Apa?! Cindy menegakkan tubuh, "Benarkah?"Yogi melempar ponsel Cindy ke atas selimut dan memberi isyarat agar Cindy melihatnya. Itu adalah panggilan telepon dari Selina.Cindy dengan cepat menjawab, "Selina?"Selina mendengar suara Cindy dan menghela napas lega, "Kamu akhirnya menjawab panggilan telepon. Ke mana saja kamu selama dua hari terakhir ini? Kamu nggak membalas pesanku dan nggak menjawab panggilanku. Aku pergi ke hotel tempat kamu tinggal untuk mencarimu tapi nggak dapat menemukanmu. Kupikir Keluarga Niken sudah mem .... Kupikir kalau aku masih nggak dapat menghubungi kamu hari ini, aku akan lapor pada polisi."Cindy mengerjap, itu karena Cindy bersama Yogi dua hari ini dan ponselnya ada di tas, tas itu ada di kamar lantai atas dan Cindy tidak mencari ponsel."Aku baik-baik saja.""Baguslah kalau nggak apa-apa. Oh ya, laranganmu meninggalkan Barat Kota telah dicabut, kamu bisa bepergian dengan bebas."Cindy bertanya, "Kenapa tiba-tiba dicabut?""Setelah beberapa kali diintero
Barat Kota hanya berjarak empat jam dari Kota Shigo dengan berkendara di jalan tol.Cindy sudah tidak mencemaskan kasus Liana lagi, suasana hatinya santai. Dia pertama-tama membalas pesan yang dia lewatkan dalam dua hari terakhir setelah "menghilang" kemudian merasa mengantuk.Terutama karena aroma kayu manis di dalam mobil yang membawa suasana hangat di musim hujan dan sangat menghipnotis. Cindy menyandarkan kepala ke jendela mobil dan perlahan menutup matanya.Dia tidak tidur nyenyak, jadi dia terbangun ketika Yogi mengulurkan tangan untuk dijadikan sandaran kepala Cindy.Cindy mendongak sedikit dan melihat Yogi memegang tablet di satu tangan dan membaca email sedangkan tangan lainnya berfungsi sebagai bantalan untuk menghalangi kepala Cindy dari kaca untuk menghindari Cindy terbentur saat kendaraan bergetar ketika melewati jalan yang tidak rata.Gerakannya begitu alami, seolah-olah memang seharusnya demikian.Tidak heran orang mengatakan bahwa pria sangat berbeda ketika mereka pedul
Ibu dan putrinya itu berjalan berdampingan di jalan batu di kota kecil.Cindy berbicara dengan Nasnah sambil berjalan. Tentu saja dia hanya menceritakan hal baik dan menghindari hal buruk.Saat Nasnah senang, reaksinya lebih cepat dari biasanya. Dia bahkan memberi tahu Cindy, "Ayahmu pergi terapi. Kita sekalian jemput ayahmu pulang nanti.""Oke."Sebulan terakhir, Danang menjalani pengobatan alternatif di ahli pengobatan alternatif untuk mengobati kepincangannya. Cindy mendengarnya dari pengasuh itu.Cindy mengikuti Nasnah ke pasar sayur, selain membeli iga, dia juga membeli banyak bahan makanan lainnya, antara lain ayam, bebek, ikan, daging dan sayur.Cindy ingin mengatakan bahwa dia hanya akan tinggal selama dua hari, makanan sebanyak itu tidak akan habis dimakan, tapi Nasnah adalah tipe orang tua yang ingin memberi makan anaknya yang jarang pulang agar berat badan bisa bertambah 4-5 kilogram sebelum pergi, sehingga dia tidak bisa dihentikan.Cindy tak punya pilihan selain mengirim p
Yogi menoleh, meletakkan ponsel dan berkata dengan acuh tak acuh, "Dia datang cukup cepat. Undang dia ke sini.""Ya."Qweneth melambaikan tangan, pengawal yang bersembunyi di suatu tempat muncul dan menghentikan mobil itu.Qweneth berjalan ke mobil dan mengatakan sesuatu lalu orang di dalam mobil itu keluar.Itu memang Laskar.Laskar melirik Yogi sambil tersenyum samar, lalu memasukkan tangan ke dalam saku dan mengikuti Qweneth.Yogi sedang duduk di kafe model terbuka, Laskar berkata, "Akhir-akhir ini Pak Yogi terlalu santai. Sebentar pergi ke Barat Kota, sebentar lagi datang ke sini, direktur yang bermartabat berlarian sana sini. Apa Grup Mega begitu depresi?"Yogi, "Adik sepupu Pak Laskar sudah ditangkap polisi, kamu nggak membantu di Barat Kota malah datang ke sini, bukankah agak membingungkan?"Dua pria yang sama-sama muda dan tampan itu bertemu di sebuah kota kecil, yang satu tersenyum, yang lain tenang dan acuh tak acuh, tapi kata-katanya berbau mesiu dan sengit.Dengan senyuman
Yogi mendekat bersama perahu, dia mengenakan jas hitam tapi berdasi merah tua, seperti cahaya terang di malam kutub, menembus kegelapan dan menghantam hati Cindy dengan keras."...."Perahu perlahan-lahan merapat dan Yogi mengulurkan tangannya kepada Cindy, meminta Cindy untuk melompat ke atas kapal dan menemaninya.Cindy tidak bergerak.Kecuali saat di dalam lift, Cindy tidak pernah berinisiatif berlari ke arahnya, melainkan hanya menatapnya lekat-lekat.Yogi meminta tukang perahu untuk maju sedikit, ketika masih berada empat puluh atau lima puluh sentimeter dari tepian, tiba-tiba dia melompat ke depan Cindy!Cindy kaget saat melihatnya "menyerbu" ke arahnya, Cindy secara naluriah ingin mundur, tapi dia menarik Cindy ke dalam pelukannya.Laki-laki memang berbahu lebar dan berpinggang sempit, dia juga mengenakan jas hitam, sat memeluk Cindy seperti ini, sepertinya dia menyembunyikan seluruh Cindy di pelukannya.Hidung Cindy yang agak dingin karena angin dingin pun membentur dadanya yan
Cindy marah dan malu, dia menggertakkan gigi dan memarahi, "Jadi, kamu mencariku hanya untuk ini?"Ubun-ubun Cindy sepertinya terhantam sesuatu dan dia tiba-tiba berpikir, apakah ini metode baru Yogi?Dulu Yogi "kecanduan tidur" dengan Cindy dengan cara paksa, yaitu memaksa Cindy untuk tinggal bersamanya, tapi sekarang dia berubah menggunakan taktik lembut? Apakah Cindy ditipu lagi olehnya?Cindy kesal, dia menolak dan mendorong Yogi.Yogi meraih pinggang Cindy dari belakang, "Ada cinta baru ada nafsu."Cindy tiba-tiba merasakan bulu kuduknya berdiri dan matanya menjadi kabur, "Aku belum pernah mendengar teori ini. Bukankah kalian pria bisa tidur dengan wanita mana pun?""Aku nggak bisa, aku pemilih, hanya kamu."Cindy bergumam, "Pria bisa mengatakan apa pun demi mencapai langkah terakhir."Yogi menatap mata Cindy dalam kegelapan, "Kalau langit sudah terang, aku akan katakan sekali lagi padamu."Cindy merasa dirinya konyol malam ini.Kekonyolan membawa Yogi pulang, kekonyolan ingin mem
Danang tidak sengaja menginjak batu, dia terhuyung dan terjatuh ke depan. Yogi meraih lengannya tepat waktu untuk menstabilkan tubuhnya.Danang tanpa sadar mendongak dan melihat pria berjas mahal ini, dia tertegun sejenak, lalu merasa canggung dan berkata dengan cepat, "Terima kasih, terima kasih."Yogi berkata dengan tenang, "Nggak perlu."Danang tersenyum dan terus berjalan ke depan, Yogi juga berjalan di sampingnya, langkahnya tidak cepat, sepertinya dia juga berjalan ke arah yang sama.Danang merasa tertindas entah kenapa dan bertanya dengan sopan dan canggung, "Aku lihat kamu juga keluarga dari Gang 8, kebetulan sekali. Rumahku juga di Gang 8. Kamu kerabat dari keluarga yang mana? Aku sudah tinggal di sini selama beberapa tahun tapi belum pernah melihatmu."Yogi memiliki temperamen cuek, "Kalau aku sebut sebuah nama, kamu pasti pernah dengar.""Benarkah? Kalau begitu coba katakan." Danang tampak tertarik dan Yogi berhenti dan mengucapkan satu kata dengan dingin, "William."Danang
Qweneth di sebelahnya juga memahami seluk beluk masalah tersebut.Dia merasa kalau Pak Yogi tahu soal ini, Pak Yogi pasti akan membantu Bu Cindy, maka dia mengambil langkah pertama."Bu Cindy, jagalah Bibi, aku akan selidiki perawat pribadi itu."Qweneth memiliki koneksi dan sumber daya, akan lebih cepat kalau dia yang memeriksanya.Cindy tidak menolak, hanya tampak tegang, "Maaf merepotkanmu."Qweneth sangat efisien dalam melakukan sesuatu, bahkan sebelum laporan pemeriksaan lanjutan Nasnah keluar, dia sudah menemukan perawat pribadi itu dan langsung membawanya.Di sudut tempat parkir rumah sakit.Perawat Pribadi itu terjebak di sana dan mencoba melarikan diri beberapa kali, tapi keempat pengawal yang kuat itu terlihat sangat galak sehingga mereka bahkan tidak perlu melakukan apa-apa, hanya berdiri di sana sudah membuat dia takut hingga tidak berani bertindak gegabah.Perawat Pribadi menelan ludah, mengerutkan kening dan bertanya, "Kalian, siapa kalian? Apa yang ingin kalian lakukan?