Elleza menatap satu persatu orang yang duduk di depannya dengan tenang. Kemudian tatapannya beralih ke samping seolah meminta persetujuan, hingga tak lama anggukan tanda setuju itu diterimanya.
Tak
Sebuah cincin bertahta berlian yang semula tersemat di jari manisnya, ia letakkan di meja membuat atensi semua orang mengarah padanya. Gadis itu menghela nafas, matanya yang berkaca-kaca tak menggoyahkan tekadnya.
“Papi, mami, sebelumnya Elleza minta maaf. Mungkin keputusan Elleza ini akan membuat kalian kecewa, tapi Elleza akan tetap mengatakannya.” Elleza menjeda, mengambil nafas dalam-dalam sebelum melanjutkan ucapannya.
“Elleza memutuskan pertunangan dengan Allarick.”
Sepasang paruh baya yang di panggil Elleza dengan sebutan papi dan mami itu menatapnya dengan penuh tanya, dan ia dapat melihat tatapan kecewa dari mata keduanya.
“Elleza sudah memikirkannya matang-matang, dan Elleza yakin itu yang terbaik buat Elleza maupun Allarick. Elleza berharap papi dan mami mau mengerti dengan keputusan yang Elleza buat.”
Laki-laki yang semula hanya diam mendengarkan, kini berdiri mencengkeram pergelangan tangan Elleza, dan mengajak gadis itu pergi dari sana.
“Kalian sudah mengetahui ini sebelumnya?” tanya Wina-- maminya Allarick kepada kedua orang tua Elleza.
“Elleza sudah menyerah mbak. Dan jujur saja, kami mendukung keputusannya. Anak gadis kami itu terlalu baik untuk seorang laki-laki yang tak bisa menghargainya sama sekali seperti Allarick.” Karina-- mamanya Elleza menatap Wina datar. Kedua orang tua Allarick itu hanya diam, mereka tak bisa mengelak karena apa yang di katakan Karina adalah suatu kebenaran.
Wina berkaca-kaca, “Tapi Rin, tidak ada gadis yang lebih baik dari Elleza untuk mendampingi putraku,” lirihnya.
“Dan membiarkan putriku menderita bersamanya? Begitu maksud mbak Wina?” Sahut Adam-- papanya Elleza geram.
Wina kini terisak di dalam pelukan Kendrick-suaminya tanpa bisa menjawab pertanyaan Adam. Memang benar, gadis itu terlalu baik untuk Allarick yang tak pernah menghargainya. Bahkan dalam keputusannya kali ini pun, gadis itu memilih untuk tak menyebutkan alasan sebenarnya, yang dimana mereka yakin bahwa kesalahan ada pada Allarick.
“Putri kami pantas mendapatkan laki-laki yang jauh lebih baik dari Allarick, mbak Wina.”
***
“Apa ini Elleza? Apa yang baru saja kau lakukan, hah?!” Allarick berteriak dan menghempaskan tangan Elleza dengan kasar.
Elleza tersenyum remeh, “Kenapa? Bukankah ini yang kau mau?” katanya tenang.
“Aku tak menginginkannya Elleza!! Kau mempermalukanku!!”
Bentakan itu tak membuat Elleza gentar, ia memajukan langkahnya memangkas jarak dengan Allarick. Gadis itu mendongakkan wajahnya, hingga netra hitamnya bertemu tatap dengan iris hazel milik Allarick.
“Bagian mana aku mempermalukanmu? Apa aku mengatakan kalau aku memutuskan pertunangan karena kesalahanmu? Apa aku menjelek-jelekkanmu di depan orang tua kita? Tidak Allarick!! Aku bahkan menjadi pengecut dengan membuat keputusan tanpa mengatakan alasannya!!”
Allarick terdiam, menatap mata indah yang memancarkan luka itu dalam. Sejujurnya Allarick tak mengerti dengan situasi yang terjadi sekarang. Ini terlalu tiba-tiba baginya.
“Kita bisa membicarakannya baik-baik Elleza,” pinta Allarick mencoba meraih tangan Elleza, namun segera di tepis gadis itu.
“Bukankah seharusnya kau senang Al? Setelah ini kau bisa dengan bebas menemui dan melakukan apapun dengan kekasihmu itu tanpa harus terhalang oleh status kita. Ah, atau kau bisa menikahinya, dan hidup bahagia bersamanya.” Elleza terkekeh sinis.
Allarick mengusap wajahnya kasar, “Aku sudah tidak ada hubungan lagi dengannya Elleza!! Aku sudah mengatakan kalau aku akan belajar mencintaimu juga bukan? Lalu kenapa sekarang kau lakukan ini?” ucapnya mengguncang pundak Elleza, hingga sesaat kemudian gadis itu menghentaknya.
“KAU MENCIUMNYA, ALLARICK!! KAU MENGHANCURKAN KEPERCAYAANKU!!” Elleza berteriak marah.
Mata Allarick terbelalak, “A-ap apa? K-kau salah paham Elleza-”
Ia kembali barusaha meraih tangan Elleza, namun gadis itu mengangkat tangan dan memundurkan langkahnya.
Elleza mengusap air yang keluar dari matanya dengan kasar. “Aku mengakhiri kebodohanku sampai di sini Allarick. Kebodohanku yang mengejar cintamu dengan buta, kebodohanku yang menerima segala perlakuan burukmu tanpa mengeluh, kebodohanku yang hanya diam bahkan ketika tau kau hanya menjadikanku alat untuk menutupi hubunganmu dengan kekasihmu yang tak mendapat restu. Dan terakhir, kebodohanku yang mempercayai ucapanmu bahwa kau akan belajar mencintaiku. Hanya sampai di sini Allarick, sekarang kau terbebas dari ikatan dengan gadis bodoh ini.”
Setelah mengucapkan itu, Elleza berbalik meninggalkan Allarick yang menatap kepergiannya dalam diam.
“Jadi, kau pergi setelah berhasil membuatku mencintaimu Elleza?”.
***
Allarick berjalan cepat menuju ruang tamu-- tempat mereka berkumpul tadi dengan harapan Elleza masih berada di sana. Namun nihil, Allarick hanya melihat maminya sedang menangis dipelukan papinya.
“Elleza mana mi?” tanyanya gusar.
Wina melepas pelukan suaminya, menatap Allarick dengan kecewa. “Kenapa kamu mencarinya? Bukankah seharusnya sekarang kamu berlari menemui kekasihmu yang seperti jalang itu karena sudah terbebas dari pertunangan konyolmu dengan Elleza, huh?” sentaknya.
“Mami-“
“Kenapa? Kaget karena mami tau? Bukan hanya mami dan papi, tapi kedua orang tua Elleza sudah tau sejak lama kalau kau masih berhubungan dengan kekasihmu itu saat sudah menjadi tunangan Elleza!!” Sela Wina cepat.
Selama ini, Allarick memang menunjukkan ketidaksukaannya pada Elleza secara terang-terangan. Ia bersikap ketus bahkan tak jarang membentak gadis itu, namun Elleza tetap tersenyum dan bersikap baik padanya karena gadis itu begitu menyukainya.
Dulu, Allarick terpaksa menerima tawaran orang tuanya untuk bertunangan dengan Elleza agar dapat menutupi hubungannya dengan sang kekasih, Laura yang tak pernah mendapat restu dari orang tuanya. Lagi-lagi, gadis itu menerimanya tanpa protes.
Ia tak menyangka, jika perbuatan buruk yang selama ini ia sembunyikan dengan rapat itu ternyata di ketahui oleh orang tuanya dan orang tua Elleza.
Allarick bersimpuh di hadapan maminya. “Maafkan kelakuan Allarick mi, dulu Allarick memang masih menjalin hubungan dengan Laura. Tapi semakin lama terbiasa dengan keberadaan Elleza, membuat Allarick merasa nyaman dengannya. Apalagi setelah tau kalau Laura hanya berniat menjadikan Allarick ladang uang untuknya, Allarick menyudahi hubungan dengannya dan mulai belajar mencintai Elleza. Allarick juga nggak mau pisah dengan Elleza mi,” ucapnya menunduk dalam.
“Allarick bersumpah kalau hubungan kami sudah membaik akhir-akhir ini.”
Kendrick dan Wina saling pandang sejenak, “Lalu mengapa tiba-tiba Elleza memutus pertunangan kalian Al?” tanya Kendrick, membuat Allarick mendongak menatap papinya.
“Sepertinya Elleza salah paham pi..”.
(Flashback On)Dua hari yang lalu..“Senang bekerja sama dengan anda Mr. Allarick Xaviero,” ucap Lucas- kakak Elleza dengan formal sambil menjabat tangan Allarick. Sebagai sekretaris kakaknya, Elleza ikut tersenyum tipis pada Allarick.Lucas menarik tangan Elleza, dan melangkah meninggalkan ruangan meeting perusahaan Allarick tanpa berpamitan. Sejak awal pertunangan mereka, Lucas memang selalu menunjukkan ketidaksukaannya pada Allarick. Ia tau kalau Allarick itu laki-laki brengsek yang hanya terpaksa bertunangan dengan adiknya.“Kakak jangan gitu terus sama Al, dia sekarang baik kok.” Elleza membujuk kakaknya sambil berjalan cepat mengimbangi langkah laki-laki itu.“Jangan terlalu bodoh, Elle.”Elleza berdecak, “Dia sekarang baik kak, bahkan dia bilang mulai belajar buat mencintai Elle juga. Kakak nggak tau aja kalau beberapa bulan ini hubungan kita membaik, jadi kayak orang pacaran, hihi.”“Tidak ada laki-laki baik yang masih berhubungan dengan kekasihnya saat sudah memiliki tunangan
Lucas yang baru saja pulang dari lembur mengernyit bingung saat memasuki rumah. Ia melihat jam tangannya, masih terlalu dini untuk tidur tapi semua keluarganya tidak kelihatan. Baru akan melanjutkan langkah menuju kamar untuk membersihkan diri, ia mendengar suara pintu utama yang terbuka.Alisnya terangkat satu saat melihat orang tua dan adiknya memasuki rumah dengan wajah murung. Bahkan adiknya itu langsung pamit pergi ke kamar tanpa menyapanya sama sekali.“Kalian dari mana?” Lucas bertanya setelah duduk di depan orang tuanya.“Dari rumah om Kendrick, kak.”“Ngapain pa?”Adam menghela nafas, “Adikmu memutuskan pertunangan dengan Allarick,” ucapnya sendu.Lucas tak bisa menutupi keterkejutannya, ia spontan melirik ke arah lantai atas di mana kamar adiknya berada. Mengapa tiba-tiba seperti ini? Bahkan ia masih ingat betul kalau dua hari yang lalu hubungan mereka berdua masih baik, Elleza juga meyakinkan kalau Allarick sekarang berubah dan berusaha mencintai adiknya itu.“Alasannya apa
“Aku tak habis pikir, ternyata kau masih punya muka untuk datang kerumah ini tuan muda Xaviero,” ejek Lucas menatap remeh pada Allarick yang berdiri di depannya.“Aku ingin bertemu Elle kak. Dia hanya salah paham, dan aku akan menjelaskan yang sebenarnya.”“Siapa yang datang kak? Kenapa tidak di ajak masuk?”Lucas dan Allarick sama-sama menoleh ke arah belakang di mana suara Karina itu berasal. Keduanya saat ini memang sedang berdiri di depan pintu. Tadi Allarick datang bertepatan dengan Lucas yang keluar hendak bermain catur dengan security di pos.“Kenapa kemari?” tanya Karina dengan ketus.“Al ingin bertemu Elleza, ma. Semua tidak seperti yang dia pikirkan, begitupun dengan kalian.”Karina menatap putra sulungnya seakan meminta pendapat. Walaupun sebenarnya ia ingin mengusir Allarick pergi dari sini, namun di saat bersamaan ia juga ingin tau apa sebenarnya permasalahan yang membuat Elleza senekat itu memutuskan pertunangan sepihak.Lucas mengangguk pada mamanya, lalu pergi ke taman
Dengan langkah lebar dan pandangan lurus ke depan, Allarick Xaviero berjalan santai memasuki gedung perusahaannya. Kantung mata laki-laki itu menghitam, wajahnya tak sesegar biasanya, namun tetap saja ketampanan seorang tuan muda Xaviero itu tak berkurang.Para karyawan yang berlalu lalang membungkuk dengan segan padanya. Si bos yang akhir-akhir ini sangat murah senyum itu, hari ini terlihat begitu dingin dan suram. Dan mereka memilih untuk menghindar daripada terkena masalah.“Arick.”Panggilan itu mengalihkan perhatian Allarick. Ia cukup terkejut saat melihat Laura dengan berani menunggunya di lobby, bahkan wanita itu kini berjalan mendekatinya.“Arick.”“KENAPA KALIAN MEMBIARKAN WANITA INI MASUK, HAH?!” Teriaknya murka, ia mengedarkan pandangannya menatap pada para karyawan, sesaat kemudian security berlari mendekat.Laura memegang tangan Allarick, “Arick, aku mohon bantuan kamu. A-aku, aku butuh pekerjaan Arick. Tidak bisakah kamu kasih aku pekerjaan? Aku nggak tau lagi harus mint
Suara pecahan serta benda-benda jatuh masih terus terdengar di ruangan Allarick. Sepeninggal Lucas dan Elleza, pria itu langsung kembali ke ruangannya dan membanting barang-barang yang ada di ruangannya untuk melampiaskan emosi. Brakk Kepalan tangan Allarick kembali menghantam meja. “Arghhh kau tidak bisa melakukan ini padaku Elle!! Kau tidak bisa pergi dariku!!” teriaknya. “Kau sudah masuk ke dalam hidupku dan berhasil membuatku jatuh padamu. Untuk itu, kau tak akan pernah bisa pergi semaumu, Elle. Kalau dengan cara halus kau tetap keras kepala, maka aku akan menggunakan cara kasar dan licik untuk membuatmu kembali padaku,” lanjutnya dengan seringai tipis. Laki-laki itu mulai tenang, ia beranjak ke arah sofa dan mendudukkan diri. Tangannya terjulur ke arah laci kecil di samping sofa untuk mengambil sesuatu yang ia simpan di sana. Glek Pria itu menenggak minuman alkohol langsung dari botolnya, “Ah, hanya kau yang bisa membuatku mabuk di jam kerja seperti ini, Elle.” Allarick terk
Tamara menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir dengan Elleza yang kalap berbelanja sebanyak itu. Ia melirik ke arah kasir yang sedang meghitung belanjaan Elleza, lalu beralih menatap tangannya yang hanya memegang satu celana dan satu crop top.“Ini. Sekalian dengan belanjaan mereka.”Baik Tamara maupun Elleza— yang semula menatap ponsel langsung menoleh bersamaan saat mendengar suara yang familiar di telinga mereka. Pria itu—Allarick, berdiri di samping Elleza dengan tangan kanan menyodorkan black card pada kasir.“Tidak usah. Saya bayar sendiri,” kata Elleza tanpa menatap Allarick.Kasir itu nampak kebingungan karena ia telah menghitung total belanjaan Elleza, beserta baju anak yang di beli Allarick, hanya tinggal milik Tamara saja yang belum.Dengan tatapan matanya, Allarick memberi kode pada salah satu karyawan yang berada di dekat Tamara untuk mengambil belanjaan gadis itu agar sekalian di hitung. Tentu saja, Tamara tak menolak. Gadis itu justru menyesal karena hanya berbel
Elleza menggeliat, matanya yang terasa berat ia buka perlahan-lahan. Ringisan keluar dari bibirnya saat merasakan nyeri pada tangan kanan.Setelah kesadarannya terkumpul penuh, ia melirik ke arah punggung tangannya yang tertancap selang infus. Gadis itu mendesah, ternyata lambungnya tetap saja lemah. Hanya menghabiskan semangkuk ramen pedas saja, ia sudah tumbang.“Aish, aku pasti masih di rumah kak Gwen. Jam berapa sekarang?” Monolognya sambil mengedarkan pandangan ke dinding-dinding kamar untuk melihat jam.Ketika kepalanya menoleh ke arah kiri, ia tersentak kecil karena merasakan pipinya menyentuh sesuatu yang agak tajam. Elleza menurunkan pandangan, dan dilihatnya rambut Allarick yang menggesek-gesek pipinya.Pria itu menggeliat karena terusik dengan pergerakan Elleza, namun tak berselang lama ia kembali tenang dengan kepala yang menelusup di ceruk leher Elleza, dan kedua tangannya memeluk tangan kiri Elleza.Elleza hanya diam, tak berniat membangunkan atau menjauhkan pria itu dari
"Bye my princess. Sering-sering main kesini ya."cupElleza mengangguk dan terkekeh ringan saat mendapat kecupan dipipinya dari Jayden yang manis."Uncle tidak di cium? Ck, padahal yang membayar Iron Man yang kau bawa itu uncle," protes Allarick.Jayden meringis, menarik kemeja Allarick agar pamannya itu berjongkok. cup"Thank you uncle Al yang paling tampan menurut grandma Wina," ucap Jayden setelah mencium pipi Allarick.Allarick berdecak, mengacak rambut keponakannya hingga berantakan, lalu kembali berdiri."Kalian hati hati ya. Sering-sering saja kalian ajak Jayden keluar, agar aku bisa me time tanpa gangguan," celetuk Gwen tanpa dosa."Anakmu itu terlalu aktif dan berisik Gwen, pusing kalau terlalu lama bersamanya," sahut Allarick seraya menggelengkan kepalanya saat melihat Jayden berlari masuk ke dalam rumah hendak pamer pada daddy nya."Ayo, Elle." Allarick menarik tangan Elleza setelah gadis itu berpamitan pada Gwen.Sejak masuk ke mobil sampai sekarang mobil sudah keluar dar
Terlampau jengah dengan perdebatan mengenai status pertunangannya, kini Elleza memilih untuk bersikap masa bodoh. Toh hidupnya bukan hanya sekedar tentang hubungan percintan saja, masih banyak hal lain yang harus di pikirkan.Walaupun kini hidupnya tak tenang lantaran ulah Allarick yang selalu saja mempunyai cara untuk mendekatinya, tapi tak apa. Setidaknya dengan begini, laki-laki bajingan itu bisa merasakan bagaimana berada di posisinya.Sejatinya, memperjuangkan cinta bukan hanya dilakukan oleh satu orang. Hubungan yang ada di antara dua orang, harus di perjuangkan oleh keduanya. Dengan demikian, maka cinta itu akan lebih kuat dan bertahan dari berbagai goncangan.Selama ini, bertahun-tahun Elleza hanya berjuang dan mencintai sendirian. Elleza berusaha membuat hati Allarick yang sekeras batu itu melunak. Di tengah penolakan dan sikap buruk Allarick, Elleza tetap teguh pada pendiriannya untuk bertahan.Mungkin bisa di katakan, saat ini menjadi titik lelah bagi seorang Elleza. Ia yan
"Lepas!""Kenapa kau masih mengikutiku terus, hah?" Elleza meneriaki Allarick setelah menghempaskan tautan tangan pria itu dari tangannya.Allarick berdecak malas. "Aku tidak membawa mobil, Elle. Tadi pagi aku kemari bersama Lucas," jelasnya seraya melirik ruangan Lucas."Ya sudah! Kalau begitu sana kamu ke ruangan kak Lucas. Kenapa mau ikut ke ruanganku lagi!"Gadis itu berusaha mendorong Allarick yang bersandar di pintu ruangannya, tapi tentu saja tak berhasil. "Tidak mau. Aku akan ikut pulang bersamamu nanti," tolak Allarick."KAU!!!"Elleza meremas kedua tangannya di depan Allarick, serta menggertakkan giginya untuk menahan emosi. Apalagi saat melihat wajah tanpa dosa pria bajingan itu! Rasanya Elleza ingin mengulitinya hidup-hidup!"Ck, kalian ini. Bukankah kalian baru saja bermesraan di depan wartawan? Kenapa sekarang bertengkar lagi?" Sepasang mantan tunangan itu menoleh bersamaan, dan mendapati Lucas berada di depan ruangannya sambil bersidekap dada."S-siapa yang bermesraan
Allarick terkikik geli lantaran Elleza menunjukkan ekspresi sebal. Gadis itu seolah tak bisa mengelak bahwa apa yang dikatakan Allarick memang benar. Lihat saja cara berjalannya yang cepat dan dihentak hentakkan, persis seperti anak kecil yang tengah merajuk."Elle, tunggu aku." Allarick meraih tangan kiri Elleza dari belakang.Gadis itu berhenti, tepat di depan pintu cafe. Ia menolehkan kepala dan menatap sengit Allarick. Bukannya langsung melepas pegangannya, Allarick malah abai dan mengangkat ponselnya yang berdering dengan tangan kiri tanpa melepas tangan Elleza."Ada apa? Aku tidak akan ke kantor hari ini," ucapnya pada Gwen di seberang.(Aku juga tak mengharapkan kau kemari, dasar tidak berguna! Kau dimana sekarang?)Allarick mengerutkan alis. "Aku ada di cafe dekat kantor Elleza. Kalau tidak penting, aku tutup. Mengganggu saja," dengusnya.(Apa kau tak memeriksa ponselmu, hah?)Ponsel yang semula tertempel di telinga, segera Allarick jauhkan saat Gwen tiba-tiba berteriak."Ada
"Kau mau apa, Elle?"Oh shit! Mata Elleza membola begitu mendengar pertanyaan Allarick yang terkesan mengejek. Lihat saja, bibir pria itu pun tertarik hingga membentuk smirk yang memuakkan.Allarick yang semula hanya menolehkan kepala, kini membalikkan badannya ke arah Elleza."Ah, jangan bilang kau ingin..." ucap Allarick gantung, tapi berhasil membuat Elleza naik pitam saat melihat gesturnya yang menyilangkan tangan di depan dada.BughElleza memukul pundak Allarick menggunakan tasnya agak keras hingga laki-laki itu mengaduh."Aku tidak mesum sepertimu!" Bentak Elleza."Lalu?""Ekhm, aku ingin kamu pergi dari sini. Merusak pemandangan, kau tahu?"Daripada semakin hilang kendali menghadapi pria semacam Allarick, Elleza segera berbalik menuju pintu keluar.Sialan! Gara-gara pria itu jam makan siangnya yang berharga harus terbuang beberapa menit dengan percuma.Tingkah Elleza itu lagi-lagi terlihat menggemaskan di mata Allarick hingga membuatnya menahan tawa."Bilang saja kau ingin men
Elleza menghempaskan tubuhnya di sofa begitu masuk ke ruangannya. Meski statusnya di sini hanya seorang sekretaris, tapi ia mendapat beberapa keistimewaan sebagai putri dari pemilik perusahaan tentu saja. Salah satunya adalah ruangan yang cukup nyaman ini.Sebelum ia mengikuti jejak kakaknya untuk memimpin salah satu anak perusahaan, ia lebih dulu di tempatkan pada posisi sekretaris agar ia bisa belajar dengan mengikuti ritme kerja sang kakak supaya nantinya ia dapat menjalankan tugas sebagai pemimpin dengan baik."Ku tanya, apa maksudmu berkata seperti tadi, hah? Bagaimana jika nantinya orang-orang itu menyebarkan gosip kalau kita masih bertunangan?" Elleza menatap tajam Allarick yang berdiri menjulang di depannya.Allarick mengendikkan bahu. "Well, memang itu tujuanku," ucapnya santai."Kau-"Elleza mendadak terdiam hingga tidak dapat melanjutkan ucapannya ketika mendapati Allarick yang tanpa aba-aba tidur di sofa dengan menjadikan pahanya sebagai bantal."Ck, diamlah sebentar Elle.
Di dalam kamarnya, Elleza terus menerus menggerutu. Ia tak habis pikir dengan segala tingkah ajaib yang dilakukan mantan tunangan brengseknya itu hari ini.Benar-benar aneh, seperti bukan Allarick!Ingin rasanya Elleza memejamkan mata, memasuki alam mimpi dengan tenang tanpa memikirkan hal ajaib apalagi yang tengah Allarick lakukan di lantai bawah bersama keluarganya. Namun tidak bisa!Ia hanya berguling kesana kemari di tempat tidurnya, sesekali mengusak rambutnya yang sudah kusut menjadi semakin kusut.Drrt drrtPonsel Elleza yang berada di atas nakas bergetar. Dengan malas, Elleza menjulurkan tangan kanannya, mengambil benda pipih itu dan melihat siapa yang mengiriminya pesan.Matanya terbelalak. Ia spontan kembali mendudukkan diri karena terkejut melihat pesan yang masuk dalam ponselnya.My AllarickAku pulang Elle.Ah, sayang sekali kau tak mengantarku sampai depan rumah.Tapi tak apa, besok aku akan menjemputmu.Sampai jumpa besok, Elle sayang.Holly shit!!Elleza rasanya mual s
Pertanyaan sarat akan kecewa yang terlontar dari bibir Elleza itu berhasil membuat seorang Allarick Xaviero terdiam kaku.Kalimat 'kenapa baru sekarang' itu juga sering terlintas dalam pikiran Allarick sendiri.Jika ia bisa memilih dan mengendalikan kepada siapa ia akan jatuh cinta, maka ia tak akan ragu untuk menjatuhkan hatinya pada Elleza sejak kali pertama pertemuan mereka beberapa tahun silam.Namun Allarick bisa apa? Cintanya yang buta pada Laura begitu besar sehingga ia tak mampu melihat ketulusan Elleza.Semua yang sudah terjadi, tidak bisa di ubah. Begitupun dengan cinta Allarick yang sudah berpindah sepenuhnya pada Elleza. Tak butuh meratap atau terlarut dalam penyesalan, seorang Allarick hanya akan terus melangkah. Karena prinsipnya masih sama, tak ada yang tak bisa di dapatkan seorang Allarick. Katakanlah ia sombong, tapi itu memang benar. Allarick akan mendapatkan apapun yang ia inginkan, termasuk Elleza.TakSuara garpu yang di letakkan dengan kasar, membawa Allarick ke
"Bye my princess. Sering-sering main kesini ya."cupElleza mengangguk dan terkekeh ringan saat mendapat kecupan dipipinya dari Jayden yang manis."Uncle tidak di cium? Ck, padahal yang membayar Iron Man yang kau bawa itu uncle," protes Allarick.Jayden meringis, menarik kemeja Allarick agar pamannya itu berjongkok. cup"Thank you uncle Al yang paling tampan menurut grandma Wina," ucap Jayden setelah mencium pipi Allarick.Allarick berdecak, mengacak rambut keponakannya hingga berantakan, lalu kembali berdiri."Kalian hati hati ya. Sering-sering saja kalian ajak Jayden keluar, agar aku bisa me time tanpa gangguan," celetuk Gwen tanpa dosa."Anakmu itu terlalu aktif dan berisik Gwen, pusing kalau terlalu lama bersamanya," sahut Allarick seraya menggelengkan kepalanya saat melihat Jayden berlari masuk ke dalam rumah hendak pamer pada daddy nya."Ayo, Elle." Allarick menarik tangan Elleza setelah gadis itu berpamitan pada Gwen.Sejak masuk ke mobil sampai sekarang mobil sudah keluar dar
Elleza menggeliat, matanya yang terasa berat ia buka perlahan-lahan. Ringisan keluar dari bibirnya saat merasakan nyeri pada tangan kanan.Setelah kesadarannya terkumpul penuh, ia melirik ke arah punggung tangannya yang tertancap selang infus. Gadis itu mendesah, ternyata lambungnya tetap saja lemah. Hanya menghabiskan semangkuk ramen pedas saja, ia sudah tumbang.“Aish, aku pasti masih di rumah kak Gwen. Jam berapa sekarang?” Monolognya sambil mengedarkan pandangan ke dinding-dinding kamar untuk melihat jam.Ketika kepalanya menoleh ke arah kiri, ia tersentak kecil karena merasakan pipinya menyentuh sesuatu yang agak tajam. Elleza menurunkan pandangan, dan dilihatnya rambut Allarick yang menggesek-gesek pipinya.Pria itu menggeliat karena terusik dengan pergerakan Elleza, namun tak berselang lama ia kembali tenang dengan kepala yang menelusup di ceruk leher Elleza, dan kedua tangannya memeluk tangan kiri Elleza.Elleza hanya diam, tak berniat membangunkan atau menjauhkan pria itu dari