Setelah kejadian semalam Jolly merasa Shega sudah mulai menerimanya. Dekapannya yang hangat, pelukannya yang manja. Jolly sangat menyukai itu.
Pagi ini Jolly juga begitu semangat, tanpa harus menerima wejangan dari Bundanya. Pukul 06:30 bahkan Jolly sudah berada di sekolahnya, tak sabar untuk melanjutkan misinya yang sedikt lagi berhasil.
“Huh ... gak sia-sia juga perjuangan gue,” ucap Jolly usai turun dari mobilnya.
“Pokoknya Shega haus jatuh cinta dulu sama gue,” batin Jolly sambil menancapkan tangan di pinggangnnya.
Segera ia berjalan menuju kelasnya, sudah lumayan banyak siswa yang datang, tapi yang Jolly tunggu sekarang hanyalah Shega. Pagi ini Jolly sudah siap menyambut pujaan hatinya dengan sekotak sarapan di tangannya.
Pagi itu Jolly sangat ramah ke semua siswa, lengkungan bibirnya ia tebarkan sangat tulus. Tidak biasanya Jolly seperti ini. Tapi sunggguh, Jolly bahagia teramat sangat.
“Neng dibayar berapa lu ama sekolah jadi patung selamat datang? Hahaha ....” Gelak tawa dari Dara and the genk yang membuat pagi Jolly menjadi suram.
“Diem deh lo pada! Masih pagi gak usah ngajak gue tawuran.” Sentak Jolly, seraya memutar matanya malas.
“Ehem, ada yang gak tau malu ini,” sambar Pasha.
“Iya nih, udah tau ditolak, tapi masih aja dkejar. Gue sih udah langsung skip itu,” sambung Dara sarkastis.
“Maklum aja, kan cewe murahan.” Sindir Pasha.
“Murahan? Berarti sama kaya baju 30 ribu dapet dua di toko Pak Rojak itu ya? Soalnya kemarin Nuna juga abis beli di situ,” ujar Nuna si cewe polos.
Dara sudah menampakkan wajah gusarnya, “ih lo yang bener aja, ini lagi serius,” ujar Dara seraya menyenggol bahu Nuna pelan. Sementara Nuna tidak menggubris sama sekali, ia hanya menyembulkan bibir kekesalannya.
“Ya lagian gak level banget gak sih kalo cewe yang ngejar duluan, kesannya kaya murahan banget gitu.” Dara terkekeh merasa puas dengan ucapannya barusan.
“BAHAHAHAHAHA.” Gelak tawa dari ketiganya yang dapat membuat gendang teling pecah bagi siapa saja yang mendengarnya.
“Heh curut Afrika! Menurut gue sih lebih murahan cewe yang di jadiin selingkuhan, udah tau tu cowo punya pacar, tapi masih aja di kejar. Upss ...,” balas Jolly dengan tampang angkuhnya.
“Apa sih ini pagi-pagi rame amat dah, ada give away-kah?” canda Qyara yang tiba-tiba muncul dari belakang.
“Pala lu jajargenjang ada give away dari mane, nih biasa para curut suka nyari gara-gara tiap pagi,” jawab Jolly kesal.
“Hadeuh, gak ada abisnya ya lo pada.” Kata Qyara.
“Eh? Shega.” Panggil Jolly.
Shega yang baru saja datang sudah disambut hangat oleh Jollly. Ia mengenakan seragam dengan kancing atas yang ia biarkan terbuka membiarkan dada bidangnya terlihat. Dengan membawa tas yang ia biarkan menggantung di satu bahunya. Terlihat sangat tampan, siapa saja yang meliriknya pasti akan terpesona akan kerupawanannya. Kendati wajahnya, suara beratnya saja mampu mengelabui wanita mana pun.
Shega bergeming kala Jolly memanggilnya. Retina matanya tersorot pada Jolly cukup lama. Shega berhasil membuat Jolly salah tingkah.
“Eummm, i-ini gue bawaiin sarapan buat lo,” ucap nya gelagapan. Sifatnya yang pemberani seketika menciut kala di hadapkan dengan Shega.
Ia sangat tau bagaimana kondisinya saat ini. Blushing? Tentu saja.
Derap langkah sangat pelan, Jolly berjalan kaku ke arah Shega.
“Ini buat lo, gua bikinin spesial,” ucap Jolly sembari menyodorkan kotak makannya.
Sorot mata Shega tertuju pada kotak makan itu, kemudian ia menerima tawarannya.
Matanya kembali menata Jolly.
“Makasih cantik,” ucapnya kemudian tersunyum. Sangat manis.
“Hah? O-oh i-iya sama-sama,” jawab nya gelagapan.
Qyara, Dara, Nuna dan Pasha menganga kompak dengan perlakuan Shega barusan. Apakah ini benar-benar Shega? Apakah ini pertanda? Apakah kapasitas jomblo akan berkurang dalam waktu dekat ini? Apakah akan ada pasangan baru di sekolah ini? Berbagai pertanyaan muncul di pikiran mereka.
***
Jam istirahat
“Senyum-senyum sendiri aja nih dari tadi.” Goada Qyara menggoda Jolly yang tengah duduk sendiri di kantin.
“Qy menurut lo Shega udah mau nerima gue apa ngga ya.” Tanya Jolly.
Qyara memicingkan kedua matanya.“Hmm, gua liat-liat sih kayanya ia, sikapnya berubah jadi manis gitu,” jawab nya menelisik.
“Tapi kata gua mah, lu jangan naruh harapan apa-apa dulu sama Shega. Takutnya ntar gak sesuai ekspektasi lu. Sakitnya bukan maen-maen cuyy.” Lanjutnya memberi saran.
“Sumpah ya, gua baru kali ini liat Shega kalem gitu. Abistu pake senyum segala lagi, anjir gua jarang banget liat dia senyum cok. Ganteng banget gilaa,” hebohnya.
Jolly menatap Qyara tajam, “anjirr! Maksud lo apa?” kesal Jolly.
“Ya ngapa si emangya. Gua bilang jelek juga pasti lu gak terima kan.” Sergah Qyara.
“Iya juga si.”
“Egee.”
“Tapi semoga ini pertanda baik deh,” kata Jolly yang di balas anggukan oleh Qyara.
“Ada yang udah kesenengan aja nih, belum tau aja tuh kalo kotak makannya dibuang di tong sampah.” Heboh Dara yang tiba-tia saja datang.
Qyara mengubah posisinya menjadi berdiri, “maksud lo apa hah?” tanya Qyara suaranya naik oktaf dibuat naik pitam olehnya.
“Eh lo gak tau ya kalo sarapan yang di kasih Lyly tadi pagi sebenernya dibuang ke tong sampah sama Shega,” kata Pasha.
“Udah dibuat melting padahal ahahah, eh taunya dibuang,” ucap Dara.
“Kasian banget ih Lyly,” seru Nuna lugu, seraya menyeruput minuman favorite-nya.
Jolly menggebrak meja yang membuat seisi kantin termengung.
“Lo bisa gak, gak usah ikut campur urusan orang. Lu tuh gak diajak, Bangsat,” bentak Qyara yang langsung mengejar Jolly lari untuk mencari kebenaran kebaradaan kotak makannya.
Jolly mengecek tong sampah di setiap sudut sekolah, ia ingin mencari kebenaran apa yang mereka katakan. Jolly menyusuri koridor sekolah melihat ke setiap tong sampah. Tak lama Jolly menemukan kotak makan itu, tepatnya di tong sampah depan kelas Shega. Kala itu Jolly merasa hatinya begitu hancur, apa maksud semua ini? Apa dunia mempermainkannya sebercanda ini? Apa maksud perlakuan Shega tadi pagi? Apa itu hanya sebagai rasa belas kasihannya karena selama ini Jolly terus mengejarnya?
Qyara lumayan tertinggal jauh oleh Jolly, secara tubuh Jolly yang tinggi tentunya langkah kakinya lebih lebar di banding Qyara yang pendek. Ia terus saja memanggil Jolly agar berhenti, tapi Jolly mengabaikan panggilannya. Hingga sampai di depan kelas Sega, Qyara melihat Jolly sangat menyedihkan, benar saja yang dikatakan Dara kotak makannya dibuang Shega begitu saja, Jolly mengambil kotak makan itu dari tong sampah yang berada di depan kelas Shega.
“Benar-benar tidak punya hati laki-laki berengsek itu,” batin Qyara.
Lelaki macam apa seperti itu. Tidak mengerti bagaimana caranya menghormai perempuan. Setidaknya jika tidak ingin makan makanan itu, bisa dia berikan ke orang lain. Bukan malah dibuang begitu saja. Benar-benar lelaki berhati iblis namun berwujud manusia itu.
“Sekarang yang harus gue lakuin adalah nyari Shega, di mana cowo berengsek itu, gua mau ngasih pelajaran udah berani-beraninya nyakitin hati sahabat gue Lyly,” batinnya lagi.
Qyara sudah benar-benar marah terhadap perlakuan Shega kali ini. Setidaknya jika tidak ingin di makan jangan dengan senang hati dia menerimanya.
Brakk .... suara benturan pintu dihantam Qyara cukup keras.“HEY ANJIR, LO EMANG GAK PUNYA HATI YA.” Suara Quara naik oktaf. Ia menemukan Shega ada di dalam kelasnya sedang menghisap sebatang rokok menghadap ke arah jendela belakang. Dengan tangkas ia dorong badan kekar Shega hingga kepalanya terbentur pada kaca jendela.“Anjir!” rahang Shega mulai mengeras.“LO EMANG GAK PUNYA OTAK YA. BISA GAK SIH LO HARGAIN LYLY SEDIKIT AJA!” katanya semakin emosi.“Mending lo pergi dari sini sebelum gue hajar!,” ucap Shega memberi peringatan.“Oh lo beraninya sama cewe ya? CUPU TAU GA,” ucap Qyara yang membuat Shega semakin geram.“Sini lo kalo berani,” tantang Qyara.Shega mengabaikan Qyara, ia berjalan keluar kelas melaluinya. Ia lebih memilih untuk tidak meladeninya, Shega sadar ia sangat mudah terpancing emosi, bahakan terhadap wanita sekalipun. Jadi lebih baik ia mengindar saja dari pada ia harus bertarung dengan wanita yang bukan lawannya. Shega sudah sangat muak dengan sikapnya Jolly yang
“Permisi,” ucap Jolly kala memasuki ruang BK, tapi Jolly tidak melihat Bu Nining di sana.“Ke mana Bu Nining?” Batinnya, mencari keberadaan guru Bk SMA Adiwilangga, namun pada akhirnya Jolly memilih duduk saja pada salah satu kursi di ruangan ituSelang beberapa waktu pintu ruangan terbuka, ia pikir itu Bu Nining guru BK-Nya, tapi ternyata itu adalah Shega lelaki yang telah berhasil membuat perasaannya campur aduk. Mata mereka bertemu kala Shega berjalan ke arah kursi di sampingnya, Jolly sedikit ketakutan dengan tatapan mata Shega yang tajam seperti elang yang akan menerakm mangsanya.Setelah mereka duduk berdampingan susasana ruangan berubah menjadi horor. Yang biasanya jika Jolly bertemu Shega akan banyak mulut, tapi kali ini Jolly sangat kaku. Ia bingung harus bagaimana, keduanya benar-benar seperti orang yang tidak saling mengenal.“Maaf,” ucap Shega singkat yang akhirnya membuka suara. Namun Jolly tidak menggubris sama sekali.“Apa dia bilang, maaf?” Batinnya keheranan.“Maaf,”
“Assalamulaikum,” ucapnya membuka pintu dengan wajahnya yang kusut.“Waalaikumsalam,” jawab Bunda yang baru saja keluar dari kamarnya.“Kamu pulang sama siapa nak, hari ini pak Doyok kan gak bisa jemput?” Tanya Bunda khawatir.“Sama temen mah,” jawab Jolly seadanya.“sama Brandon kah?” Tebak Bunda, karena biasanya jika pak Doyok tidak bisa menjemput, Brandon lah yang akan mengantarkan Jolly pulang.“Iya,” sahut Jolly. “Bagus kalo gitu, kenapa gak kamu ajak mampir dulu ke sini?” Tanya Bunda.“Kasian dia mau istirahat kecapean abis rapat organisasi,” jawab Jolly. “Oh yaudah kalo gitu.” Kata Bunda seadanya yang membuat Jolly sedikit heran. Biasanya Bunda selalu menanyakan hal apapun kepadanya, tapi kenapa kali ini Bunda berbeda? Apa ada sesuatu.“Udah nih gak nanya lagi?” tanya Jolly sebelum pergi ke kamarnya.“Gak ada,” sahut Bunda.“Abis bersih-bersih badan, kamu langsung makan ya,” Titah Bundanya.“Iya siap.” Ucap Jolly seraya menaiki tangga.Huftt...Jolly membantingkan badan di ata
“Ke mana aja si lo pada, lama banget gua ngebatu dari tadi,” gerutu Qyara.“Lu pikir emang dari rumah Lyly ke sini deket apa?” Brandon beralasan.“Ya ngebut kan bisa,” Qyara menyembulkan mulutnya.“Udah si, ngeributin yang gak jelas mulu. Disini kan kita mau have fun,” Jolly menyeringai, yang membuatnya kembali diam.“Mau pesan apa nih,” tanya Jolly sembari merogoh menu makanan di atas meja.“Lu semua udah gua pesenin, tinggal nunggu makanannya dateng aja,” ucap Qyara.“Lah? Lu pesenin apaan anjir,” ujar Jolly tidak terima.“Makanan favorite lo berdua, gua jamin gak bakal nolak,” kata Qyara, Yang akhirnya Jolly pun menerima.Sembari menunggu makanan datang mereka menghabiskan waktu untuk mengobrol. Ketika di tengah perbincangan Qyara tertegun kala Pasha dan Birru berada di tempat yang sama. Qyara kenal dekat dengan mereka berdua, maklum saja Qyara si anak friendly yang bisa berteman dengan siapa saja. Namun ia dapati bukan hanya Pasha dan Birru saja, ia menilik seperti tidak asing, da
Jolly merasa hawatir dengan kondisi Sega saat ini. ia berjalan mengikuti Shega dari belakang. Jolly menghampiri Shega kala pria itu duduk pada area bebas asap rokok.“ Lo baik-baik aja kan?” Gumam Jolly yang membuat Shega sedikit terlonjak.“ Ngapain lo di sini?” Tanya Shega ketus.“ Hah? E-eum ... gu-gue gak sengaja lewat aja abistu liat lo di sini,” sahut Jolly beralasan.“ Pergi!” Usir Shega dengan nada menekan.“ Gue mau temenin lo di sini,” ujar Jolly seraya mengusap lembut bahu Shega. namun, dengan tangkas Shega yang tak suka kontak fisik ,menangkis tangan Jolly yang menyentuh bahunya hingga membuatnya tersungkur di lantai.“ GUE BILANG PERGI YA PERGI!!” Ucapnya, suaranya naik oktaf.“ LO BUDEK?” Katanya lagi seraya memegang dagu Jolly dengan kasar. Sementara Jolly hanya bisa meringis menahan tangis di perlakukan Shega seperti ini.“
Hari minggu yang cerah, di hiasi kicauan burung menjadi suasana yang sangat indah. Jolly memilih jogging untuk mengisi waktu pagi di hari liburnya.Taman kota menjadi tempat tujuannya, di hari libur seperti ini biasanya banyak pengunjung di sana. Untuk kali ini ia lebih memilih jogging sendiri, tidak seperti biasanya pergi berolahraga bersama temannya Qyara.“Huft ... cape juga ya.” Ucapnya kala sudah sampai tempat tujuan, ia memilih duduk terlebih dahulu pada salah satu kursi taman.Setelah cukup untuk merenggangkan otot-otot nya, ia pergi mencari minum di area taman kota.“Air mineral satu ya Pak.” Ucapnya pada penjual.Kala ia akan meminumnya, tiba-tiba saja badannya terdorong oleh benda di belakngnya. Hal ini membuat pakaiannya basah.“Eh maaf di sengaja,” ucap wanita di belakangnya seraya terkekeh geli.“Dara? Gak ada abisnya ya lo, terus gangguin hidup gue mulu,” cer
Tidak biasanya pagi-pagi seperti ini Jolly berada di dapur, biasanya ia masih bersiap-siap berada di dalam kamar. Jolly bangun cukup pagi sekitar jam 06:00 ia sudah bergelut dengan alat dapur, ia begitu antusias membuatkan sarapan untuk Shega.“Arghh panas.” Jolly meringis kasakitan kala tangannya tak sengaja terkena teplon.“Eh? Tumben banget anak Bunda jam segini udah di dapur aja.” Ucap Bunda memasuki dapur.“Iya Bund, Lyly mau bawa bekal ke sekolah,” jawabnya.“Tumben banget kamu bawa bekal,” tanya Bunda heran.“Iya Bunda, gatau kenapa pengen bawa aja” ujarnya beralasan.“Oh bagus kalo gitu, makanan dari rumah lebih bagus, terjamin sehat.” Kata Bunda menyetujui.“Ehehehe, iya Bunda.” Umpat Jolly.Sudah cukup lama Jolly bermain dengan alat dapur akhirnya selesai juga. Pagi ini Jolly membuat sandwhich berisi daging dan sayuran, tak lupa
Setelah berlama-lama bercengkrama dengan Pasha dan Birru, akhirnya pria yang ia tunggu memunculkan batang hidungnya juga.“Eh Shega,” panggil Jolly. Sementara sang empu tidak menggubbris sama sekali.“Lama amat lo Ga,” gumam Artha.“Abis di godain dedek-dedek gemes pasti,” tebak Birru.“Dedek-dedek gemes siapa maksud lo?” Tanya Artha bingung“Anu loh, kelas 10 sama 11, AHAHAHA.” Sahut Birru.“Tiap kali Shega ke kantin kan pasti selalu ada aja yang godain dia, heran gua mah, padahal cakepan juga gue.” Ucap Birru dengan pedenya.“ Dih.” Artha bergidik ngeri.“ Ini gue bawain makan buat lo, sesuai janji.” Gumam Jolly, mengingat sedia kala Shega memintanya untuk membuatkan makan lagi untuknya.“Ikut gue.” ucapnya, Shega meraih tangan Jolly tanpa permisi, ia membawa gadis itu menuju halaman belakang tempat bias
Artha membeku di tempat, ia tak berkutik sama sekali. Hatinya teramat hancur melihat kekasihnya sendiri berciuman dengan pria lain. Ia melihatnya secara langsung seperti ini, oleh mata kepalanya sendiri, ini sangat sakit.“L-lo b-berdua ng-ngapain?” Artha berucap gelagapan. Ia tak bisa menahan dirinya. Rasa marah, sedih, hancur berkecamuk menjadi satu.Sontak Shega dan Jolly menghentikan kegiatannya. Dengan susah payah wanita itu mengancingkan kembali pakaiannya. Terlukis rasa panik di wajahnya.“Lancang banget lo main masuk kamar orang tanpa permisi!!” Shega nampak marah. Pria itu hendak mendekat pada Artha, namun tangkas Jolly menahannya.“LO YANG LANCANG BERBUAT JIJIK KAYAK GITU SAMA CEWE GUE!!!” Artha berteriak, rahangnya kini sudah mengeras, jarinya menunjuk ke arah Shega.“ARTHA!” Jolly semakin panik. Ia nampak bingung harus berbuat apa.“APA? GUE UDAH MUAK SAMA MISI LO! GUE UDAH GAK MAU LAGI NYEMBUNYIIN HUBUNGAN KITA BERDUA.” Pria itu sangat emosi. Kedua tangannya pun sudah men
“Gue masih gak nyangka Dara kayak gitu,” Ucap Qyara, seraya mengambil satu bisquit yang di sediakan di rumah Artha. Setelah pulang sekolah mereka tidak langsung pergi. Artha mengajak temannya untuk berkumpul di rumahnya.“Sama, padahal di liat-liat dia kaya dari orang berada.” Sambung Birru.“Justru itu. dia keliatan kaya orang berada karena dari pekerjaannya jadi pelacur. Itu bikin dia kaya.” Timpal Artha.“Iya juga yah. Kok lo pinter banget Tha?” Kata Birru.“Yeuu ... emang gue mah pinter kali.” Sahut Artha.“Btw lo tau gak sih. Barusan Dara chat gue.” gubris Jolly. Hal ini membuat temannya penasaran.“Hah. Serius? Chat apaan dia.” Tanya Qyara. Ia telah memasang wajah serius.“Dia minta maaf. Terus dia jujur sama gue, kalau dia emang gak suka sama gue sejak kecil. Makannya sekarang dia selalu ganggu kehidupan gue.” Lanjut Jolly bercerita.“Kok dari kecil, emang lo berdua udah kenal?” Birru merasa aneh. Pria itu mengerutkan dahinya.“Nah ini makannya. Ternyata dia anak ART di rumah g
“Lo ngapain?” Shega memutar badan ketika merasa ada yang mengikuti dari belakang. Shega mendapati Brandon di sana.“Gue mau kejar Lyly.” Sontak Brandon melanjutkan perjalanannya. Ia lari mengejar Jolly.“Lo gak usah kejar Lyly. gue pacarnya lebih berhak.” Shega berteriak, hal ini membuat Brandon menghentikan langkahnya. Kemudian berbalik menghadap Shega.Ia menatap Shega amat dalam, nampaknya pria itu berbicara serius. Tidak terlukis kebohongan pada wajahnya.“Gue resmi pacaran sama Jolly dari kemarin malam. jadi mulai sekarang, lo gak usah deket-deket sama dia lagi.” Shega berucap dengan nada yang dingin. Kemudian ia melaluli Brandon begitu saja.Kalimat itu berhasil mematahkan hati Brandon. Perasaan sakit, sedih, hancur berkecamuk menjadi satu. Ini adalah hal yang paling ia takutkan. Melihat perempuan yang di cinta bersama orang lain. Setelah ini tidak ada alasan lagi untuk berjuang mendapatkan cintanya.Air mata menggenang di matanya. Kini ia tak bisa menahannya. Rasa sakit kian su
Pagi ini Jolly berangkat bersama Shega yang kini sudah menjadi pacarnya. Ia amat bahagia, sepanjang jalan Jolly tidak melepaskan genggaman pria itu. Tangan mereka kini saling bertautan.Namun sepanjang jalan wanita itu merasa aneh. Setiap orang yang melihatnya menatap dengan tatapan tajam. Hal ini membuat Jolly mengerutkan dahinya, ia merasa aneh.“Lyly, sekarang lo baik-baik aja kan? lo gak papa kan? please dengerin gue yah. Gue percaya sama lo, gue yakin itu bukan lo. Jangan dengerin omongan orang lain yah. Lo bodo amatin aja.” Sapa Qyara panjang lebar. Terlukis rasa panik di wajahnya. Sementara Jolly menatap temannya penuh arti. “Maksudnya apa?” Batinnya.“Lo kenapa sih?” Jolly bertanya.“Gue tau lo pasti terpuruk banget. Tapi gue sebagai sahabat lo, gua gak bakal ninggalin lo kok. Gue mau bantu lo nyari pelaku di balik semua ini.” Lanjutnya lagi.“Apaan sih? Orang gue gak papa.” Ujar Jolly santai.“Bentar, emang yang lo tau, Lyly kenapa?” Shega merasa ada yang janggal.“Lah lo gak
Shega terduduk pada kursi balkon kamar Jolly usai makan malam. Pria itu menatap kosong pada langit gelap nan pekat. Pikirannya kini di penuhi oleh perempuan yang kini terus mengejarnya. Shega juga memikirkan bagaimana perasaan yang sebenarnya. Akhir-akhir ini ia merasa tak suka jika Jolly dekat dengan pria lain, seperti Brandon misalnya. Apa mungkin ini rasa cemburu? Shega saja tidak tahu, bahkan tidak mengerti.“Buset! lo dari tadi di sini? Bunda nyariin noh.” Sapa Jolly. Wanita itu nampak gusar mencari pria bernama Shega ini.Tak ada jawaban, Shega masih saja menikmati lamunannya.“Shega! nyaut kek, elah.” Jolly nampak gusar.“Kamar lo udah bersih noh. Udah Bunda beresin.” Cerocos Jolly, wanita itu terus saja mengoceh.Malam ini Shega akan menginap di rumah Jolly. Itu pun karena Bunda yang memaksa. Bahkan sebenarnya Purwa menyuruh Shega agar tinggal bersama saja di rumahnya, agar pria itu tidak merasa kesepian. Namun Shega menolak, ia merasa tidak enak jika hidup dengan orang lain.
Hari semakin larut. Sementara Shega belum terbangun dari tidurnya. Jolly nampak gusar membangunkan pria itu berkali-kali, namun Shega tak kunjung membuka mata.“Shegaaa ... ayo banguuunnn ...” wanita itu bersi keras membangunkan pria yang tertidur pulas pada ranjang miliknya.“Sumpah lo kebo banget!” Ia semakin gusar.Muncul ide gila di otaknya, wanita itu tersenyum menyeringai.“Apa gue bales dendam sekarang aja ya.” Pikir Jolly, telunjuknya mengetuk pelan pada bibir mungilnya.“Hm ... gue bales perlakuan lo tadi sekarang juga,” ucapnya.Setelah berucap seperti itu, Jolly mengusap pelan pada dada bidang milik Shega. telapak tangannya menyelusuri di setiap sisi. Tak lupa leher jenjang pria itu Jolly usap dengan lembut.Jolly melirik Shega sesaat, ia amat kecewa karena perlakuannya tidak memberikan reaksi pada pria itu. Apa ia harus melakukan hal yang lebih intim lagi?perlahan Jolly membuka kancing baju yang Shega kenakan. Satu persatu ia buka, maka semakin terekspos dada beserta abs-
Selama perjalanan pulang Shega dan Jolly sama sekali tidak membuka suara. Keduanya sama-sama membungkam, membuat suasana menjadi genting.Usai sampai di rumah Jolly Shega begitu saja keluar dari mobil kemudian berjalan menuju rumah. Ia tidak meninggalkan sepatah kata apapun pada wanita itu.“Dih. Tu anak kenapa sih? Main nyelonong aja masuk rumah orang.” Ujar Jolly, wanita itu masih berada di dalam mobil.Tanpa basa-basi Jolly pun ikut membuntuti Shega dari belakang. Pria itu bahkan membuka pintu tanpa permisi, sementara pemiliknya saja belum mempersilahkannya masuk.“Bener-bener tu orang. Kesurupan kayaknya.” Jolly berkacak pinggang seraya menggelengkan kepalanya.Ketika Jolly memasuki rumahnya, ia dapati Shega sudah duduk pada ruang tamu bersama wanita berbalut dress hitam itu, yang tak lain Bunda Purwa.“Lyly, kamu abis kemana aja sih?” Sapa Bunda. Wajahnya nampak khawatir.“Lyly abis jalan sama Brandon Bunda, tapi tiba-tiba Shega jemput Lyy secara paksa.” Jolly mengadu.“Oh, sama
“Lo gak papa Lyy, gak balik dulu ke rumah?” Tanya Brandon, kala mereka berdua telah sampai di gedung nan tinggi itu.“Kalo bareng lo, mama gue gak bakal marah.” Ujarnya, tak terlihat rasa khawatir pada wajahnya. Purwa memang begitu percaya terhadap Brandon.“Kita cuman temenan aja nyokap lo udah begitu percaya sama gue, apa lagi kalo jadi temen seumur hidup hehe,” Brandon melemparkan senyuman manis. Sementara Jolly malah bergidik ngeri.“Dih, ngadi-ngadi lo.” Ucap Jolly, seraya menaikan sebelah bibirnya.“Gak mau apa lo hidup bareng gue terus?” Brandon memasang wajah memelas.“Emang lo mau ke mana? Toh kita masih hidup di planet yang sama.” Jolly berlagak tidak mengerti maksud ucapan Brandon barusan.“Dih, maksud gue gak gitu.” Brandon nampak gusar.“Udah deh, ayo masuk ke dalem.” Tangkas Jolly menarik tangan pria itu, sementara Brandon belum sempat menjelaskan.Terbesit rasa sakit pada hati Brandon. sebenarnya ia begitu faham bahwa Jolly hanya beralasan tidak mengerti. Namun rasanya
“Heyy ...” Brandon mengangetkan. Hal ini membuat wanita yang tengah duduk di kantin itu terlonjak.“Ih, ngagetin aja lo!” Jolly nampak gusar. Sementara Brandon hanya terkekeh geli.“Sendiri aja lo?” Ujar Brandon seraya duduk di sebelah Jolly.“Qyara lagi di kantor guru, gak tau ngapain tu anak.” Sahut Jolly. Sementara Shega hanya menggubris dengan anggukan kepala.“Lo gak beli makan?” Kini Jolly yang bertanya. Ia memperhatikan pria itu tidak membawa makanan apapun.“Gue udah pesen, tinggal nunggu makanannya dateng aja,” gubris Brandon memberi tahu.“Oh, ok.” Sahut Jolly.“Btw gue mau nagih utang ke lu.” Ujar Brandon. hal ini membuat wanita di hadapannya nampak kebingungan.“Perasaan gue gak pernah minjem duit ke ni anak,” batin Jolly dalam hati.“Lo inget pas jogging kita pulang bareng kan?” Nampaknya Brandon berusaha membantu temannya mengingat.“Iya,” kata Jolly.“Abis itu sepanjang jalan kita main tebak-tebakan,” lanjut Brandon.“Heem ...” Jolly mengerutkan dahinya. Ia tampak sedan