Lidya dan Sierra seketika membelalak lebar mendengar nama itu disebut. Jantung Sierra berdebar begitu kencang sekarang, namun ia tidak berani berpikiran apa-apa. Sedangkan Lidya sendiri juga langsung mematung dan tanpa bisa dicegah, hatinya kembali retak bahkan hanya karena mendengar nama itu, nama pria yang dulu sangat dicintainya, nama pria yang dulu sangat disanjungnya dan diprioritaskan dalam hidup Lidya. Lidya selalu berusaha menjadi istri yang baik, namun pria itu juga yang sudah membuat semua perjuangan Lidya menjadi sia-sia. Tanpa disadari tatapan mata Lidya pun goyah dan Lidya langsung meraih air minumnya lalu meneguknya banyak-banyak. Sierra yang melirik ibunya pun nampak sangat mengerti dengan perubahan ekspresi ibunya. Sedangkan Rosella dan Julio yang juga duduk di meja itu nampak biasa saja. "Siapa itu, Uncle? Pak El?" ulang Julio kepo. "Grandma sama Aunty mau bertemu Pak El juga? Julio juga mau ikut!" seru Julio lagi. Sierra pun langsung mengembuskan napas panjan
Ellyas masih menyamankan posisi duduknya di ranjangnya setelah para suster membawanya ke tempat foto kaki tadi. Ellyas pun duduk dengan nyaman sambil menatap kamarnya sekali lagi dan ia begitu senang karena bisa dirawat dengan fasilitas yang sangat baik ini. "Benar-benar pria yang baik," puji Ellyas sambil tersenyum, sebelum ia mendengar pintu kamarnya dibuka."Selamat pagi, Pak El! Bagaimana kabarmu hari ini? Aku membawa istri dan ibuku yang datang menjengukmu."Ellyas menoleh dan tersenyum menatap Bastian. "Ah, Bastian, kau datang sepagi ini," sahut Ellyas dengan suara khasnya. Ellyas pun masih tersenyum dan menoleh ke arah Bastian sampai dua orang wanita mendadak muncul di belakang Bastian hingga Ellyas seketika kehilangan senyumnya sama sekali. Begitu juga dengan Sierra dan Lidya yang awalnya masih tersenyum dan berniat menyapa Ellyas. Namun, semua keramahan mereka pun lenyap begitu saja saat berhadapan dengan wajah itu. Untuk sesaat, dunia pun seolah berhenti berputar. Si
"Sierra, tunggu!"Bastian terus memanggil Sierra sambil berlari kecil mengejarnya, namun Sierra sama sekali tidak berhenti berlari sampai mereka tiba di balkon teras rumah sakit yang sudah cukup jauh dari kamar Ellyas. Sierra pun akhirnya berhenti berlari dan hanya berpegangan pada balkon sambil menunduk dan membiarkan air matanya mengalir di sana. Hati Sierra begitu pedih melihat pria itu lagi, pria yang juga tidak ingin Sierra lihat lagi seumur hidupnya. Mungkin Sierra adalah anak durhaka karena ia tidak mau melihat ayah kandungnya sendiri, tapi Sierra bukan dewa yang bisa menerima begitu saja apa yang sudah Ellyas lakukan padanya. Ellyas menjual kedua anaknya sendiri seperti barang yang bisa diperjualbelikan demi melunasi hutangnya. Dan setelah para rentenir itu melakukan hal sekeji itu pada Rosella, mereka pun masih tetap menagih hutang pada Sierra dengan ancaman tanpa henti. "Ayahmu sudah menjual kalian pada kami jadi terserah kami mau melakukan apa kan? Kami sudah berencan
Saga terus menatap Lidya dari kejauhan karena Lidya nampak sangat sedih. "Eh, ada apa dengan Bu Lidya?" gumam Saga sambil tetap mengernyit bingung. Saga pun maju beberapa langkah bermaksud untuk mendekati Lidya yang begitu jauh di sana, namun Lidya malah terlihat berjalan lurus dan malah makin pergi menjauh. "Eh? Dia malah makin pergi ...," gumam Saga lagi sambil tetap berpikir keras apa yang harus ia lakukan.Namun, belum sempat Saga melakukan apa pun lagi, tiba-tiba suara pekikan terdengar dari dalam kamar Ellyas sampai Saga pun panik dan segera masuk ke sana. "Kau berteriak, Pak El? Ada apa?" seru Saga begitu ia masuk ke sana. "Astaga, apa yang terjadi denganmu, Pak El?" pekik Saga yang melihat Ellyas masih jatuh tersungkur di lantai. Ellyas terlihat begitu kepayahan sambil merintih dan memegangi kakinya. Ia tidak bisa bangun sendiri. Berulang kali Ellyas mencoba bangun tapi ia gagal dan kakinya malah makin sakit, sedangkan tombol untuk memanggil suster juga begitu jauh di d
Bastian menghentikan mobil di depan rumahnya dan Lidya serta Sierra pun langsung turun tanpa kata. Bastian sampai menghela napas panjang melihat istri dan ibu mertuanya itu. "Aunty, Grandma ... sudah pulang ya?" Julio nampak berlari keluar menyambut Lidya dan Sierra. Dan Lidya yang melihat Julio pun mendadak langsung menitikkan air matanya. "Julio sayang ...," seru Lidya sambil memeluk cucu kesayangannya itu. Cucu yang seharusnya tidak pernah ada kalau saja Rosella tidak diperkosa secara keji. Walaupun mungkin memang benar selalu ada berkah di setiap kejadian, sekalipun itu kejadian buruk. Benar! Julio adalah salah satu berkah itu. Berkah tidak ternilai yang hadir di dalam kesedihan yang juga tidak terhingga. Bukan hanya Rosella yang mengalami depresi berat sampai gila setelah diperkosa.Tapi Lidya juga. Lidya merasa sangat bersalah pada anaknya itu. Lidya juga mengalami depresi berat, apalagi setelah Rosella dinyatakan hamil. Berusaha menjaga kehamilan Rosella di saat Rosell
"Jadi bagaimana dengan bulan madunya, Bos?""Aku masih belum tahu, Tory. Kau tahu sendiri kan situasinya seperti apa. Walaupun semua orang bilang tidak apa tapi ya, hal ini tidak bisa dianggap tidak ada apa-apa."Bastian menelepon Tory setelah ia pergi dari rumah dan ia pun menceritakan semua pada Tory sekaligus meminta Tory untuk datang membantunya di sini. "Aku paham, Bos. Ini mengejutkan sekali, tapi kau jangan khawatir, Bos! Aku akan menyelesaikan pekerjaanku di sini dan berangkat pagi-pagi sekali ke sana besok." Bastian pun mengangguk mendengarnya. "Hmm, serahkan tanggung jawab di sana dengan baik sebelum berangkat!""Siap, Bos!" Bastian yang mendengar jawaban Tory pun nampak puas dan mereka segera berpamitan, sebelum Bastian menutup teleponnya. Bastian akhirnya memutuskan untuk tetap menolong Ellyas sebagai orang asing yang tidak saling mengenal. Hanya saja, Bastian tetap tidak tenang kalau bukan Tory yang menyelesaikan semua untuknya karena selama ini hanya Tory yang begitu
"Ibu memaksa aku dan Sierra berangkat bulan madu, Tory." Bastian akhirnya bertemu dengan Tory malam itu karena Tory terlambat tiba. "Lalu bagaimana, Bos?""Entahlah! Kupikir itu hanya emosi sesaat tapi bahkan sampai malam ini, dia masih kukuh meminta kami bersiap-siap untuk berangkat besok lusa." Tory pun terdiam mendengarnya dan berpikir sejenak, sebelum berbicara lagi. "Hmm, atau kalian berangkat saja, Bos! Kan sudah ada aku, aku akan menjaga Pak El itu dan tidak akan ada yang terjadi pada Bu Lidya dan keluarganya, aku akan memastikannya, Bos!" ucap Tory dengan penuh keyakinan. "Aku juga tidak berpikiran apa-apa, Tory. Aku tidak yakin Pak El bisa melakukan hal buruk apa, aku hanya memikirkan perasaan semua orang yang sedang tidak baik, karena itulah aku mau menundanya, tapi reaksi Ibu benar-benar tidak terduga." "Hmm, masih ada satu hari lagi kalau kalian masih mau berunding, Bos.""Tentu, Tory! Kalau begitu sebentar lagi pergilah ke rumah sakit! Saga akan memperkenalkanmu den
"Ah, Bastian ...." Desahan seorang wanita terdengar, bersahutan dengan erangan pria silih berganti. Tidak hanya itu, suara-suara khas percintaan yang liar pun terdengar begitu melengking hingga membuat Sierra meradang. "Sial! Pasti dia membawa jalangnya lagi!" Tanpa mengetuk pintunya, Sierra pun langsung menghambur masuk ke kamar yang memang tidak terkunci itu. Brak! Dan pemandangan pertama yang dilihatnya adalah Sebastian Sagala, anak tirinya, sedang memacu tubuh wanita di bawahnya. "Bukankah sudah kubilang kalau rumah ini bukan tempat maksiat? Berhenti sekarang juga!" geram Sierra dengan tatapan yang mengarah tajam pada anak tirinya itu. Bukan anak tiri sungguhan karena Sierra hanya berpura-pura menikah dengan ayah dari Bastian. Namun, tentu saja tidak ada yang tahu tentang perjanjian itu sehingga semua orang mengira bahwa Sierra benar-benar menikah dan menjadi istri yang sah dari Jacob Sagala, ayah kandung dari Sebastian Sagala. Sial! Seandainya hidup Sier