Tidak biasanya pagi-pagi seperti ini Jolly berada di dapur, biasanya ia masih bersiap-siap berada di dalam kamar. Jolly bangun cukup pagi sekitar jam 06:00 ia sudah bergelut dengan alat dapur, ia begitu antusias membuatkan sarapan untuk Shega.
“Arghh panas.” Jolly meringis kasakitan kala tangannya tak sengaja terkena teplon.
“Eh? Tumben banget anak Bunda jam segini udah di dapur aja.” Ucap Bunda memasuki dapur.
“Iya Bund, Lyly mau bawa bekal ke sekolah,” jawabnya.
“Tumben banget kamu bawa bekal,” tanya Bunda heran.
“Iya Bunda, gatau kenapa pengen bawa aja” ujarnya beralasan.
“Oh bagus kalo gitu, makanan dari rumah lebih bagus, terjamin sehat.” Kata Bunda menyetujui.
“Ehehehe, iya Bunda.” Umpat Jolly.
Sudah cukup lama Jolly bermain dengan alat dapur akhirnya selesai juga. Pagi ini Jolly membuat sandwhich berisi daging dan sayuran, tak lupa
Setelah berlama-lama bercengkrama dengan Pasha dan Birru, akhirnya pria yang ia tunggu memunculkan batang hidungnya juga.“Eh Shega,” panggil Jolly. Sementara sang empu tidak menggubbris sama sekali.“Lama amat lo Ga,” gumam Artha.“Abis di godain dedek-dedek gemes pasti,” tebak Birru.“Dedek-dedek gemes siapa maksud lo?” Tanya Artha bingung“Anu loh, kelas 10 sama 11, AHAHAHA.” Sahut Birru.“Tiap kali Shega ke kantin kan pasti selalu ada aja yang godain dia, heran gua mah, padahal cakepan juga gue.” Ucap Birru dengan pedenya.“ Dih.” Artha bergidik ngeri.“ Ini gue bawain makan buat lo, sesuai janji.” Gumam Jolly, mengingat sedia kala Shega memintanya untuk membuatkan makan lagi untuknya.“Ikut gue.” ucapnya, Shega meraih tangan Jolly tanpa permisi, ia membawa gadis itu menuju halaman belakang tempat bias
“Lo balik duluan aja Qy, gua harus bersihin aula dulu,” gumam Jolly.“Oh lu masih di hukum, berapa lama?” Tanyanya.“Seminggu sih, mayan lama,” sahut Jolly.“Gak papa lah, selagi di hukumnya sama orang yang lo suka, pasti gak bakal cape kok,” tutur Qyara menyemangati.Setelah kepergian Qyara, Jolly langsung menuju kelas Shega. Ia yakin pria itu masih berada di kelasnya, dengan langkah yang cepat Jolly menuju ke sana. Namun setelah sampai di tempat tujuan, Jolly bertemu dengan Dara beserta dayangnya Pasha dan Nana yang selalu membuntutinya kemana pun.“Ngapain lo ke sini?” Tanya Dara sinis.“Bukan urusan lo.” Jawab Jolly, ia melewat dara. Namun dengan tangkas Dara meraih lengan Jolly dengan kasar. Membuat wanita itu memutar badannya hingga berhadapan dengan Dara.“Ini urusan gue, karena lo udah se-enaknya main masuk ke kelas gue,” gumam Dara.Jol
Jolly keluar kelas dengan sangat hati-hati. Hari ini Pak Susanto tidak bisa mengajar di kelasnya di karenakan ada urusan di luar kota. Pak Susanto memberi beberapa tugas yang tidak terlalu sulit menurutnya dan sudah di lesesaikan Jolly engan baik.Jolly akhirnya memutuskan pergi keluar kelas untuk menghilangkan rasa suntuknya. Ia berjalan menyusurui koridor dengan derap langkah pelan. Matanya memperhatikan sekitar hawatir ada guru lain yang melihatnya.Jolly berjalan menuju area lapangan yang sangat luas. Ia memperhatikan mereka dari kursi yang tersedia di tepi lapangan. Sepertinya olahraga baru saja akan di mulai, pikirnya. Baru setengah siswa yang sudah berada di lapangan, dan setengah yang lain sepertinya masih mengganti baju.“HEY ITU SIAPA YANG BERKELIARAN DI LUAR KELAS? SEGERA MASUUKK.” Suara lantang yang membuat Jolly terlonjak.“Mampus gue,” ucapnya kala meliat Bu Nining yang mnangkap basah dirinya tidak berada di dalam kel
Jolly meninggalkan mereka bertiga yang tak henti mengucilkannya. Ia pergi kembali menuju kelas dengan langkah cepat. Hingga pada suatu tikungan ia menabrak seseorang berpostur tinggi. Hal ini membuat Jolly menghentikan langkahnya.“Arghhh.” Ringis seseorang di depannya.“ Sorry, gak sengaja,” ucapnya meminta maaf.Baru ia sadari kala mengetahui siapa orang yang baru saja ia tubruk tak sengaja tadi. Ternyata itu adalah teman dekatnya yang tak lain Brandon.“Lyly, astaga jalan liat-liat dong,” gumam Brandon setelah mengetahui siapa yang telah menubruk tubuhnya.“Gak sengaja di bilang.” Rengeknya.“Oh iya, hari ini lo masih di hukum kan, lo balik sama siapa?” Tanya Brandon.“Gak tau, tapi kalo kemaren gue di anter Shega.” Jawabnya.“Hari ini gue yang anter,” ujar Brandon ketus.“Hm ok.” Jolly menyetujui tawaran Bra
Shega berlari menuju kamar mandi, ia begitu hawatir jika memang Jolly benar-benar berada di sana. Brandon, Qyara, Birru, dan Artha mengekori dari belakang.“Anjir Shega kaya lagi ngajak lari maraton,” Birru mengeluh yang tertinggal lebih jauh dari mereka. Nafasnya tersengal, kedua tangannya di letakan pada lutut.“Ruu, lu ngapain malah ruku di koridor woy,” ujar Artha, dia menarik Birru dari belakng.Shega membuka pintu kamar mandi sangat terburu-buru. Setelah pintu berhasil dibuka, Shega mendapati Jolly terbujur kaku di bawah wastafel, badannya menggigil kedinginan, wajahnya membiru dan sangat pucat. Pria itu langsung menghampiri Jolly, kemudian ia berusaha menyadarkannya.Qyara, Brandon, Artha, dan Birru baru saja sampai, mereka terbelalak melihat kondisi Jolly sekarang. Kini tubuhnya di baringkan pada pangkuan Shega, ia masih bersikeras untuk menyadarkannya, namun tetap saja Jolly tak kunjung membuka matanya.“Lyy,
“Alamdulillah sekarang kodisinya sudah cukup membaik, jadi Lyly hari ini udah bisa pulang.” Ujar Dokter setelah selesai memeriksa Jolly.“Alhamdulillah Dok, terimakasih.” Tutur wanita yang mengenakan dres navy itu, yang tak lain adalah Purwa Bunda Jolly.Jolly menghela nafas panjang, akhirnya ia bisa terbebas dari tempat yang membosankan ini.“Iya sama-sama Bu, nanti setelah ini Perawat akan melepas infus. Di tunggu saja ya Bu, saya permisi.” Ucap lelaki ber-jas putih itu, berpamitan.“Baik Pak.” Sahut Purwa.“Ayo Bund, aku udah mau pulang banget ini.” Rengek Jolly yang sudah tak sabar ingin segera kembali ke rumahnya.“Sabar nak, tunggu perawat lepas infus dulu.” Ujar Bunda menenangkan. Tangannya mengusap lembut kepala Jolly.Usai melepas infus dan pembayaran administrasi. Jolly segera pulang menuju rumahnya. Sebenarnya ia sudah merasa baikan dari kemarin, hanya
“Lyy? Lyly bangun nak. Minum obat dulu, ini Bunda udah bawain makan.” Ucap Bunda di balik pintu kamar Jolly. Membuat ia terbangun dari tidurnya.“HWAAAAAA.....” Jolly berteriak kala mendapati Shega yang tertidur bersama di sampingnya, membuat sang empu terbangun juga dari tidurnya.“Apa sih, berisik amat.” Ucapnya setengah sadar, ia malah melanjutkan tidurnya sembari mengubah posisi membelakangi Jolly.“Shega? Shega...Ga?... bangun kebo.” Ujar Jolly, ia berusaha membangunkan Shega.“Lyly sayang, ini Bunda udah lama di depan pintu loh. Ayo bangun dulu nak minum obat dulu sebentar, biar cepet sembuh. Emang kamu mau masuk rumah sakit lagi. Ayo bangun cepet. Biar besok bisa mulai sekolah juga.” Ujar Bunda panjang lebar. Terpaksa ia meninggalkan Shega yang tak kunjung bangun. Tak lupa Jolly menutup seluruh tubuh Shega dengan selimut. Ia berharap Bunda tidak menyadari keberadaanya.“Iya Bu
Satu minggu Jolly lewati, masa hukuman telah berlalu. Berkat hukuman ini membuat Jollly dengan Shega jauh lebih akrab. Ada hikmanya juga, pikirnya.Dan kini Jolly tengah sibuk menyiapkan untuk kebutuhan acara camping dari sekolahnya. Semalaman Jolly sibuk packing, begitupun Bunda yang sibuk menyiapkan perlengkapan obat-obatan.“Aduh Bunda, udah dong jangan segala di bawa. Ini kopernya udah penuh,” Ujar Jolly mengeluh kala Bunda Purwa memberikannya obat-obatan sekardus penuh.“Gak papa sayang, ini demi kepentingan kamu. Buat jaga-jaga juga barangkali nanti kamu sakit kan gak perlu repot nyari obat.” Sahut Bunda beralasan.Jolly menghela nafas panjang. Sekeras apa pun ia membantah Bunda, itu tidak ada artinya. Bundanya begitu perhatian. Namun, menurutnya itu sangat berlebihan. Apa lagi Jolly sudah bertambah dewasa dan sudah memiliki pillihannya sendiri. Terkadang ia merasa lelah dalam kekangan Bundanya. Dia harus me
Artha membeku di tempat, ia tak berkutik sama sekali. Hatinya teramat hancur melihat kekasihnya sendiri berciuman dengan pria lain. Ia melihatnya secara langsung seperti ini, oleh mata kepalanya sendiri, ini sangat sakit.“L-lo b-berdua ng-ngapain?” Artha berucap gelagapan. Ia tak bisa menahan dirinya. Rasa marah, sedih, hancur berkecamuk menjadi satu.Sontak Shega dan Jolly menghentikan kegiatannya. Dengan susah payah wanita itu mengancingkan kembali pakaiannya. Terlukis rasa panik di wajahnya.“Lancang banget lo main masuk kamar orang tanpa permisi!!” Shega nampak marah. Pria itu hendak mendekat pada Artha, namun tangkas Jolly menahannya.“LO YANG LANCANG BERBUAT JIJIK KAYAK GITU SAMA CEWE GUE!!!” Artha berteriak, rahangnya kini sudah mengeras, jarinya menunjuk ke arah Shega.“ARTHA!” Jolly semakin panik. Ia nampak bingung harus berbuat apa.“APA? GUE UDAH MUAK SAMA MISI LO! GUE UDAH GAK MAU LAGI NYEMBUNYIIN HUBUNGAN KITA BERDUA.” Pria itu sangat emosi. Kedua tangannya pun sudah men
“Gue masih gak nyangka Dara kayak gitu,” Ucap Qyara, seraya mengambil satu bisquit yang di sediakan di rumah Artha. Setelah pulang sekolah mereka tidak langsung pergi. Artha mengajak temannya untuk berkumpul di rumahnya.“Sama, padahal di liat-liat dia kaya dari orang berada.” Sambung Birru.“Justru itu. dia keliatan kaya orang berada karena dari pekerjaannya jadi pelacur. Itu bikin dia kaya.” Timpal Artha.“Iya juga yah. Kok lo pinter banget Tha?” Kata Birru.“Yeuu ... emang gue mah pinter kali.” Sahut Artha.“Btw lo tau gak sih. Barusan Dara chat gue.” gubris Jolly. Hal ini membuat temannya penasaran.“Hah. Serius? Chat apaan dia.” Tanya Qyara. Ia telah memasang wajah serius.“Dia minta maaf. Terus dia jujur sama gue, kalau dia emang gak suka sama gue sejak kecil. Makannya sekarang dia selalu ganggu kehidupan gue.” Lanjut Jolly bercerita.“Kok dari kecil, emang lo berdua udah kenal?” Birru merasa aneh. Pria itu mengerutkan dahinya.“Nah ini makannya. Ternyata dia anak ART di rumah g
“Lo ngapain?” Shega memutar badan ketika merasa ada yang mengikuti dari belakang. Shega mendapati Brandon di sana.“Gue mau kejar Lyly.” Sontak Brandon melanjutkan perjalanannya. Ia lari mengejar Jolly.“Lo gak usah kejar Lyly. gue pacarnya lebih berhak.” Shega berteriak, hal ini membuat Brandon menghentikan langkahnya. Kemudian berbalik menghadap Shega.Ia menatap Shega amat dalam, nampaknya pria itu berbicara serius. Tidak terlukis kebohongan pada wajahnya.“Gue resmi pacaran sama Jolly dari kemarin malam. jadi mulai sekarang, lo gak usah deket-deket sama dia lagi.” Shega berucap dengan nada yang dingin. Kemudian ia melaluli Brandon begitu saja.Kalimat itu berhasil mematahkan hati Brandon. Perasaan sakit, sedih, hancur berkecamuk menjadi satu. Ini adalah hal yang paling ia takutkan. Melihat perempuan yang di cinta bersama orang lain. Setelah ini tidak ada alasan lagi untuk berjuang mendapatkan cintanya.Air mata menggenang di matanya. Kini ia tak bisa menahannya. Rasa sakit kian su
Pagi ini Jolly berangkat bersama Shega yang kini sudah menjadi pacarnya. Ia amat bahagia, sepanjang jalan Jolly tidak melepaskan genggaman pria itu. Tangan mereka kini saling bertautan.Namun sepanjang jalan wanita itu merasa aneh. Setiap orang yang melihatnya menatap dengan tatapan tajam. Hal ini membuat Jolly mengerutkan dahinya, ia merasa aneh.“Lyly, sekarang lo baik-baik aja kan? lo gak papa kan? please dengerin gue yah. Gue percaya sama lo, gue yakin itu bukan lo. Jangan dengerin omongan orang lain yah. Lo bodo amatin aja.” Sapa Qyara panjang lebar. Terlukis rasa panik di wajahnya. Sementara Jolly menatap temannya penuh arti. “Maksudnya apa?” Batinnya.“Lo kenapa sih?” Jolly bertanya.“Gue tau lo pasti terpuruk banget. Tapi gue sebagai sahabat lo, gua gak bakal ninggalin lo kok. Gue mau bantu lo nyari pelaku di balik semua ini.” Lanjutnya lagi.“Apaan sih? Orang gue gak papa.” Ujar Jolly santai.“Bentar, emang yang lo tau, Lyly kenapa?” Shega merasa ada yang janggal.“Lah lo gak
Shega terduduk pada kursi balkon kamar Jolly usai makan malam. Pria itu menatap kosong pada langit gelap nan pekat. Pikirannya kini di penuhi oleh perempuan yang kini terus mengejarnya. Shega juga memikirkan bagaimana perasaan yang sebenarnya. Akhir-akhir ini ia merasa tak suka jika Jolly dekat dengan pria lain, seperti Brandon misalnya. Apa mungkin ini rasa cemburu? Shega saja tidak tahu, bahkan tidak mengerti.“Buset! lo dari tadi di sini? Bunda nyariin noh.” Sapa Jolly. Wanita itu nampak gusar mencari pria bernama Shega ini.Tak ada jawaban, Shega masih saja menikmati lamunannya.“Shega! nyaut kek, elah.” Jolly nampak gusar.“Kamar lo udah bersih noh. Udah Bunda beresin.” Cerocos Jolly, wanita itu terus saja mengoceh.Malam ini Shega akan menginap di rumah Jolly. Itu pun karena Bunda yang memaksa. Bahkan sebenarnya Purwa menyuruh Shega agar tinggal bersama saja di rumahnya, agar pria itu tidak merasa kesepian. Namun Shega menolak, ia merasa tidak enak jika hidup dengan orang lain.
Hari semakin larut. Sementara Shega belum terbangun dari tidurnya. Jolly nampak gusar membangunkan pria itu berkali-kali, namun Shega tak kunjung membuka mata.“Shegaaa ... ayo banguuunnn ...” wanita itu bersi keras membangunkan pria yang tertidur pulas pada ranjang miliknya.“Sumpah lo kebo banget!” Ia semakin gusar.Muncul ide gila di otaknya, wanita itu tersenyum menyeringai.“Apa gue bales dendam sekarang aja ya.” Pikir Jolly, telunjuknya mengetuk pelan pada bibir mungilnya.“Hm ... gue bales perlakuan lo tadi sekarang juga,” ucapnya.Setelah berucap seperti itu, Jolly mengusap pelan pada dada bidang milik Shega. telapak tangannya menyelusuri di setiap sisi. Tak lupa leher jenjang pria itu Jolly usap dengan lembut.Jolly melirik Shega sesaat, ia amat kecewa karena perlakuannya tidak memberikan reaksi pada pria itu. Apa ia harus melakukan hal yang lebih intim lagi?perlahan Jolly membuka kancing baju yang Shega kenakan. Satu persatu ia buka, maka semakin terekspos dada beserta abs-
Selama perjalanan pulang Shega dan Jolly sama sekali tidak membuka suara. Keduanya sama-sama membungkam, membuat suasana menjadi genting.Usai sampai di rumah Jolly Shega begitu saja keluar dari mobil kemudian berjalan menuju rumah. Ia tidak meninggalkan sepatah kata apapun pada wanita itu.“Dih. Tu anak kenapa sih? Main nyelonong aja masuk rumah orang.” Ujar Jolly, wanita itu masih berada di dalam mobil.Tanpa basa-basi Jolly pun ikut membuntuti Shega dari belakang. Pria itu bahkan membuka pintu tanpa permisi, sementara pemiliknya saja belum mempersilahkannya masuk.“Bener-bener tu orang. Kesurupan kayaknya.” Jolly berkacak pinggang seraya menggelengkan kepalanya.Ketika Jolly memasuki rumahnya, ia dapati Shega sudah duduk pada ruang tamu bersama wanita berbalut dress hitam itu, yang tak lain Bunda Purwa.“Lyly, kamu abis kemana aja sih?” Sapa Bunda. Wajahnya nampak khawatir.“Lyly abis jalan sama Brandon Bunda, tapi tiba-tiba Shega jemput Lyy secara paksa.” Jolly mengadu.“Oh, sama
“Lo gak papa Lyy, gak balik dulu ke rumah?” Tanya Brandon, kala mereka berdua telah sampai di gedung nan tinggi itu.“Kalo bareng lo, mama gue gak bakal marah.” Ujarnya, tak terlihat rasa khawatir pada wajahnya. Purwa memang begitu percaya terhadap Brandon.“Kita cuman temenan aja nyokap lo udah begitu percaya sama gue, apa lagi kalo jadi temen seumur hidup hehe,” Brandon melemparkan senyuman manis. Sementara Jolly malah bergidik ngeri.“Dih, ngadi-ngadi lo.” Ucap Jolly, seraya menaikan sebelah bibirnya.“Gak mau apa lo hidup bareng gue terus?” Brandon memasang wajah memelas.“Emang lo mau ke mana? Toh kita masih hidup di planet yang sama.” Jolly berlagak tidak mengerti maksud ucapan Brandon barusan.“Dih, maksud gue gak gitu.” Brandon nampak gusar.“Udah deh, ayo masuk ke dalem.” Tangkas Jolly menarik tangan pria itu, sementara Brandon belum sempat menjelaskan.Terbesit rasa sakit pada hati Brandon. sebenarnya ia begitu faham bahwa Jolly hanya beralasan tidak mengerti. Namun rasanya
“Heyy ...” Brandon mengangetkan. Hal ini membuat wanita yang tengah duduk di kantin itu terlonjak.“Ih, ngagetin aja lo!” Jolly nampak gusar. Sementara Brandon hanya terkekeh geli.“Sendiri aja lo?” Ujar Brandon seraya duduk di sebelah Jolly.“Qyara lagi di kantor guru, gak tau ngapain tu anak.” Sahut Jolly. Sementara Shega hanya menggubris dengan anggukan kepala.“Lo gak beli makan?” Kini Jolly yang bertanya. Ia memperhatikan pria itu tidak membawa makanan apapun.“Gue udah pesen, tinggal nunggu makanannya dateng aja,” gubris Brandon memberi tahu.“Oh, ok.” Sahut Jolly.“Btw gue mau nagih utang ke lu.” Ujar Brandon. hal ini membuat wanita di hadapannya nampak kebingungan.“Perasaan gue gak pernah minjem duit ke ni anak,” batin Jolly dalam hati.“Lo inget pas jogging kita pulang bareng kan?” Nampaknya Brandon berusaha membantu temannya mengingat.“Iya,” kata Jolly.“Abis itu sepanjang jalan kita main tebak-tebakan,” lanjut Brandon.“Heem ...” Jolly mengerutkan dahinya. Ia tampak sedan