Yogi mendongak, dia menindas seperti harimau yang menunjukkan taring dan cakarnya sambil mendekati Fatimah!Ekspresi Fatimah berubah dan dia jatuh terduduk di kursi.Fatimah segera menyadari bahwa sungguh memalukan baginya untuk ditakuti seperti ini oleh seorang junior. Dia berdiri lagi dan ingin mengatakan sesuatu, tapi ditahan oleh Nohan.Nohan relatif tenang, kesimpulannya, Yogi tidak secara langsung mengatakan akan melindungi Cindy, sehingga masih ada ruang untuk berdiskusi mengenai hal tersebut.Dia tersenyum lagi, "Yogi jangan dianggap serius, bibimu nggak sabaran dan berbicara lebih lugas ...."Yogi tidak sabar dengan kata-kata sopan, "Katakan secara langsung."Setelah hening sejenak, Nohan berkata terus terang, "Cindy adalah pelakunya. Cindy menyakiti putriku. Kami harus memasukkan Cindy ke penjara!"Kalimat terakhir sangat yakin!Di meja yang membelakangi Yogi, wanita itu menundukkan kepala untuk makan. Sendok porselen entah bagaimana jatuh ke piring dan mengeluarkan suara gem
Tapi, bahkan dengan janji Yogi, Cindy tidak sepenuhnya yakin.Karena Nohan dan Fatimah bisa menawari Yogi 100 miliar untuk menyerahkan Cindy, siapa yang tahu apa lagi yang bisa mereka lakukan dengan 100 miliar itu?Cindy bahkan sedikit takut menerima panggilan telepon, takut ada telepon lagi dari polisi yang meminta Cindy bekerja sama dalam penyelidikan, sehingga dia sedikit linglung sepanjang pagi.Saat istirahat makan siang, beberapa rekannya mengajak Cindy pergi ke kantin. Cindy dan rekan-rekan di Grup Suhendra tidak terlalu akrab satu sama lain dan jarang makan bersama, tapi karena mereka mengajak, Cindy pun ikut bersama mereka.Baru setelah tiba di sana, dia sadar kenapa mereka mengajak Cindy dengan begitu antusias.Mereka semua ingin mendengar gosip."Bu Cindy, di Internet bilang Nona Liana hampir bunuh diri dengan melompat dari gedung tadi malam. Benarkah?""Bu Cindy, kenapa kemarin kamu nggak masuk kerja? Sepertinya ada yang melihatmu pergi ke kantor polisi. Apa kamu dipanggil
Pengasuhnya tertegun sejenak, "Nggak apa-apa, kami semua baik-baik saja."Cindy menghela napas. Nasnah baru saja menjalani operasi jantung dan tidak bisa kaget. Cindy mengerucutkan bibirnya dan memperingatkan, "Baru-baru ini, kalau kamu mendapat telepon dari orang asing, kalau kamu merasa ada yang nggak beres, tutup saja. Jangan menerima sesuatu dari sumber yang nggak diketahui. Kalau ada sesuatu yang nggak biasa, hubungi aku atau langsung hubungi polis."Pengasuhnya takut dengan nada serius Cindy dan tergagap, "Oke, oke, aku mengerti .... Nona Cindy, apa yang terjadi padamu?" Kenapa terdengar seperti masalah besar?Cindy, "Nggak apa-apa, jangan bicara omong kosong kepada orang tuaku. Aku sibuk dengan pekerjaan jadi nggak bisa kembali di akhir pekan. Aku akan meminta kakakku menjemput ibuku untuk pemeriksaan lanjutan.""Ih, oke, oke."Setelah menutup panggilan telepon, Cindy kembali ke tempat kerjanya dengan agak sedih.Lina meletakkan sebuah kardus, "Bu Cindy, ada pengiriman ekspres k
Yogi juga tidak menyangka Cindy akan berlari ke arahnya seperti ini, dia tertegun sejenak, lalu mengulurkan tangan untuk menerima Cindy ke dalam pelukannya.Tapi, Cindy tidak benar-benar masuk ke pelukannya, Cindy berhenti di depannya.Yogi menopang tubuh Cindy yang terhuyung-huyung, menunduk menatap bagian atas rambut Cindy dan tiba-tiba tersenyum, "Kamu datang kepadaku dengan berlari?""...." Cindy tidak tahu harus berkata apa, dia mengatupkan gigi geraham erat-erat dan ujung hidungnya memerah.Yogi awalnya bercanda, tapi saat melihat ekspresi Cindy aneh, dia berhenti bercanda dan berkata, "Apa yang terjadi?"Cindy menelan ludah dan menggelengkan kepala, "Aku mau pulang ke orang tuaku. Apa kamu bisa mengirimku pulang?"Yogi berkata, "Kamu sekarang dilarang meninggalkan Barat Kota."Cindy mendongak dengan emosi yang runtuh di matanya, "Apa kamu juga nggak berdaya?"Yogi tidak berbicara, di sini Grup Suhendra, tak cocok untuk membicarakan itu, dia melepas jaket dan menyampirkannya pada
Cindy diajak turun dari mobil secara paksa.Sekarang sudah gelap gulita, alun-alun terbesar di Barat Kota ini dihiasi lampu-lampu malam tahun baru. Mereka berjalan mengikuti keramaian dan langsung melebur dengan suasananya.Cindy dan Yogi berjalan berdampingan, orang yang berpapasan dengan mereka ada pasangan muda, keluarga beranggotakan tiga orang dan orang-orang tua yang bermain dengan anak-anak kecil.Suara tawa, musik dan obrolan membaur, tidak terasa berisik, hanya terasa ramai, begitulah keramaian dunia ini.Ada penjual keliling yang menjual jajanan khas di samping alun-alun. Mereka melewati warung barbeque. Pemilik warung mungkin menaruh terlalu banyak minyak dan minyaknya menetes ke arang. Dengan bunyi "ledakan", api melesat ke langit!Saking terkejutnya, Cindy mundur selangkah dan menabrak dada Yogi, Yogi secara alami memeluk Cindy dan menunduk.Cahaya api memantulkan pipi mulus Cindy, Cindy membuka matanya lebar-lebar karena terkejut. Akhirnya, dia tidak lagi merasa bimbang d
Yogi mencubit pipi Cindy dengan satu tangan agar Cindy menoleh padanya. Wajah mereka disinari oleh cahaya hangat dan warna mata Yogi tampak lebih terang dan lembut."Dulu aku membencimu karena menjauhiku dan memusuhiku, tapi sekarang aku nggak suka melihatmu depresi dan ketakutan. Apakah alasan ini cukup?"Alis Cindy sedikit berkedut dan matanya tiba-tiba menjadi panas.Suasana hati yang bagaikan direndam dalam air pahit selama sehari, seakan ceria pada saat ini dan sepertinya ada sesuatu yang akan mendesak keluar tak terkendalikan.Yogi berkata, "Apa Pohon Api dan Bunga Perak terlihat bagus? Ada aku di sini, kalau kamu ingin lihat, kamu bisa lihat kapan saja.""...." Cindy menundukkan kepala dengan panik, tidak tahu harus berkata apa dan napasnya tidak teratur.Tiba-tiba terdengar alunan musik yang tidak asing, santai dan ceria di alun-alun. Entah siapa yang memimpin atau mungkin karena ini malam tahun baru dan juga hari libur yang begitu membahagiakan, tidak peduli laki-laki, perempu
Segera setelah pintu penthouse suite dibuka oleh kartu kamar, pria itu masuk sambil merangkul wanita itu.Cindy tersandung pijakan kaki di pintu dan terhuyung. Yogi langsung menggendong Cindy, lalu berbalik dan menempelkannya di lemari sepatu di pintu masuk.Cindy bahkan tidak sempat bereaksi, tubuh tegap Yogi menempel di antara kedua kaki Cindy dan langsung menciumnya.Dia menciumnya dengan mesra dan penuh gairah, bahkan sedikit sembrono, seolah-olah dia bukan Pak Yogi yang dingin, tidak berperasaan dan tegas sekarang, tapi ....Tapi, hanya murni seorang pria.Seorang pria yang merindukan wanitanya.Cindy terpaksa mendongak dan giginya dibuka. Dia memegang bagian belakang kepala Cindy dan menekannya untuk menjerat lidah Cindy. Cindy tidak bisa bernapas, pikirannya menjadi kosong dan sedikit linglung. Cindy sepertinya ... sepertinya belum menyetujuinya 'kan?Cindy hanya ....Hanya apa?Cindy dijerat olehnya hingga pikirannya menjadi kacau dan tidak dapat mengingat apa pun. Yang terpiki
Tak perlu obat tidur malam ini pun Cindy bisa tidur pulas.Sebelum tidur, Cindy samar-samar berpikir bahwa sejak Yona ada di dekat Yogi, saat beberapa kali mereka berhubungan seks, Cindy kebanyakan menolak, jadi Cindy tidak merasakan apa pun.Tapi, kali ini, Cindy benar-benar santai dan menerimanya. Perasaannya benar-benar berbeda.Rasanya nyaman, bahkan membahagiakan.Tapi, saat sedang tertidur, tiba-tiba Cindy merasa sedikit gatal di wajahnya, dia membuka matanya dengan lesu dan melihat Yogi menindih Cindy."Apa yang kamu lakukan ...."Yogi tersenyum, "Sudah bangun?"Seolah kalau Cindy sudah bangun, berarti menyetujui aksinya, dia langsung memegang pergelangan kaki Cindy dan mengangkat salah satu kaki Cindy.Cindy terbangun sejenak, "Nggak mau lagi ...."Itu hanya berlangsung sedetik, lalu detik berikutnya, Cindy kembali terseret ke dalam kekacauan.Kali ini, Yogi tidak melepaskan Cindy dengan cepat.Saat air mata Cindy membasahi bantal dan melihat sekilas sinar fajar di cakrawala da