Langit redum begitu pekat nan gelap, gemerlap bintang pun tak terlihat.
Suasana malam turut mewakilkan perasaan, sangat sepi, dan sunyi.
Cintanya tak pernah kemarau, sangat sulit dijangkau.
Tanpa kata tanpa nada hanya gundah. Perjuangannya tak kunjung usai, sangat sulit digapai.
Bertengger di depan jendela yang terbuka, menatap lurus tanpa suara.
Retina mata yang bersua, menandakan sedang tidak baik-baik saja.
Tak kuasa menahan rasa, akhirnya derai air mata itu jatuh juga.
Jolly sudah cukup lelah, rasanya ingin berhenti saja, namun ia tersadarkan akan janji. Satu-satunya cara agar ia tidak terlalu terlelap dalam kesedihan, Jolly selalu menuliskan isi hatinya pada satu buku yang dia sebut ‘deary’.
Dibukanya buku berwarna biru itu. Kemudian ia menuliskan seuntai kalimat yang terlahir dari hati, kala bahagia atau kecewa, kala sendu ataupun rindu.
Tangannya mulai menari-nari di atas kertas putih itu.
Dear deary .....
Shega Aedelmaer,
Bisakah kita berbicara dari hati ke hati
Berbincang soal rasa
Bercengkrama tanpa berang
Izinkan aku melembutkan hatimu dengan ketulusan cintaku
Belum sempat selesai menulis di buku diary, Jolly di kagetkan dengan dering handphoe di sebelahnya. Terpaksa ia harus mengangkat telephone itu.
Tertulis nama Qyara di sana, Jolly menghembuskan napas panjang.
‘huftt ... mau apa lagi nih’ batinnya.
Sebelum Jolly mengangkat teleponnya, ia berusaha menormalkan suaranya dan menghapus sisa air mata di pipinya.
“Eh buset lama banget angkat teleponnya bund, lagi ngapain dah.” Heboh Qyara di sebrang sana.
“SANTE DONG!” sahut Jolly.
“Ini gua lagi gabut aja anjir, nolep banget gak ada tugas,” lanjutnnya santai.
“WOWOWOWO, gaya lo so banget. Biasanya juga kalo ada tugas gak lo kerjain jamil.” Serbu Qyara heboh.
“Eeee, sekate-kate lo Maymunah,” balasnya lagi.
“Eh Lyy, besok kan malam minggu nih, jalan yok.” Ajaknya.
“Ke mane?” tanya Jolly.
“Katanya di jalan baru ada cafe baru tuh, gimana kalo kita ke sana aja, Brandon juga ikut kok, nanti dia yang minta izin ke nyokap lo,” jelasnya panjang lebar, mengingat Jolly si anak strict parents.
“Lo harus ikut pokonya! Gak usah deh lo sibuk ngejar-ngejar si Shega cacing India itu. Gak banget deh. Cinta tak selamanya indah deck-deck,” sambung Qyara dengan nada ala-ala sound tiktok.
“Bacot banget!”
Jolly mematikan teleponnya secara sepihak, sudah cukup kenyang ia menerima cibiran dari teman-temannya seperti barusan. Dia sangat risih.
Seperti biasa Jolly selalu merasa lapar tengah malam seperti ini, ia memutuskan keluar untuk mencari makan. Tapi bagaimana ia harus izin ke bundanya? Ah itu urusan nanti, yang terpenting siap-siap saja dulu, hihihi.
Dijangkaunya swaeter over size yang tergantung di samping nakas. Dengan dipadukan celana jeans high waist berwarna baby blue. Terkesan tomboy nan anggun, sudah sangat jelas menggambarkan sifat Jolly yang berani dalam banyak hal dan tidak takut mencoba hal-hal baru di luar zona nyaman.
Sudah siap dengan penampilannya, ia perhatikan tubunya di pantulan cermin. “Cakep banget gweh.” Ucap Jolly penuh percaya diri.
“Shega-Shega ... apa yang di raguin dari gua si anjir. Gua nyaris sempurna kaya gini lo masih aja gak mau terima?!” lanjutnya lagi memuji diri sendiri.
Memang, apa yang dikatakan Jolly sangat benar, ia nyaris sempurna. Dengan body goals dan wajahnya yang cantik, ini sudah masuk kriteria good looking bukan? Apa lagi dengan kecerdasannya yang menjadi nailai plus bagi dirinya.
Sudah cukup lama Jolly bergaya di depan cermin. Akhirnya ia memutuskan turun ke bawah untuk meminta izin pada bunda dan ayahnya. Sudah dengan berbgai alasan agar ia di izinkan keluar, akhirnya ia berhasil juga karena dibela Ayahnya yang super baik. Namun tetap saja, ia harus menerima wejangan dahulu dari Bundanya.
“Awas ya jangan pulang larut malam, jangan bawa motor ngebut-ngebut, gak usah berani-beraninya nyalip mobil, itu bahaya! Taruhannya nyawa. Gak usah banyak acara juga, kalo udah beli makan langsung pulang, jangan mampir sani sini, Bunda khawatir sama kamu.”
Bla ... bla ... dan masih panjang lagi, kurang lebih seperti itu wejangannya ya adeck-adeck.
***
Sudah cukup banyak makanan yang Jolly beli, akhirnya ia memutuskan untuk pulang.
Namun ketika Jolly akan memarkirkan motornya, ia melihat satu laki-laki sedang dikeroyok dua preman berbadan kekar, tapi apa ini? Yang di hajar hanya diam saja?
Dengan tangkas Jolly menghajar preman itu dari belakang. Jangan diragukan dengan kemampuan Jolly, ia sangat mahir dalam berkelahi. Buktinya saja preman berbadan kekar ini berhasil ia lawan hingga terbujur kaku di trotoar.
Usai berhasil melawan dua preman tadi, Jolly terkejut kala mengetahui siapa laki-laki yang di hajar tadi.
“Shega?” Jolly tertegun.
Ya itu adalah Sega, dia terlihat sangat pilu. Matanya yang terpejam, wajahnya di penuhi dengan luka, tubuhnya yang kekar saja sudah tak bertenaga. Bagaimana tidak? Ia dihajar dua preman dalam kondisi mabuk seperti ini.
Jolly berusaha menyadarkan Shega walaupun ia tahu itu mustahil. Sebenarnya Shega masih setengah sadar namun jika diajak bicara jawabannya selalu melantur.
Jolly bergeming ketika Shega tiba-tiba saja memeluknya.
“Tolong gue,” kelu Shega dengan suaranya yang berat.
“Gua ada di sini Ga, jangan kawatir.” Rintih Jolly, ia membalas pelukannya dengan erat. Seakan-akan tak ada yang bisa memisahkan mereka.
“Gue anter pulang ya, ini udah malem banget, lo harus istirahat,” tawar Jolly lembut.
Shega menggeleng cepat, ia semakin mengeratkan pelukannya dan semakin dalam menenggelamkan kepalanya pada dada Jolly.
“Jangan gitu Ga, lo harus pulang.”
Jolly memutuskan untuk mengantar Shega pulang. Ia tergopoh-gopoh membantu Shega berjalan, kemudian dengan susah payah membantunnya untu duduk di motornya. Dan ia letakan kedua tanngan Shega pada pinggangnya agar Shega tidak terjatuh nantinya.
Sudah sampai di depan gerbang rumah mewah milik Shega yang terlihat sangat sepi, di sana hanya ada satpam saja yang menjaga.
“Itu Den Shega ya Neng?” tanya satpam pada Jolly.
“Iya Pak, boleh tolong bukakan gerbangnya Pak.” Santun Jolly.
“OH, siap-siap neng sebentar,” jawab nya, kemudian langsung membukakan pagar itu.
“Anterin ke dalem juga ya pak, saya gak enak kalo masuk kamar cowo sendirian.” Pinta Jolly lagi.
“Iya neng nanti saya antar masuk Den Shega,” ucap nya sembari menutup kembali pagar.
“Makasih ya Neng udah anterin Den Shega,” ucap satpam sebelum berjalan menuju kamar Shega.
“Iya sama-sama Pak,” ucap nya disertai senyuman.
“Ya udah saya ke dalam dulu Neng,” katanya.
“Iya Pak silahkan.”
Jolly menatap keduaya dari belakang. Ia begitu prihatin meliat kondisi Shega sekarang, sebenarnya sangat ingin mengobati luka yang ada di tubuh dan wajahnya, namun mengingat ini sudah larut malam pasti Bunda dan Ayahnya sudah menunggu di rumah.
Setelah kejadian semalam Jolly merasa Shega sudah mulai menerimanya. Dekapannya yang hangat, pelukannya yang manja. Jolly sangat menyukai itu.Pagi ini Jolly juga begitu semangat, tanpa harus menerima wejangan dari Bundanya. Pukul 06:30 bahkan Jolly sudah berada di sekolahnya, tak sabar untuk melanjutkan misinya yang sedikt lagi berhasil.“Huh ... gak sia-sia juga perjuangan gue,” ucap Jolly usai turun dari mobilnya.“Pokoknya Shega haus jatuh cinta dulu sama gue,” batin Jolly sambil menancapkan tangan di pinggangnnya.Segera ia berjalan menuju kelasnya, sudah lumayan banyak siswa yang datang, tapi yang Jolly tunggu sekarang hanyalah Shega. Pagi ini Jolly sudah siap menyambut pujaan hatinya dengan sekotak sarapan di tangannya.Pagi itu Jolly sangat ramah ke semua siswa, lengkungan bibirnya ia tebarkan sangat tulus. Tidak biasanya Jolly seperti ini. Tapi sunggguh, Jolly bahagia teramat sangat.“Neng dibayar berapa lu ama sekolah jadi patung selamat datang? Hahaha ....” Gelak tawa dari
Brakk .... suara benturan pintu dihantam Qyara cukup keras.“HEY ANJIR, LO EMANG GAK PUNYA HATI YA.” Suara Quara naik oktaf. Ia menemukan Shega ada di dalam kelasnya sedang menghisap sebatang rokok menghadap ke arah jendela belakang. Dengan tangkas ia dorong badan kekar Shega hingga kepalanya terbentur pada kaca jendela.“Anjir!” rahang Shega mulai mengeras.“LO EMANG GAK PUNYA OTAK YA. BISA GAK SIH LO HARGAIN LYLY SEDIKIT AJA!” katanya semakin emosi.“Mending lo pergi dari sini sebelum gue hajar!,” ucap Shega memberi peringatan.“Oh lo beraninya sama cewe ya? CUPU TAU GA,” ucap Qyara yang membuat Shega semakin geram.“Sini lo kalo berani,” tantang Qyara.Shega mengabaikan Qyara, ia berjalan keluar kelas melaluinya. Ia lebih memilih untuk tidak meladeninya, Shega sadar ia sangat mudah terpancing emosi, bahakan terhadap wanita sekalipun. Jadi lebih baik ia mengindar saja dari pada ia harus bertarung dengan wanita yang bukan lawannya. Shega sudah sangat muak dengan sikapnya Jolly yang
“Permisi,” ucap Jolly kala memasuki ruang BK, tapi Jolly tidak melihat Bu Nining di sana.“Ke mana Bu Nining?” Batinnya, mencari keberadaan guru Bk SMA Adiwilangga, namun pada akhirnya Jolly memilih duduk saja pada salah satu kursi di ruangan ituSelang beberapa waktu pintu ruangan terbuka, ia pikir itu Bu Nining guru BK-Nya, tapi ternyata itu adalah Shega lelaki yang telah berhasil membuat perasaannya campur aduk. Mata mereka bertemu kala Shega berjalan ke arah kursi di sampingnya, Jolly sedikit ketakutan dengan tatapan mata Shega yang tajam seperti elang yang akan menerakm mangsanya.Setelah mereka duduk berdampingan susasana ruangan berubah menjadi horor. Yang biasanya jika Jolly bertemu Shega akan banyak mulut, tapi kali ini Jolly sangat kaku. Ia bingung harus bagaimana, keduanya benar-benar seperti orang yang tidak saling mengenal.“Maaf,” ucap Shega singkat yang akhirnya membuka suara. Namun Jolly tidak menggubris sama sekali.“Apa dia bilang, maaf?” Batinnya keheranan.“Maaf,”
“Assalamulaikum,” ucapnya membuka pintu dengan wajahnya yang kusut.“Waalaikumsalam,” jawab Bunda yang baru saja keluar dari kamarnya.“Kamu pulang sama siapa nak, hari ini pak Doyok kan gak bisa jemput?” Tanya Bunda khawatir.“Sama temen mah,” jawab Jolly seadanya.“sama Brandon kah?” Tebak Bunda, karena biasanya jika pak Doyok tidak bisa menjemput, Brandon lah yang akan mengantarkan Jolly pulang.“Iya,” sahut Jolly. “Bagus kalo gitu, kenapa gak kamu ajak mampir dulu ke sini?” Tanya Bunda.“Kasian dia mau istirahat kecapean abis rapat organisasi,” jawab Jolly. “Oh yaudah kalo gitu.” Kata Bunda seadanya yang membuat Jolly sedikit heran. Biasanya Bunda selalu menanyakan hal apapun kepadanya, tapi kenapa kali ini Bunda berbeda? Apa ada sesuatu.“Udah nih gak nanya lagi?” tanya Jolly sebelum pergi ke kamarnya.“Gak ada,” sahut Bunda.“Abis bersih-bersih badan, kamu langsung makan ya,” Titah Bundanya.“Iya siap.” Ucap Jolly seraya menaiki tangga.Huftt...Jolly membantingkan badan di ata
“Ke mana aja si lo pada, lama banget gua ngebatu dari tadi,” gerutu Qyara.“Lu pikir emang dari rumah Lyly ke sini deket apa?” Brandon beralasan.“Ya ngebut kan bisa,” Qyara menyembulkan mulutnya.“Udah si, ngeributin yang gak jelas mulu. Disini kan kita mau have fun,” Jolly menyeringai, yang membuatnya kembali diam.“Mau pesan apa nih,” tanya Jolly sembari merogoh menu makanan di atas meja.“Lu semua udah gua pesenin, tinggal nunggu makanannya dateng aja,” ucap Qyara.“Lah? Lu pesenin apaan anjir,” ujar Jolly tidak terima.“Makanan favorite lo berdua, gua jamin gak bakal nolak,” kata Qyara, Yang akhirnya Jolly pun menerima.Sembari menunggu makanan datang mereka menghabiskan waktu untuk mengobrol. Ketika di tengah perbincangan Qyara tertegun kala Pasha dan Birru berada di tempat yang sama. Qyara kenal dekat dengan mereka berdua, maklum saja Qyara si anak friendly yang bisa berteman dengan siapa saja. Namun ia dapati bukan hanya Pasha dan Birru saja, ia menilik seperti tidak asing, da
Jolly merasa hawatir dengan kondisi Sega saat ini. ia berjalan mengikuti Shega dari belakang. Jolly menghampiri Shega kala pria itu duduk pada area bebas asap rokok.“ Lo baik-baik aja kan?” Gumam Jolly yang membuat Shega sedikit terlonjak.“ Ngapain lo di sini?” Tanya Shega ketus.“ Hah? E-eum ... gu-gue gak sengaja lewat aja abistu liat lo di sini,” sahut Jolly beralasan.“ Pergi!” Usir Shega dengan nada menekan.“ Gue mau temenin lo di sini,” ujar Jolly seraya mengusap lembut bahu Shega. namun, dengan tangkas Shega yang tak suka kontak fisik ,menangkis tangan Jolly yang menyentuh bahunya hingga membuatnya tersungkur di lantai.“ GUE BILANG PERGI YA PERGI!!” Ucapnya, suaranya naik oktaf.“ LO BUDEK?” Katanya lagi seraya memegang dagu Jolly dengan kasar. Sementara Jolly hanya bisa meringis menahan tangis di perlakukan Shega seperti ini.“
Hari minggu yang cerah, di hiasi kicauan burung menjadi suasana yang sangat indah. Jolly memilih jogging untuk mengisi waktu pagi di hari liburnya.Taman kota menjadi tempat tujuannya, di hari libur seperti ini biasanya banyak pengunjung di sana. Untuk kali ini ia lebih memilih jogging sendiri, tidak seperti biasanya pergi berolahraga bersama temannya Qyara.“Huft ... cape juga ya.” Ucapnya kala sudah sampai tempat tujuan, ia memilih duduk terlebih dahulu pada salah satu kursi taman.Setelah cukup untuk merenggangkan otot-otot nya, ia pergi mencari minum di area taman kota.“Air mineral satu ya Pak.” Ucapnya pada penjual.Kala ia akan meminumnya, tiba-tiba saja badannya terdorong oleh benda di belakngnya. Hal ini membuat pakaiannya basah.“Eh maaf di sengaja,” ucap wanita di belakangnya seraya terkekeh geli.“Dara? Gak ada abisnya ya lo, terus gangguin hidup gue mulu,” cer
Tidak biasanya pagi-pagi seperti ini Jolly berada di dapur, biasanya ia masih bersiap-siap berada di dalam kamar. Jolly bangun cukup pagi sekitar jam 06:00 ia sudah bergelut dengan alat dapur, ia begitu antusias membuatkan sarapan untuk Shega.“Arghh panas.” Jolly meringis kasakitan kala tangannya tak sengaja terkena teplon.“Eh? Tumben banget anak Bunda jam segini udah di dapur aja.” Ucap Bunda memasuki dapur.“Iya Bund, Lyly mau bawa bekal ke sekolah,” jawabnya.“Tumben banget kamu bawa bekal,” tanya Bunda heran.“Iya Bunda, gatau kenapa pengen bawa aja” ujarnya beralasan.“Oh bagus kalo gitu, makanan dari rumah lebih bagus, terjamin sehat.” Kata Bunda menyetujui.“Ehehehe, iya Bunda.” Umpat Jolly.Sudah cukup lama Jolly bermain dengan alat dapur akhirnya selesai juga. Pagi ini Jolly membuat sandwhich berisi daging dan sayuran, tak lupa
Artha membeku di tempat, ia tak berkutik sama sekali. Hatinya teramat hancur melihat kekasihnya sendiri berciuman dengan pria lain. Ia melihatnya secara langsung seperti ini, oleh mata kepalanya sendiri, ini sangat sakit.“L-lo b-berdua ng-ngapain?” Artha berucap gelagapan. Ia tak bisa menahan dirinya. Rasa marah, sedih, hancur berkecamuk menjadi satu.Sontak Shega dan Jolly menghentikan kegiatannya. Dengan susah payah wanita itu mengancingkan kembali pakaiannya. Terlukis rasa panik di wajahnya.“Lancang banget lo main masuk kamar orang tanpa permisi!!” Shega nampak marah. Pria itu hendak mendekat pada Artha, namun tangkas Jolly menahannya.“LO YANG LANCANG BERBUAT JIJIK KAYAK GITU SAMA CEWE GUE!!!” Artha berteriak, rahangnya kini sudah mengeras, jarinya menunjuk ke arah Shega.“ARTHA!” Jolly semakin panik. Ia nampak bingung harus berbuat apa.“APA? GUE UDAH MUAK SAMA MISI LO! GUE UDAH GAK MAU LAGI NYEMBUNYIIN HUBUNGAN KITA BERDUA.” Pria itu sangat emosi. Kedua tangannya pun sudah men
“Gue masih gak nyangka Dara kayak gitu,” Ucap Qyara, seraya mengambil satu bisquit yang di sediakan di rumah Artha. Setelah pulang sekolah mereka tidak langsung pergi. Artha mengajak temannya untuk berkumpul di rumahnya.“Sama, padahal di liat-liat dia kaya dari orang berada.” Sambung Birru.“Justru itu. dia keliatan kaya orang berada karena dari pekerjaannya jadi pelacur. Itu bikin dia kaya.” Timpal Artha.“Iya juga yah. Kok lo pinter banget Tha?” Kata Birru.“Yeuu ... emang gue mah pinter kali.” Sahut Artha.“Btw lo tau gak sih. Barusan Dara chat gue.” gubris Jolly. Hal ini membuat temannya penasaran.“Hah. Serius? Chat apaan dia.” Tanya Qyara. Ia telah memasang wajah serius.“Dia minta maaf. Terus dia jujur sama gue, kalau dia emang gak suka sama gue sejak kecil. Makannya sekarang dia selalu ganggu kehidupan gue.” Lanjut Jolly bercerita.“Kok dari kecil, emang lo berdua udah kenal?” Birru merasa aneh. Pria itu mengerutkan dahinya.“Nah ini makannya. Ternyata dia anak ART di rumah g
“Lo ngapain?” Shega memutar badan ketika merasa ada yang mengikuti dari belakang. Shega mendapati Brandon di sana.“Gue mau kejar Lyly.” Sontak Brandon melanjutkan perjalanannya. Ia lari mengejar Jolly.“Lo gak usah kejar Lyly. gue pacarnya lebih berhak.” Shega berteriak, hal ini membuat Brandon menghentikan langkahnya. Kemudian berbalik menghadap Shega.Ia menatap Shega amat dalam, nampaknya pria itu berbicara serius. Tidak terlukis kebohongan pada wajahnya.“Gue resmi pacaran sama Jolly dari kemarin malam. jadi mulai sekarang, lo gak usah deket-deket sama dia lagi.” Shega berucap dengan nada yang dingin. Kemudian ia melaluli Brandon begitu saja.Kalimat itu berhasil mematahkan hati Brandon. Perasaan sakit, sedih, hancur berkecamuk menjadi satu. Ini adalah hal yang paling ia takutkan. Melihat perempuan yang di cinta bersama orang lain. Setelah ini tidak ada alasan lagi untuk berjuang mendapatkan cintanya.Air mata menggenang di matanya. Kini ia tak bisa menahannya. Rasa sakit kian su
Pagi ini Jolly berangkat bersama Shega yang kini sudah menjadi pacarnya. Ia amat bahagia, sepanjang jalan Jolly tidak melepaskan genggaman pria itu. Tangan mereka kini saling bertautan.Namun sepanjang jalan wanita itu merasa aneh. Setiap orang yang melihatnya menatap dengan tatapan tajam. Hal ini membuat Jolly mengerutkan dahinya, ia merasa aneh.“Lyly, sekarang lo baik-baik aja kan? lo gak papa kan? please dengerin gue yah. Gue percaya sama lo, gue yakin itu bukan lo. Jangan dengerin omongan orang lain yah. Lo bodo amatin aja.” Sapa Qyara panjang lebar. Terlukis rasa panik di wajahnya. Sementara Jolly menatap temannya penuh arti. “Maksudnya apa?” Batinnya.“Lo kenapa sih?” Jolly bertanya.“Gue tau lo pasti terpuruk banget. Tapi gue sebagai sahabat lo, gua gak bakal ninggalin lo kok. Gue mau bantu lo nyari pelaku di balik semua ini.” Lanjutnya lagi.“Apaan sih? Orang gue gak papa.” Ujar Jolly santai.“Bentar, emang yang lo tau, Lyly kenapa?” Shega merasa ada yang janggal.“Lah lo gak
Shega terduduk pada kursi balkon kamar Jolly usai makan malam. Pria itu menatap kosong pada langit gelap nan pekat. Pikirannya kini di penuhi oleh perempuan yang kini terus mengejarnya. Shega juga memikirkan bagaimana perasaan yang sebenarnya. Akhir-akhir ini ia merasa tak suka jika Jolly dekat dengan pria lain, seperti Brandon misalnya. Apa mungkin ini rasa cemburu? Shega saja tidak tahu, bahkan tidak mengerti.“Buset! lo dari tadi di sini? Bunda nyariin noh.” Sapa Jolly. Wanita itu nampak gusar mencari pria bernama Shega ini.Tak ada jawaban, Shega masih saja menikmati lamunannya.“Shega! nyaut kek, elah.” Jolly nampak gusar.“Kamar lo udah bersih noh. Udah Bunda beresin.” Cerocos Jolly, wanita itu terus saja mengoceh.Malam ini Shega akan menginap di rumah Jolly. Itu pun karena Bunda yang memaksa. Bahkan sebenarnya Purwa menyuruh Shega agar tinggal bersama saja di rumahnya, agar pria itu tidak merasa kesepian. Namun Shega menolak, ia merasa tidak enak jika hidup dengan orang lain.
Hari semakin larut. Sementara Shega belum terbangun dari tidurnya. Jolly nampak gusar membangunkan pria itu berkali-kali, namun Shega tak kunjung membuka mata.“Shegaaa ... ayo banguuunnn ...” wanita itu bersi keras membangunkan pria yang tertidur pulas pada ranjang miliknya.“Sumpah lo kebo banget!” Ia semakin gusar.Muncul ide gila di otaknya, wanita itu tersenyum menyeringai.“Apa gue bales dendam sekarang aja ya.” Pikir Jolly, telunjuknya mengetuk pelan pada bibir mungilnya.“Hm ... gue bales perlakuan lo tadi sekarang juga,” ucapnya.Setelah berucap seperti itu, Jolly mengusap pelan pada dada bidang milik Shega. telapak tangannya menyelusuri di setiap sisi. Tak lupa leher jenjang pria itu Jolly usap dengan lembut.Jolly melirik Shega sesaat, ia amat kecewa karena perlakuannya tidak memberikan reaksi pada pria itu. Apa ia harus melakukan hal yang lebih intim lagi?perlahan Jolly membuka kancing baju yang Shega kenakan. Satu persatu ia buka, maka semakin terekspos dada beserta abs-
Selama perjalanan pulang Shega dan Jolly sama sekali tidak membuka suara. Keduanya sama-sama membungkam, membuat suasana menjadi genting.Usai sampai di rumah Jolly Shega begitu saja keluar dari mobil kemudian berjalan menuju rumah. Ia tidak meninggalkan sepatah kata apapun pada wanita itu.“Dih. Tu anak kenapa sih? Main nyelonong aja masuk rumah orang.” Ujar Jolly, wanita itu masih berada di dalam mobil.Tanpa basa-basi Jolly pun ikut membuntuti Shega dari belakang. Pria itu bahkan membuka pintu tanpa permisi, sementara pemiliknya saja belum mempersilahkannya masuk.“Bener-bener tu orang. Kesurupan kayaknya.” Jolly berkacak pinggang seraya menggelengkan kepalanya.Ketika Jolly memasuki rumahnya, ia dapati Shega sudah duduk pada ruang tamu bersama wanita berbalut dress hitam itu, yang tak lain Bunda Purwa.“Lyly, kamu abis kemana aja sih?” Sapa Bunda. Wajahnya nampak khawatir.“Lyly abis jalan sama Brandon Bunda, tapi tiba-tiba Shega jemput Lyy secara paksa.” Jolly mengadu.“Oh, sama
“Lo gak papa Lyy, gak balik dulu ke rumah?” Tanya Brandon, kala mereka berdua telah sampai di gedung nan tinggi itu.“Kalo bareng lo, mama gue gak bakal marah.” Ujarnya, tak terlihat rasa khawatir pada wajahnya. Purwa memang begitu percaya terhadap Brandon.“Kita cuman temenan aja nyokap lo udah begitu percaya sama gue, apa lagi kalo jadi temen seumur hidup hehe,” Brandon melemparkan senyuman manis. Sementara Jolly malah bergidik ngeri.“Dih, ngadi-ngadi lo.” Ucap Jolly, seraya menaikan sebelah bibirnya.“Gak mau apa lo hidup bareng gue terus?” Brandon memasang wajah memelas.“Emang lo mau ke mana? Toh kita masih hidup di planet yang sama.” Jolly berlagak tidak mengerti maksud ucapan Brandon barusan.“Dih, maksud gue gak gitu.” Brandon nampak gusar.“Udah deh, ayo masuk ke dalem.” Tangkas Jolly menarik tangan pria itu, sementara Brandon belum sempat menjelaskan.Terbesit rasa sakit pada hati Brandon. sebenarnya ia begitu faham bahwa Jolly hanya beralasan tidak mengerti. Namun rasanya
“Heyy ...” Brandon mengangetkan. Hal ini membuat wanita yang tengah duduk di kantin itu terlonjak.“Ih, ngagetin aja lo!” Jolly nampak gusar. Sementara Brandon hanya terkekeh geli.“Sendiri aja lo?” Ujar Brandon seraya duduk di sebelah Jolly.“Qyara lagi di kantor guru, gak tau ngapain tu anak.” Sahut Jolly. Sementara Shega hanya menggubris dengan anggukan kepala.“Lo gak beli makan?” Kini Jolly yang bertanya. Ia memperhatikan pria itu tidak membawa makanan apapun.“Gue udah pesen, tinggal nunggu makanannya dateng aja,” gubris Brandon memberi tahu.“Oh, ok.” Sahut Jolly.“Btw gue mau nagih utang ke lu.” Ujar Brandon. hal ini membuat wanita di hadapannya nampak kebingungan.“Perasaan gue gak pernah minjem duit ke ni anak,” batin Jolly dalam hati.“Lo inget pas jogging kita pulang bareng kan?” Nampaknya Brandon berusaha membantu temannya mengingat.“Iya,” kata Jolly.“Abis itu sepanjang jalan kita main tebak-tebakan,” lanjut Brandon.“Heem ...” Jolly mengerutkan dahinya. Ia tampak sedan