benar takut kecewa, karena itulah debaran jantungnya menggila sekarang. "Ini harus dilakukan pada pagi hari, apa aku harus menunggu sampai besok lagi? Ck, membuatku tidak tenang saja!" Sierra terus berdecak dan menenangkan dirinya, sebelum akhirnya ia menyetir pulang ke rumah. Sierra menahan dirinya dan berniat melakukan te
"Bagaimana kondisimu, Sayang?"Bastian memeluk Sierra saat mereka sudah ada di ranjang kamar mereka malam itu. "Sudah lebih baik, Bastian. Bagaimana di kantor?""Sudah selesai, Sayang. Oh ya, aku sedang berpikir untuk menjadwalkan kembali bulan madu kita bulan depan. Bagaimana menurutmu?" "Hmm, bulan depan tidak masalah, tapi pastikan dulu proyek yang tadi bisa ditangani dengan baik." "Tentu saja, Sayang. Aku dan yang lain sudah mengatur semuanya."Sierra pun akhirnya setuju merencanakan bulan madu kembali karena semua kondisi sudah benar-benar stabil dan Bastian sepertinya sangat menginginkannya. Sierra pun tidak mau mengecewakan suaminya kali ini walaupun sebenarnya bulan madu atau tidak, sama saja untuk Sierra. "Hei, tapi minggu depan kan kau ulang tahun duluan kan? Kau mau hadiah apa, Bastian?" Sierra yang selalu merasa segar di malam hari itu pun menatap suaminya dengan penuh cinta. Bastian yang mendengarnya pun tersenyum menatap balik istrinya. "Ah, ulang tahun. Aku hampi
"Baiklah, sekian rapat untuk hari ini, silakan bubar!" Bastian yang sedang memimpin rapat bersama Sierra pun siang itu membubarkan rapatnya. "Hei, Tory, proyek ini proyek besar jadi hati-hati, aku tidak mau ada kesalahan sedikit pun.""Beres, Bos! Aku dan Saga akan memastikannya, tapi akhir pekan aku akan pulang ke Sagala Group untuk memastikan yang di sana." "Ah, baiklah! Tidak masalah, nanti kita rapat juga dengan Saga. Soal yang ini, nanti berikan aku detailnya juga."Tory sudah menggeser posisi duduknya hingga ke samping Bastian dan mendadak mereka terlibat dalam percakapan serius tentang rapat dan proyek mereka. Sementara Sierra yang masih duduk di sana sudah tidak bisa berkonsentrasi sama sekali.Sierra merasa tidak enak badan, suhu tubuhnya meningkat dan ia sedikit meriang. Sepertinya sudah beberapa hari ini ia merasa tidak nyaman dengan tubuhnya, namun Sierra mengabaikannya dan terus beraktivitas biasa. Namun, setiap siang menjelang seperti ini, ia akan merasa makin lema
"Ibu rasa sudah waktunya kalian mengatur ulang bulan madu kalian," kata Lidya saat makan malam bersama malam itu. Bastian yang mendengarnya pun melirik Sierra dan tersenyum, sedangkan Sierra malah terlihat tidak setuju. "Ibu, ini masih terlalu cepat. Rasanya kita baru saja bernapas dari ketegangan yang kemarin, kurasa masih belum benar kalau tiba-tiba kami pergi berbulan madu." "Apanya yang terlalu cepat, Sierra? Ketegangan yang kemarin sudah berlalu dan jangan diingat lagi. Lagipula kita juga tidak sedang dalam suasana berkabung seperti keluarga lain. Karena itu, menurut Ibu lebih cepat kalian berbulan madu akan lebih baik. Liburan akan membuat ketegangan luntur kan?" Sierra terdiam mendengarnya, sedangkan Bastian sendiri hanya tetap mendengarkan sambil tersenyum. Sebenarnya sejak kemarin, Bastian sudah ingin membahasnya dengan Sierra, tapi Bastian masih takut akan ditolak karena ia begitu mengenal istrinya. Apalagi saat ini Sierra sedang mempunyai kegemaran baru yaitu menghabi
"Kau lihat, ini foto Julio waktu bayi, Rosella! Dia tampan sekali! Dia mirip sepertimu!" Lidya dan Sierra duduk di ranjang bersama Rosella sore itu dan perlahan memasukkan kenangan demi kenangan indah ke otak Rosella, menggantikan kenangan yang buruk dan kekosongan selama enam tahun terakhir ini. Satu minggu telah berlalu sejak acara kremasi Ellyas selesai dan semua orang pun mulai move on dari semua hal tentang pria itu. Mereka memutuskan untuk menutup semua kenangan lama yang menyakitkan itu dan memulai lembaran yang baru tanpa ketakutan dan perasaan was-was sama sekali. Valdo dan keluarga Jacob juga sudah pulang kembali ke kota mereka, sedangkan keluarga Sierra sendiri memilih fokus untuk kesembuhan Rosella. Walaupun Lidya dan Sierra juga sesekali pergi ke toko roti dan perusahaan, tapi mereka lebih banyak menghabiskan waktu di rumah selama satu minggu ini demi Rosella. Kondisi Rosella memang sudah mendapatkan kesadarannya kembali sejak kejadian itu, namun ia belum 100% norma