"Sierra, tunggu!"Bastian terus memanggil Sierra sambil berlari kecil mengejarnya, namun Sierra sama sekali tidak berhenti berlari sampai mereka tiba di balkon teras rumah sakit yang sudah cukup jauh dari kamar Ellyas. Sierra pun akhirnya berhenti berlari dan hanya berpegangan pada balkon sambil menunduk dan membiarkan air matanya mengalir di sana. Hati Sierra begitu pedih melihat pria itu lagi, pria yang juga tidak ingin Sierra lihat lagi seumur hidupnya. Mungkin Sierra adalah anak durhaka karena ia tidak mau melihat ayah kandungnya sendiri, tapi Sierra bukan dewa yang bisa menerima begitu saja apa yang sudah Ellyas lakukan padanya. Ellyas menjual kedua anaknya sendiri seperti barang yang bisa diperjualbelikan demi melunasi hutangnya. Dan setelah para rentenir itu melakukan hal sekeji itu pada Rosella, mereka pun masih tetap menagih hutang pada Sierra dengan ancaman tanpa henti. "Ayahmu sudah menjual kalian pada kami jadi terserah kami mau melakukan apa kan? Kami sudah berencan
Saga terus menatap Lidya dari kejauhan karena Lidya nampak sangat sedih. "Eh, ada apa dengan Bu Lidya?" gumam Saga sambil tetap mengernyit bingung. Saga pun maju beberapa langkah bermaksud untuk mendekati Lidya yang begitu jauh di sana, namun Lidya malah terlihat berjalan lurus dan malah makin pergi menjauh. "Eh? Dia malah makin pergi ...," gumam Saga lagi sambil tetap berpikir keras apa yang harus ia lakukan.Namun, belum sempat Saga melakukan apa pun lagi, tiba-tiba suara pekikan terdengar dari dalam kamar Ellyas sampai Saga pun panik dan segera masuk ke sana. "Kau berteriak, Pak El? Ada apa?" seru Saga begitu ia masuk ke sana. "Astaga, apa yang terjadi denganmu, Pak El?" pekik Saga yang melihat Ellyas masih jatuh tersungkur di lantai. Ellyas terlihat begitu kepayahan sambil merintih dan memegangi kakinya. Ia tidak bisa bangun sendiri. Berulang kali Ellyas mencoba bangun tapi ia gagal dan kakinya malah makin sakit, sedangkan tombol untuk memanggil suster juga begitu jauh di d
Bastian menghentikan mobil di depan rumahnya dan Lidya serta Sierra pun langsung turun tanpa kata. Bastian sampai menghela napas panjang melihat istri dan ibu mertuanya itu. "Aunty, Grandma ... sudah pulang ya?" Julio nampak berlari keluar menyambut Lidya dan Sierra. Dan Lidya yang melihat Julio pun mendadak langsung menitikkan air matanya. "Julio sayang ...," seru Lidya sambil memeluk cucu kesayangannya itu. Cucu yang seharusnya tidak pernah ada kalau saja Rosella tidak diperkosa secara keji. Walaupun mungkin memang benar selalu ada berkah di setiap kejadian, sekalipun itu kejadian buruk. Benar! Julio adalah salah satu berkah itu. Berkah tidak ternilai yang hadir di dalam kesedihan yang juga tidak terhingga. Bukan hanya Rosella yang mengalami depresi berat sampai gila setelah diperkosa.Tapi Lidya juga. Lidya merasa sangat bersalah pada anaknya itu. Lidya juga mengalami depresi berat, apalagi setelah Rosella dinyatakan hamil. Berusaha menjaga kehamilan Rosella di saat Rosell
"Jadi bagaimana dengan bulan madunya, Bos?""Aku masih belum tahu, Tory. Kau tahu sendiri kan situasinya seperti apa. Walaupun semua orang bilang tidak apa tapi ya, hal ini tidak bisa dianggap tidak ada apa-apa."Bastian menelepon Tory setelah ia pergi dari rumah dan ia pun menceritakan semua pada Tory sekaligus meminta Tory untuk datang membantunya di sini. "Aku paham, Bos. Ini mengejutkan sekali, tapi kau jangan khawatir, Bos! Aku akan menyelesaikan pekerjaanku di sini dan berangkat pagi-pagi sekali ke sana besok." Bastian pun mengangguk mendengarnya. "Hmm, serahkan tanggung jawab di sana dengan baik sebelum berangkat!""Siap, Bos!" Bastian yang mendengar jawaban Tory pun nampak puas dan mereka segera berpamitan, sebelum Bastian menutup teleponnya. Bastian akhirnya memutuskan untuk tetap menolong Ellyas sebagai orang asing yang tidak saling mengenal. Hanya saja, Bastian tetap tidak tenang kalau bukan Tory yang menyelesaikan semua untuknya karena selama ini hanya Tory yang begitu
"Ibu memaksa aku dan Sierra berangkat bulan madu, Tory." Bastian akhirnya bertemu dengan Tory malam itu karena Tory terlambat tiba. "Lalu bagaimana, Bos?""Entahlah! Kupikir itu hanya emosi sesaat tapi bahkan sampai malam ini, dia masih kukuh meminta kami bersiap-siap untuk berangkat besok lusa." Tory pun terdiam mendengarnya dan berpikir sejenak, sebelum berbicara lagi. "Hmm, atau kalian berangkat saja, Bos! Kan sudah ada aku, aku akan menjaga Pak El itu dan tidak akan ada yang terjadi pada Bu Lidya dan keluarganya, aku akan memastikannya, Bos!" ucap Tory dengan penuh keyakinan. "Aku juga tidak berpikiran apa-apa, Tory. Aku tidak yakin Pak El bisa melakukan hal buruk apa, aku hanya memikirkan perasaan semua orang yang sedang tidak baik, karena itulah aku mau menundanya, tapi reaksi Ibu benar-benar tidak terduga." "Hmm, masih ada satu hari lagi kalau kalian masih mau berunding, Bos.""Tentu, Tory! Kalau begitu sebentar lagi pergilah ke rumah sakit! Saga akan memperkenalkanmu den
"Kau sudah menemukannya, Saga?" "Belum, Tory. Aku sudah berkeliling ke mana-mana. Di CCTV terlihat dia melalui koridor di sana dengan kruk tapi lalu dia menghilang." Tory yang begitu cemas langsung menelepon Saga tadi dan Saga pun segera kembali ke rumah sakit untuk membantu mencari Ellyas yang mendadak hilang. Saga pun memeriksa CCTV di rumah sakit tapi ia tetap tidak bisa melacak ke mana sebenarnya Ellyas pergi. Tory sendiri yang sudah mencari sekeliling pun menjadi cemas sekarang. "Sial! Bagaimana dia bisa mendapatkan kruk itu dan bisa pergi ke mana dia dengan kaki seperti itu?" keluh Tory geram. "Entahlah, Tory! Aku tidak habis pikir dengannya!" sahut Saga dengan napas yang tersengal. "Sudah mendapat perawatan yang baik malah aneh-aneh!" "Ck, dia itu ... entahlah, Saga, bagaimana mengatakannya ya! Dia pasti sedang mencari Bos atau Bu Sierra.""Eh, tapi mengapa dia mendadak mencari Bu Sierra, apa dia mengenal Bu Sierra? Mereka kan baru saja bertemu?"Saga yang memang belum d
Bastian dan Sierra berlari ke koridor rumah sakit itu dan mereka pun segera bertemu dengan Tory dan Saga di sana. "Bos! Bu Sierra!" sapa Tory. "Bos! Bu Sierra!" sapa Saga juga. Bastian dan Sierra hanya mengangguk kecil. "Bagaimana, Tory, Saga? Kalian masih belum menemukannya juga? Apa security juga tidak ada yang melihatnya?""Security melihatnya, Bos. Dia tidak bisa memastikan orangnya tapi dia melihat pria yang memakai kruk. Kami sudah berjalan ke arah yang ditunjuk oleh security tapi kami tidak menemukan apa-apa.""Sial, Tory! Kalian itu berdua, sedangkan dia hanya sendirian dengan kaki seperti itu! Tapi kalian masih kehilangan dia?" Tory dan Saga yang mendengarnya pun langsung menunduk. "Sudahlah, Bastian. Tidak apa. Mereka juga tidak tahu kapan pria itu pergi jadi pasti pria itu sudah keburu pergi jauh." Sierra mencoba menenangkan Bastian. Bastian dan Sierra tadi langsung pergi ke rumah sakit setelah mendengar berita dari Tory, tapi mereka sama sekali tidak memberitahu apa
"Hati-hati, Julio!" Bik Ita terus tertawa melihat Julio yang sedang bermain senang bersama temannya. Bik Ita pun memberitahu Rosella dan Rosella pun ikut menoleh ke arah Julio. Julio sendiri masih tertawa begitu senang walau mereka tidak menyadari kalau ada seseorang yang mengamati mereka dari kejauhan. Ellyas sudah duduk di kursi taman di dalam kompleks perumahan itu. Ada taman kecil di tengah-tengah kompleks untuk mempercantik tempat itu dan Ellyas pun duduk di sana. Ia sudah berhasil masuk ke kompleks setelah memberitahu security kalau ia adalah keluarga dari Bu Lidya dan Bu Sierra. Ellyas juga menyebutkan detail nomor rumahnya dan security pun langsung mengijinkannya masuk. Ellyas pun terus menunggu di sana sampai saat Ellyas melihat anggota keluarganya dan ia pun terpaku. "Rosella, anakku ... dan itu Julio, ya, itu Julio," gumam Ellyas sambil langsung bangkit berdiri dan menyeret kakinya lagi yang terasa makin sakit. Bagaimana tidak sakit kalau ia sudah berjalan begitu jau