Sesampainya Barra di rumah ia langsung di sambut oleh tamparan dari Arista, juga tatapan tajam dari orang kepercayaan Arista. Sarah sudah tertidur di kamar utama dan di tangani oleh dokter Linda, sedangkan barang-barang milik Sheila sudah dilempar asal keluar kamar karena Arista merasa Sheila tidak pantas menempati kamar itu."Barra, mari kita bicara." ajak Ryan dengan sebuah dokumen di tangannya. "Apa yang mau anda bicarakan?" "Ini menyangkut Sarah, tolong jelaskan kepada saya mengapa anda bisa sampai tega berbuat seperti itu terhadapnya?"Barra mendecih kesal, "Anda tidak perlu tau apa alasan saya,""Tapi saya berhak tau, karena saya akan membuat laporan ke kepolisian atas tuduhan pasal kekerasan dalam rumah tangga dan perzinahan. Kamu tidak akan bisa lolos dengan mudah, jika saya juga menyertakan hasil visum Sarah." sahut Ryan.Kedua mata Sheila mendelik mendengar ucapan terakhir Ryan, "Maksud anda apa? anda menuduh saya dan Barra berzinah?!""Memang begitu kan? kalau bukan begit
"Wanita itu telah menandatangi surat perjanjian ini Sarah, ibu mohon tolong jangan meminta cerai dari Barra. Kita akan melawan Sheila bersama-sama, tolong bertahan demi hak calon cucu ibu." ujar Arista seraya mengelus perut Sarah. Sarah menunduk lesu, "Tapi Sarah tidak yakin apa Sarah bisa membuat Barra kembali seperti dulu dan menyingkirkan Sheila, Sarah saja tidak tau alasan Barra bisa berubah drastis sikapnya.""Kamu pasti bisa membuat mereka tunduk kepadamu Sarah, kamu punya surat perjanjian ini dan saham milikmu yang dulu sudah kita buat." Sarah terdiam sejenak, sampai akhirnya ia mengangguk dengan penuh keyakinan. Sarah harus membalas perbuatan mereka, Sarah harus bangkit demi merebut kembali segala yang ia miliki dari Sheila."Munculah ke Amethyst sebagai nyonya besar, kita buat semua orang yang ada disana tunduk terhadapmu." ujar Arista."Baik bu,"Setelah mengobrol beberapa saat, Arista akhirnya pergi karena ia mendapat client mendadak di butiknya. Claudia pun ikut bersama
Karena tidak ada lagi yang harus di selesaikan di rumah, Barra dan Sheila kembali ke kantor karena ada beberapa pekerjaan mereka yang belum di selesaikan. Barra hanya berharap semoga hari ini berjalan dengan baik tanpa ada satupun masalah lagi, ia sudah penat menghadapi masalah yang selalu datang bertubi-tubi sejak kemarin. Namun ternyata permintaan Barra kali ini tidak bisa ia dapatkan, Barra baru saja datang ke kantor dan menginjakkan kakinya di lobby namun ia sudah mendapatkan kabar yang tidak mengenakkan dari salah satu karyawannya. Tanpa menunggu lagi Barra segera menuju ke ruang rapat, saat ia sampai disana ternyata para pemegang saham yang lain sudah datang termasuk Arista. "Ah, akhirnya kamu datang juga." ucap Arista seraya meletakkan dokumen di tangannya."Katakan, ada masalah apalagi yang terjadi bu?""Silahkan duduk dulu, ibu akan memulai rapatnya." titah Arista.Barra membaca isi dari kertas yang ada di mejanya, alangkah terkejutnya ia saat mengetahui jabatannya kini s
Hari yang ditunggu Sarah pun tiba, ia sudah siap dengan penampilan terbaiknya untuk mengejutkan semua orang. Setelan berwarna hitam, rambut yang ditata elegan juga make up tipis menghiasi wajah Sarah. Meski tengah mengandung namun kecantikan Sarah tetap tidak berkurang, ia justru malah terlihat semakin keibuan dan lembut.Sarah menuju ke meja makan dengan tatapan percaya dirinya, sedangkan dua orang di meja makan nampak terkejut melihat perubahan Sarah pagi ini. "Selamat pagi," sapa Sarah seakan tidak terganggu lagi dengan apa yang mereka lakukan."Sarah, mau kemana kamu?" tanya Barra menelisik penampilan Sarah dari ujung kepala hingga kaki.Barra jelas terpesona melihat Sarah, jika dibandingkan dengan Sheila Sarah jauh lebih cantik dan entah mengapa ada perasaan aneh yang muncul di hatinya namun sulit dijelaskan. Entah jatuh cinta atau yang lain, namun perasaan Barra terasa tidak asing. "Aku mau pergi kerja," sahut Sarah santai sembari menikmati sarapannya. "Kerja? tidak, tidak bo
Meeting untuk serah terima jabatan di mulai, semua pemegang saham sudah berkumpul di ruangan tersebut dan siap menyambut atasan baru mereka. Beberapa dari mereka meragukan kepemimpinan Sarah, terutama karena Sarah masih muda dan mereka belum tau kinerja Sarah. Tapi mereka tidak bisa berbuat apapun selain menerima Sarah, lagipula yang mereka inginkan sebenarnya adalah dividen yang meningkat setiap tahunnya.Setelah serah terima jabatan selesai, semua orang langsung berpindah ke ruangan yang sudah disiapkan untuk menyelanggarakan pesta penyambutan Sarah. Saat Sarah hendak melewati meja Sheila, Sheila dengan sengaja mengeluarkan kakinya dari meja dengan tujuan untuk menjegal Sarah. Sheila pikir Sarah tidak tau rencana jahatnya itu, Sarah justru malah dengan sengaja mendekati kaki Sheila dan menyandungkan kakinya. Teriakan Sheila menggema di seluruh ruangan, Sheila berteriak histeris karena seluruh makanan dan minuman yang Sarah bawa tumpah membasahi wajah dan tubuhnya. "Sheila, kamu ti
Barra kembali ke rumah pada malam hari tanpa Sheila, hari ini Sheila harus menginap di rumah sakit karena ada beberapa hal tentang Dhafin yang harus Sheila urus. Dalam keadaan sempoyongan Barra masuk ke dalam rumah, sejak meminum obat dari Sheila Barra merasakan sensasi aneh di kepalanya. Barra tidak bisa berpikir dengan jernih, juga ia seperti merasa linglung setiap kali ingin mencoba fokus.Sarah yang melihat Barra termenung di ambang pintu berjalan menghampirinya, beberapa hari tidak bersamanya entah mengapa Sarah melihat kharisma Barra agak meredup. Auranya tidak secerah dulu, bahkan Barra nampak terlihat agak kurus dan lelah juga terlihat tidak terawat dengan brewok yang mulai terlihat berantakan."Barra," panggil Sarah.Barra menoleh pada wanita cantik di hadapannya, dalam sekali pandang Barra dapat merasakan sesuatu yang begitu menyayat hatinya. Barra menyentuh sisi kiri pipi Sarah, merasakan pipi lembut meronanya yang seperti buah peach. 'Apa aku benar-benar membencinya? meng
"Kamu harus membantuku Nathaniel, aku tidak punya uang lagi untuk menjalankan rencanaku. Percaya padaku, aku akan melunasi semua hutangku jika aku berhasil mendapatkan Amethyst." bujuk Sheila pada pria di hadapannya. "Sheila, bukankah kejadian Dhafin sudah cukup untuk menyadarkanmu juga rencanamu yang gagal ini. Sadarlah Sheila, semua rencanamu tidak ada yang berhasil dan malah membuatmu semakin hancur." "Tapi Nathan, kali ini aku pasti akan berhasil. Aku janji, tolong percaya padaku Nathan." pinta Sheila memohon, tatapannya begitu putus asa.Nathaniel menghela nafas panjang, Sheila begitu keras kepala memperjuangkan Barra yang jelas-jelas tidak menginginkannya padahal ada dirinya disini yang selama ini menginginkannya. Bertahun-tahun Nathaniel memendam rasa untuk Sheila, bahkan ketika Sheila di buang oleh semua orang Nathaniel lah yang ada untuknya. Bertahun-tahun menepis rasa ini, tetap saja posisi Sheila tidak bisa digantikan oleh wanita manapun. Entah apa yang membuat Sheila beg
Sheila mengamuk di dalam pantry seperti wanita yang tidak waras, ia terus menyalahkan Sarah atas penghinaan yang ia terima dari Luna. Jika bukan karena Sarah yang menghancurkan moodnya, ia tidak akan mungkin menggerutu di depan Luna dan dihina seperti itu. Sheila mengambil ponselnya dan mencoba mengubungi Barra, namun sayang panggilannya tidak kunjung dijawab oleh Barra. "Awas kamu Sarah, akan kubuat kamu kembali ke tempat asalmu dan membuatmu menjadi bahan tertawaan orang-orang!" ujar Sheila. ********Barra terbangun di siang hari saat netranya terpapar sinar mentari yang mulai menyeruak masuk ke ruang kerjanya, matanya mengerjap dan mencoba melihat waktu yang tertera di jam dinding ruangannya. Barra teramat terkejut saat mengetahui kalau waktu sekarang sudah hampir menjelang makan siang, ia bangkit dari sofa ruang kerjanya dan segera bergegas ke kantor tanpa mengisi perutnya terlebih dahulu.Tidak hanya kesiangan, ia bahkan juga mungkin akan terlambat menghadiri rapat penting yang