Segera setelah pintu penthouse suite dibuka oleh kartu kamar, pria itu masuk sambil merangkul wanita itu.Cindy tersandung pijakan kaki di pintu dan terhuyung. Yogi langsung menggendong Cindy, lalu berbalik dan menempelkannya di lemari sepatu di pintu masuk.Cindy bahkan tidak sempat bereaksi, tubuh tegap Yogi menempel di antara kedua kaki Cindy dan langsung menciumnya.Dia menciumnya dengan mesra dan penuh gairah, bahkan sedikit sembrono, seolah-olah dia bukan Pak Yogi yang dingin, tidak berperasaan dan tegas sekarang, tapi ....Tapi, hanya murni seorang pria.Seorang pria yang merindukan wanitanya.Cindy terpaksa mendongak dan giginya dibuka. Dia memegang bagian belakang kepala Cindy dan menekannya untuk menjerat lidah Cindy. Cindy tidak bisa bernapas, pikirannya menjadi kosong dan sedikit linglung. Cindy sepertinya ... sepertinya belum menyetujuinya 'kan?Cindy hanya ....Hanya apa?Cindy dijerat olehnya hingga pikirannya menjadi kacau dan tidak dapat mengingat apa pun. Yang terpiki
Tak perlu obat tidur malam ini pun Cindy bisa tidur pulas.Sebelum tidur, Cindy samar-samar berpikir bahwa sejak Yona ada di dekat Yogi, saat beberapa kali mereka berhubungan seks, Cindy kebanyakan menolak, jadi Cindy tidak merasakan apa pun.Tapi, kali ini, Cindy benar-benar santai dan menerimanya. Perasaannya benar-benar berbeda.Rasanya nyaman, bahkan membahagiakan.Tapi, saat sedang tertidur, tiba-tiba Cindy merasa sedikit gatal di wajahnya, dia membuka matanya dengan lesu dan melihat Yogi menindih Cindy."Apa yang kamu lakukan ...."Yogi tersenyum, "Sudah bangun?"Seolah kalau Cindy sudah bangun, berarti menyetujui aksinya, dia langsung memegang pergelangan kaki Cindy dan mengangkat salah satu kaki Cindy.Cindy terbangun sejenak, "Nggak mau lagi ...."Itu hanya berlangsung sedetik, lalu detik berikutnya, Cindy kembali terseret ke dalam kekacauan.Kali ini, Yogi tidak melepaskan Cindy dengan cepat.Saat air mata Cindy membasahi bantal dan melihat sekilas sinar fajar di cakrawala da
Locky segera berbalik.Setelah terdiam beberapa saat, dia menggaruk kulit di belakang telinganya dan mendongak untuk menatapnya, "Kak Yogi, apa kamu sudah berdamai dengan Bu Cindy?"Yogi memegang gelas di tangan, dengan bagian bawah cangkir bertumpu pada telapak tangan yang lain dan berkata, "Hmm."Locky, "Lalu kenapa kamu ...."Mata Yogi membeku.Locky berhenti bicara.Setelah berpikir sejenak, dia sepertinya mengerti, dia terkekeh dan bersandar di kursi dengan santai, "Pantas saja orang bilang rasa sakit adalah guru terbaik .... Oke, aku mengerti, aku akan lakukan."Layanan kamar datang untuk mengantarkan makanan dan Locky hendak melihat ada apa yang enak, tapi dia diusir oleh Yogi, "Aku nggak menyiapkan bagianmu."Locky tertawa dan memarahi, "Oke! Aku ini sapi tua, aku hanya disuruh bekerja tanpa diberi makan. Aku akan mencari makanan sendiri."Yogi mengambil kunci mobil yang dia lempar ke atas meja ketika memasuki pintu, lalu dilempar padanya, "Hati-hati."Locky melambaikan tangan
Cindy tertegun.Pikiran-pikiran yang semula kacau pun segera terurai, Cindy duduk di meja makan dan menegakkan tubuh sambil memandang laki-laki di seberangnya, "Pak Yogi, apa kamu salah ingat? Aku nggak menjanjikan apa pun tadi malam."Yogi menoleh dengan tatapan tajam. Tatapan ini memiliki aura Yogi yang biasa, "Kamu nggak berjanji padaku? Kalau begitu pergi lihat ada apa di tempat sampah di kamar tidur."Mereka tadi malam menggunakan beberapa ....Dia mengingatkan Cindy apa yang telah mereka lakukan.Hubungan sudah seperti itu, Cindy masih bilang tidak setuju?Cindy tampak gelisah.Cindy mula-mula mengambil sepotong kue kecil, memakannya untuk mengenyangkan perut dan berbisik, "Bukankah Pak Yogi selalu seperti ini? Berhubungan intim nggak ada hubungannya dengan status. Sering terjadi memiliki hubungan tapi nggak memberikan status."Cindy tidak memiliki status selama tiga tahun bersamanya.Cindy mendongak dan menatap wajahnya yang dingin, "Aku belum pernah mendengar Pak Yogi memberika
"...."Hal semacam itu seharusnya terjadi secara alami, mana bisa memberi tahu orang bersiap terlebih dahulu?!Karena perkataannya, Cindy makan dengan gelisah. Setelah selesai makan, dia buru-buru menelepon untuk meminta seseorang membantu dia mengambilkan pakaiannya.Yogi datang langsung dari belakang, memeluk Cindy dan berkata dengan nada dingin, "Bayar dulu."Cindy tidak menyangka dia serius sehingga Cindy menolak, menendang dan berjuang untuk melompat ke bawah, "Yogi! Turunkan aku! Kamu nggak bisa ... kamu ... tunggu sebentar!"Kata-kata lainnya terhalang saat pintu kamar dibanting hingga tertutup.Walaupun Pak Yogi kurang suka dengan kualitas hotel ini, tapi lantai paling atas memang berkualitas, setidaknya insulasi suaranya sangat bagus.Sekeras apa pun teriakan Cindy, tidak akan terdengar.....Setelah Locky turun, dia duduk di mobil, lalu menelepon terlebih dahulu, memerintahkan anak buahnya untuk melakukan perintah dari Yogi, lalu dia menyalakan rokok di dalam mobil.Dia suka
Hari sudah sore ketika Cindy bangun, setelah disiksa oleh Yogi, hari sudah gelap lagi.Suite ini sebenarnya sangat bagus, tidak ada gedung yang lebih tinggi di depannya, bisa melihat bulan diam-diam naik ke atas awan dari jendela.Cindy terbungkus selimut dengan setengah tertidur. Yogi mengganti pakaiannya dan berlutut di tepi tempat tidur untuk menarik Cindy berdiri.Cindy mengira Yogi ingin melakukannya lagi, jadi dia tidak bisa menahan erangan dan bersembunyi di balik selimut, dia sudah menyesal membicarakan masalah status dengan Yogi di sore hari.Dia menaruh dendam pada Cindy, ketika melakukannya, dia dengan sengaja menyiksa Cindy di titik kritis, memaksa Cindy untuk mengatakan bahwa Cindy tidak akan pernah lagi menuduhnya memiliki wanita lain dan tidak akan pernah mengatakan tentang tidak saling berutang lagi.Ketika Cindy memohon ampun dan bilang tidak mau lagi, dia mencubit pinggang Cindy dan melanjutkan sambil mengatakan bahwa Cindy tidak percaya bahwa dia sudah lama berpuasa
Teh yang disediakan Aula Komedi adalah Teh Lipton. Rasanya manis dan sepat saat masuk ke tenggorokan. Cindy mengerucutkan bibirnya, "Yogi, kamu ....""Bukankah kamu memanggilku Yoyo?" Yogi bertanya dengan suara kecil. Tangan Cindy yang memegang cangkir sedikit bergetar dan beberapa tetes teh tumpah dan jatuh ke atas meja, meninggalkan bekas air.Dia mendengar nama yang Cindy panggil tadi malam.Yogi memandang Cindy, "Kamu belum pernah memanggilku seperti itu sebelumnya. Kapan itu dimulai?"Cindy menyeka teh dengan lap, tapi sisa air masih tertinggal di meja.Yogi masih memperhatikan Cindy, temannya biasanya memanggilnya "Yogi" atau "Kak Yogi". Baru kali ini dia mendengar ada yang memanggilnya "Yoyo".Kedengarannya lebih intim daripada "Yogi"."Apa itu dimulai beberapa hari terakhir ini?" Dia mengira itu karena dia menemani Cindy selama periode ini dan hati Cindy melunak padanya, jadi dia mendapat nama panggilan ini.Tapi, ternyata tidak.Nama panggilan ini sudah lama ada di hati Cindy,
"...." Cindy masih menekan tombol lantai atas untuknya.Biarpun kalau ada Yogi, Cindy terus saja berurusan dengannya dan tidak sempat memikirkan Liana atau kasusnya. Dari aspek tertentu, kehadirannya membuat Cindy merasa lebih nyaman.Tapi, membayangkan menghabiskan sepanjang malam hanya tidur bersamanya di bawah selimut, itu membuat Cindy merasa canggung.Karena tidak peduli tiga tahun atau beberapa kali ini, mereka tidak pernah hanya sekadar tidur di ranjang yang sama. Cindy merasa aneh saat memikirkan adegan itu.Yogi kembali menatap ke arah Cindy. Laki-laki yang tadinya tidak menaruh perhatian pada Cindy, kini matanya tak pernah lepas dari Cindy. Cindy mengerucutkan bibirnya, "Pak Yogi, ini lebih pantas."Yogi terkekeh pelan.Sesampainya di lantai 12, Cindy keluar lebih dulu, "Selamat malam Pak Yogi ...."Sebelum kata terakhir selesai diucapkan, tiba-tiba Yogi meraih lengan Cindy, menarik Cindy, menundukkan kepala dan mencium bibir Cindy!Cindy tercengang.Pintu lift perlahan menut