"Apa, Valdo? Kau pulang duluan? Ada apa? Aku ... aku sungkan di sini bersama kakakmu," Sierra berbisik di teleponnya.Valdo yang sudah begitu panik karena mendapat kabar tentang kolapsnya Jacob pun berusaha bersikap tenang. "Ah, ada masalah mendadak yang harus kuurus besok pagi. Maaf, aku tidak sempat berpamitan jadi aku meneleponmu saja.""Tidak apa, Valdo. Tapi ... tidak ada hal yang serius kan, Valdo?" Sierra meyakinkan sekali lagi. Valdo terdiam sejenak, sebelum kembali menenangkan Sierra. "Tidak ada, Sierra. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan!" tegas Valdo. Sierra pun bernapas lega dan mengangguk lalu mereka berpamitan dan menutup teleponnya. Valdo sendiri tetap terdiam selama beberapa saat setelah menutup teleponnya. Valdo tahu Sierra pasti masih peduli dan mencemaskan Jacob karena itu Valdo tidak mengatakan apa pun tentang kondisi Jacob. Setelah Sierra lepas dari Jacob, seharusnya semua tentang keluarga Sagala sudah tidak ada kaitannya lagi dengan Sierra. Dan kalau Sier
"Kondisinya masih kritis, Pak Bastian. Kita masih menunggu perkembangannya. Pak Jacob mempunyai komplikasi penyakit lain selain jantung dan semua bisa Anda baca di sana, sama seperti yang aku jelaskan tadi."Dokter itu menjelaskan sambil memperlihatkan beberapa berkas hasil pemeriksaan yang selama ini pernah Jacob jalani. "Sial! Aku tidak tahu apa-apa kalau ayahku punya banyak penyakit, selama ini dia ....""Dia memang meminta semua orang untuk menyembunyikannya. Hanya Bu Sierra dan Pak Valdo yang tahu. Mereka pernah bergantian menemani Pak Jacob untuk berobat tapi Pak Jacob terlalu keras kepala sampai mengabaikan jadwal berobatnya."Bastian mengernyit. "Valdo dan Sierra?""Benar, Pak. Bu Sierra juga yang akhirnya membuatkan jadwal berobat untuk penyakit Alzheimer yang Pak Jacob derita. Tapi di luar itu, dia sendiri punya komplikasi penyakit yang sama sekali tidak bisa dianggap remeh. Dan penyakit itu turut mempengaruhi kerja jantungnya."Dokter itu kembali menjelaskan bagaimana hubu
"Brengsek! Brengsek! Valdo memang brengsek, Tory! Valdo memang brengsek!""Aku sudah tahu sejak awal kalau dia menyukai Sierra, tapi aku tidak menyangka dia sudah merencanakan ini! Dia membawa Sierra pergi dariku!"Bastian terus mengepalkan tangannya dan menggebrak meja kerja Jacob. Ekspresi Bastian menunjukkan rasa kehilangan yang amat sangat dan rasa amarah yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Setelah berhasil dipisahkan tadi, Valdo pun memilih masuk ke ruang ICU, sedangkan Bastian memilih untuk pulang saja karena ia tidak tahan dengan kondisi tubuhnya sendiri. Bastian butuh istirahat dan butuh menenangkan dirinya dari semua perasaan yang menyiksanya sejak kemarin. Tory pun mengikuti Bastian dan meninggalkan Jacob di sana bersama Valdo dan Bik Mala. "Tenanglah, Bos!""Aku tidak bisa tenang, Tory! Jacob dalam kondisi kritis dan aku tidak tahu di mana Sierra berada! Aku mau mencari Sierra sendiri tapi aku tidak bisa meninggalkan Jacob. Bagaimana aku bisa tenang, hah? Jadi
Hampir satu bulan berlalu dan Jacob akhirnya dinyatakan sudah pulih, walaupun komplikasi beberapa penyakitnya membuat saraf-sarafnya terjepit hingga ia harus memakai kursi roda sekarang. Jacob sempat linglung karena penyakit Alzheimernya dan hanya Bastian yang ia ingat, orang yang sangat berharga baginya, namun Valdo dan Bik Mala begitu telaten membantu Jacob menggabungkan ingatan-ingatan yang sempat hilang. Mungkin tekanan di otaknya membuatnya terguncang sampai untuk sesaat, ia melupakan banyak hal. Dan kondisi Jacob itu membuat Bastian makin tidak bisa ke mana-mana. Ditambah dengan perusahaan yang makin sibuk hingga membuat Bastian tidak bisa berkutik. "Apa kau sudah menemukan Sierra?""Belum, Bos. Orang suruhan kita juga sudah mencari ke kota asalnya lalu ke rumah lamanya, tapi tetangga pun tidak ada yang tahu ke mana mereka pergi. Bahkan aku sudah ke yayasan dan mereka juga tidak tahu kota mana yang dituju oleh Bu Sierra. Orang rumah sakit sendiri, kau tahu sendiri bagaimana
Sierra terus tersenyum setelah menutup telepon dari Valdo.Sudah hampir satu bulan ini Sierra menjalani hidup barunya, benar-benar hidup baru tanpa ada orang dari masa lalu yang mengenalnya sama sekali. Bahkan ia mengganti nomor ponselnya dan ponsel Rosella agar tidak ada yang bisa menghubungi mereka. Dan alih-alih merasa kesepian, Sierra malah merasa bahagia. Tetangganya sangat baik dan ramah, anak-anak mereka pun berteman dengan baik bersama Julio.Bahkan tetangganya pun tersenyum pada Rosella dan sama sekali tidak menganggap Rosella sebagai orang aneh, walaupun mereka juga tidak pernah mendekati Rosella selain hanya tersenyum, siapa yang tahu ada pikiran apa di otak mereka. Namun bagi Sierra, kondisi Rosella memang masih aneh untuk diterima, kalau ada beberapa orang yang bergosip pun masih termasuk wajar selama mereka tidak menghina atau bersikap berlebihan, semuanya masih bisa Sierra pahami. Tapi nyatanya semua orang menghormati mereka dan Sierra pun senang. Keluarga Marco se
"Bastian, kau sudah pulang? Aku sudah menjaga ayahmu seharian hari ini." Vella memekik senang melihat Bastian pulang ke rumahnya sore itu. Sudah hampir satu bulan ini sejak Sierra pergi dari rumah, Vella mulai menunjukkan eksistensinya. Saat ia mendengar kabar tentang Jacob, ia pun rutin mengunjungi rumah sakit dan bersikap sok peduli pada Jacob, tentu saja demi mengambil hati Bastian. Apalagi Vella mengetahui kalau Jacob sudah menceraikan Sierra dan Sierra sudah pergi, yang itu berarti tidak ada lagi penghalang baginya untuk mendapatkan Bastian. Bastian dan semua orang memutuskan untuk tetap menjadikan perjanjian istri pura-pura ini sebagai rahasia karena itu merupakan aib keluarga dan info yang menyebar tentu saja bahwa Jacob sudah bercerai. Vella yang antusias pun berusaha melakukan segala sesuatu untuk membuat dirinya terlihat baik walaupun sebenarnya ia sendiri kesal melakukannya. Vella bukan orang yang telaten dan mengurus orang sakit begitu melelahkan. Bastian sendiri y
Sebuah papan nama bertuliskan "Lidya's Bakery" dipasang di depan toko roti milik Lidya. Pagi ini keluarga Sierra dan keluarga Marco meresmikan toko itu dan semua anggota keluarga pun dilingkupi kebahagiaan. Semua proses renovasi toko, membuat menu, interview pekerja, dan persiapan yang lain berjalan dengan begitu lancar dan sempurna.Tawa sumringah pun terus terpancar di depan wajah semua orang terutama Lidya dan Sierra yang terus berpelukan bertiga bersama Rosella. "Impian kita akhirnya terwujud, Ibu. Oh, aku mau menangis rasanya! Aku bahagia sekali!" Sierra mengipasi matanya yang sudah memanas. "Terima kasih, Sierra! Kalau bukan karena kau, semua ini tidak akan terwujud.""Tidak, Ibu! Tidak! Aku sendiri tidak akan bisa mewujudkannya kalau tidak ada Ibu yang membuat roti dan kue-kue yang lezat. Ibu pemeran utamanya. Toko ini milik Ibu." Sierra terus tertawa senang dan Lidya pun memeluk kedua anaknya lagi. "Kau lihat, Rosella? Ini bagus sekali! Mulai besok, kau bisa duduk di sud
"Bersulang!"Marco mengajak keluarga Sierra makan malam bersama sekaligus merayakan pembukaan toko roti milik Lidya. Dan semua orang pun mengangkat gelasnya malam itu. "Selamat sekali lagi atas pembukaan yang begitu meriah, Tante Lidya!""Terima kasih semua." "Haha, aku juga senang sekali bisa berkenalan dengan keluarga Tenta. Bahkan Ric sangat menyukai Julio. Lihatlah mereka sangat cocok!"Marco mengedikkan kepalanya pada kedua anak kecil yang duduk berdua dan terus terkekeh tanpa henti itu. "Haha, Tante juga bersyukur karena mereka cocok.""Tentu saja! Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini, Tante. Pasti pertemuan kita sudah diatur dan kuharap kita bisa benar-benar menjadi keluarga ke depannya." Marco melirik ke arah Valdo yang sedang duduk di samping Sierra. Valdo hanya tertawa pelan karena begitu mengerti maksud dari Marco, sedangkan Sierra mulai salah tingkah. Tentu saja ia juga mengerti maksud Marco, namun apa Sierra harus berhubungan dengan Valdo karena itu? Karen
Para peserta rapat akhirnya mengikuti keluar dengan suara yang masih ribut dan dalam sekejap ruang rapat pun menjadi sepi. Hanya tersisa Tami dan beberapa arsitek yang tergabung dalam tim, Jordan, Rosella, Jessica, dan Livy. Livy nampak tersenyum tipis menatap Rosella dan menatap semua kekacauan ini lalu dengan santai ia melenggang keluar dari ruang rapat. Namun, Jessica tidak membiarkannya pergi begitu saja. "Livy!" teriak Jessica yang mengikutiLivy keluar dari ruangan. Livy pun menoleh menatap Jessica. "Kau juga tidak percaya padaku, hah, Jessica? Dia itu mantan orang gila yang mungkin sampai sekarang masih tetap gila. Untuk apa kau membelanya lagi?" "Bukan dia yang gila, tapi kau yang gila, Livy! Mengapa kau harus mengatakan semua itu di depan banyak orang, hah? Benar saja kata ayahku kalau semua orang di sana tidak berpendidikan, termasuk kau, Livy!" "Terserah kau mau bilang apa, Jessica! Tapi semua yang kukatakan adalah kenyataan!" Jessica yang mendengarnya hanya tertawa
Suara lantang Livy membuat semua orang membelalak kebingungan. Jessica sendiri langsung membelalak dan menoleh tidak percaya ke arah Livy. Memang Jessica sudah mengetahui semuanya, namun Jessica tutup mulut dan ikut menyembunyikan semuanya sampai detik ini. Karena itu, Jessica sama sekali tidak menyangka kalau Livy mengetahui kenyataan itu dan membocorkannya seperti ini di depan semua orang. Jordan dan Rosella sendiri juga membelalak. Jordan yang panik mendengar Livy mengatakannya, sedangkan Rosella yang langsung gemetar karena masa lalunya terungkap. Rosella melirik ke arah Jessica dan Rosella pun pasrah kalau memang Jessica yang membocorkan semuanya, walaupun Rosella masih belum mau menuduh. Tapi selama ini Rosella tahu Jessica sangat dekat dengan Livy. Adipura dan Imelda juga membelalak kaget, namun ia masih belum mengerti apa maksud Livy, begitupun dengan peserta rapat yang juga masih tidak mengerti maksud Livy. "Apa maksudnya, Bu Livy? Siapa yang mantan pasien dengan gang
Rosella berangkat ke kantor pagi itu dan semua arsitek yang akan ikut rapat ternyata sudah menunggunya. Mereka pun saling memberi semangat, sebelum akhirnya mereka dibriefing singkat dan masuk ke ruang rapat yang lebih besar daripada biasanya, seperti ruang sebaguna yang besar dan artistik. Jantung Rosella pun berdebar begitu kencang begitu ia masuk, tapi Jordan terus menyemangatinya. Tidak lama kemudian, satu persatu peserta masuk ke sana yang terdiri dari banyak manager senior. Ada juga perwakilan perusahaan lain yang langsung menempati posisi masing-masing. Dan terakhir Adipura dan Imelda juga masuk ke sana, diikuti oleh Jessica dan Livy. "Aku senang sekali semua berkumpul di sini. Seperti yang kita tahu kali ini kita akan mengerjakan proyek besar dan aku juga sudah menunjuk arsitek utama yang akan bertanggung jawab dalam proyek ini." Adipura membuka rapat. "Arsitek muda yang belum lama bergabung dengan WHA, tapi kemampuannya sudah tidak perlu diragukan lagi." "Mari kita sam
"Bagaimana hari ini, Sayang?" Jonathan melakukan video call dengan Rosella dan Julio, sebelum mereka tidur malam itu. Dan Julio pun begitu senang melihat Jonathan yang begitu ia rindukan. Jonathan sendiri sudah mendengar semua cerita detail tentang Rosella dari Jordan dan Jonathan tidak berhenti berterima kasih pada Rosella. Walaupun Rosella sendiri sebenarnya tidak menceritakan apa pun pada Jonathan karena memang ia tidak mau bersikap berlebihan. "Semuanya baik, Jonathan. Julio sekolahnya juga pintar." "Tadi Julio belajar sama Mama sebelum tidur, Papa," celetuk Julio. "Benarkah? Belajar apa, Sayang?" "Julio belajar menulis." "Haha, apa Julio sudah pintar menulis sekarang?""Sedikit-sedikit bisa, Papa. Di rumah Grandma juga Julio belajar menulis." "Siapa yang mengajarimu, Julio?" "Grandpa. Hehe, tulisan Grandpa bagus." Jonathan yang mendengarnya pun langsung tertawa pelan. Mendadak ingatan masa kecil saat Adipura mengajarinya menulis pun muncul di otaknya. "Ya, Grandpa su
Livy keluar dari ruang kerja Jessica dengan geram dan ia langsung melangkah ke ruang kerjanya sendiri. Livy pun melangkah mondar mandir di ruang kerjanya sambil memekik kesal. "Sial kau, Jessica! Hanya karena diselamatkan seperti itu, mendadak kau ada di pihaknya?" "Kau sudah tidak mendukungku lagi bahkan kau mendukung hal yang tidak masuk akal seperti ini!" "Sebenarnya apa yang Om Adipura dan Tante Imelda inginkan? Membuat Rosella akhirnya mewarisi perusahaan ini? Haruskah mereka memperlakukan Rosella begitu special? Sial!" Livy tidak berhenti menggeram kesal sambil duduk di meja kerjanya. Ia pun memejamkan matanya dan berpikir keras, sebelum akhirnya ia memutuskan sesuatu. "Baiklah, Livy! Kau tidak bisa diam lagi karena ternyata satu persatu orang yang berpihak padamu sekarang pindah dan kau sudah tidak punya teman lagi. Bahkan Tante Imelda dan Jessica juga sudah berpihak pada Rosella." "Aku harus melakukan sesuatu. Ya, aku harus melakukan sesuatu," seru Livy sambil meraih po
Beberapa hari berlalu sejak kejadian pelecehan yang hampir dialami Jessica dan beberapa perubahan pun mulai terasa. Adipura marah besar pada keluarga Cedric dan memutuskan hubungan kerja sama walaupun WHA harus mengalami kerugian yang cukup besar. Adipura pun ngotot memenjarakan Cedric agar ia jera dan Jessica pun merasakan betapa ayahnya sangat menyayanginya. Ketulusan ini jujur belum pernah dirasakan oleh Jessica secara nyata. Jessica memang dekat dengan ayahnya dan selalu menuruti apa pun ucapan ayahnya. Namun, ia merasa itu biasa saja dan memang sudah seharusnya. Jessica tidak pernah terlibat masalah apa pun yang membuatnya merasakan pembelaan yang luar biasa sampai kejadian yang ia alami barusan. Ia baru sadar kalau begitu banyak orang yang peduli padanya. Jordan, Rosella, dan kedua orang tuanya. Bahkan Julio yang kecil itu pun yang diberitahu kalau Jessica sakit keesokan harinya langsung mendatangi Jessica dan menemaninya seharian di ranjang. "Cepat sembuh ya, Aunty! Sini
"Cukup, Jordan! Cukup! Jangan bicara begitu! Jessica masih syok!" seru Rosella. "Aku hanya tidak bisa kasihan padanya, Kak! Aku lega karena dia tidak menjadi korban Cedric, tapi aku juga kesal padanya!" Jordan pun terus mengomel dan Jessica hanya terus diam sampai akhirnya rasa mual membuatnya beranjak dari ranjang. Jessica berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua isi perutnya termasuk sisa wine yang sudah diminumnya tadi. "Huwek! Huwek!" Rosella sendiri terus menemani Jessica sambil menepuk punggung Jessica dan mengambilkan tisue untuknya. Jessica pun menerimanya begitu saja tanpa berkata apa-apa. Bukan hanya itu, Rosella juga begitu sibuk mengambilkan Jessica air minum sampai Jordan hanya bisa menatapnya dengan perasaan hangat melihat ketulusan Rosella pada Jessica. "Apa kau tidak membawa jas, Jordan? Kasihan gaun Jessica robek." "Ada di dalam mobil, Kak." "Sana ambilkan! Kasihan Jessica!" Jordan hanya mengembuskan napas panjang lagi, sebelum akhirnya ia pun pergi dar
"Four Season, Jordan! Kita harus segera ke sana! Kita harus menyelamatkan Jessica!" "Aku bersumpah aku mendengarnya ingin melecehkan Jessica, Jordan! Kita tidak bisa membiarkannya!"Rosella begitu panik sampai ia hampir menangis sekarang. Setiap mengingat kata pelecehan, semua hal buruk mendadak berputar di otaknya dan ia pun akan menjadi emosional, apalagi saat ini adik Jonathan yang akan menjadi korban. Rosella benar-benar tidak bisa membiarkannya. "Ayo kita ke sana, Jordan! Ayo kita ke sana! Menyetirlah lebih cepat, Jordan! Kumohon ...." Tubuh Rosella sudah gemetar sekarang sampai air matanya akhirnya menetes juga. Dan Jordan pun bisa merasakan bagaimana Rosella mengkhawatirkan Jessica padahal selama ini Jessica tidak pernah bersikap baik pada Rosella. "Tenang, Kak! Tenanglah!" sahut Jordan akhirnya sambil melajukan mobilnya makin kencang. Jordan pun sempat menelepon ponsel Jessica beberapa kali, namun ponselnya sudah tidak aktif. "Sial! Jessica! Dia mematikan ponselnya!"
Jessica akhirnya tiba di sebuah restoran mewah bersama Cedric. Jessica memakai gaun merah seksi dengan bagian punggung yang terbuka sampai Cedric tidak berhenti memujinya. "Kau luar biasa cantik malam ini, Jessica!" "Hmm, apa biasanya aku tidak cantik, hah?" "Kau selalu cantik, Sayangku." Cedric yang tadinya sudah duduk di hadapan Jessica pun beranjak dari kursinya dan melangkah mendekati Jessica. Cedric meraih tangan Jessica dan menciumnya, sebelum ia menatap wajah cantik itu lekat-lekat. Betapa cantik dan seksi Jessica malam ini dan Cedric sudah tidak tahan lagi untuk menikmati keindahan di balik gaun merah itu. Namun, dengan cepat Cedric menggeleng untuk menepikan pikirannya karena masih ada step yang harus mereka lewati, makan malam, minum, baru menghabiskan malam bersama. "Baiklah, ayo kita makan, Sayang!"Cedric mengajak Jessica makan dan sepanjang makan malam, Cedric tidak berhenti menatap wajah cantik itu. Jessica memang sangat cantik kalau sudah berdandan. "Makanan