Di hari pertama Kayana dirawat di rumah sakit, Rafandra selalu berusaha berada di dekat istrinya. Setiap kali Kayana meminta sesuatu, dirinya akan jadi orang pertama yang siap sedia memberikannya termasuk urusan makanan. Karena Kayana sedang tergila-gila dengan donat, hampir setengah lusin dihabiskannya sendiri. Mengherankan bagi Rafandra yang tak pernah melihat istrinya seperti ini. Takut semakin kecanduan, Rafandra menarik kotak donat yang tengah dipegang Kayana lalu menaruhnya di meja tengah. Kayana yang masih ingin menikmati donat itu tiba-tiba merengut tak jelas dengan mulut penuh kunyahan. "Sudah ya sayang, makan donatnya besok lagi," ujar Rafandra yang dibalas rengutan sebal dari Kayana. "Aku takut gula darah kamu naik." "Justru kata dokter gula darah aku tuh defisit. Harus banyak makan makanan mengandung gula," jawab Kayana yang masih sibuk mengunyah sebongkah donat di tangannya. "Stop. Besok aku belikan lagi." Rafandra memasukkan sisa donatnya ke dalam kotak bekal yang ta
Kayana terlihat bahagia dengan kedatangan ibu mertuanya untuk yang kedua kali ke rumah sakit. Apalagi saat ini ibu mertuanya membawa sekotak donat yang masih diinginkannya. Mulutnya sampai tak berhenti mengunyah hingga membuat Rafandra menggelengkan kepalanya sejak tadi. Kalau Rafandra tak salah lihat, wajah ibunya sedikit sembab di bagian matanya. Juga garis kerut di dahinya yang makin terlihat jelas saat ia menunduk. Entah apa yang sedang dipikirkannya namun ini membuat Rafandra jadi curiga dengan kedatangannya yang tiba-tiba. Diliriknya Samsul yang duduk di sebelahnya dengan santai sambil menyantap makan malamnya. Satu pertanyaan terlintas di kepalanya, mengapa dia tidak memberitahukan sesuatu hal padanya. Padahal Rafandra yakin sekali ada satu hal yang ditutupi oleh mereka. "Ehem, mama tadi pulang sama Samsul?" tanya Rafandra yang diangguki oleh Alyssa. "Kok bisa? Kan—" "Tadi mama ketemu Samsul di kantor papa kamu terus mama suruh antar ke rumah sakit," jawabnya santai. "Tadi
Malam ini tepat pukul dua belas, Alyssa terpaksa pulang ke kediamannya setelah berdebat sengit dengan Wirautama di telpon tadi. Ini semua adalah permintaan aneh suaminya yang terus memaksanya untuk bicara malam ini. Pria itu berubah kasar dalam satu hari karena kejadian tadi siang. Rupanya, kepergian Alyssa yang tiba-tiba membuat kemarahannya tak terbendung. “Dari mana saja kamu?” Wirautama memanggil Alyssa yang tengah berjalan santai di ruang tamu tanpa menghiraukan dirinya. Tak ada jawaban dari Alyssa, istrinya itu langsung masuk ke dalam kamar lalu membersihkan dirinya. Merasa tak dianggap, Wirautama mengikuti langkah istrinya lalu bertanya lagi padanya. “Kenapa kamu menghindari suamimu sendiri dan memilih pergi?” “Kasar sekali cara bicara kamu sekarang. Seorang Wirautama yang terkenal ramah di luar sana, ternyata adalah orang yang sangat arogan. Apa pantas kamu bersikap seperti ini di depan istrimu sendiri?” gertak Alyssa yang tak takut dengan gertakan Wirautama tadi. Tubuh lel
Knock knock Rafandra dan Samsul sama menoleh ke arah pintu. Dua kali suara ketukan terdengar, tak lama kemudian seseorang pun masuk dengan tenangnya ke dalam ruangan. Rafandra menyudahi perdebatannya dengan Samsul lalu menyuruh anak buahnya itu keluar. “Papa dengar, kamu bertemu dengan Mr Hamid dari Dubai?” Rafandra mengangguk. “Apa yang kalian bicarakan?” Wirautama tanpa permisi langsung duduk dengan satu kaki menyilang. Sudah biasa baginya dan itu dimaklumi oleh Rafandra. “Iya, dia menawarkan kerja sama. Rafa lupa mau memberitahu papa kalau projek yang papa berikan sudah dibatalkan. Rafa tidak mau bekerja sama dengan projek milik pemerintah, pembayarannya sering tertunda,” keluh Rafandra yang diangguki oleh Wirautama. Ia tak banyak berkomentar tentang keputusan anaknya mengenai projek yang satu itu. “Oh iya, kapan Kayana keluar dari rumah sakit?” tanya Wirautama tanpa rasa bersalah. Dirinya bahkan belum pernah menjenguk menantunya, padahal jarak rumah sakit dan kantor tak terlal
Rumor beredar begitu cepat. Berawal dari ketidaksengajaan Rani datang ke sebuah pesta pertunangan salah seorang sahabatnya bersama dengan Wirautama, dari situlah rumor perselingkuhan antara merebak hingga wartawan menyebarluaskan ke seluruh media elektronik. Awalnya, rumor ini tak terendus sampai salah satu akun membongkar kebusukannya. Akun itu menuliskan komentarnya dengan tulisan yang cukup pedas. Katanya, Rani itu sebenarnya mantan kekasih si pemilik pesta yang kabur lalu menikah diam-diam dengan Wirautama. Rafandra sebenarnya tidak mau tahu tentang rumor itu. Ia bahkan menutup kolom komentar di akun media sosialnya dan memilih diam ketika para penggiat gosip gencar menanyakan hal itu padanya. Benar saja, baru beberapa jam rumor itu beredar, sudah puluhan akun bertanya padanya di pesan pribadi hingga membuatnya kesal. Di saat seperti ini, ia semakin membenci ayahnya sendiri. "Banyak media yang penasaran, bos. Bagaimana ini?" tanya Samsul yang sejak satu jam lalu tak berhenti be
"Kamu lelah?" Rafandra menggeleng lalu tak lama ia mengangguk. "Aku juga lelah." Kayana menyindir dari balik ponselnya. Rafandra menggeliat perlahan mengamankan tidurnya di samping Kayana. Beruntung, ranjang rumah sakit itu sedikit lebih luas. Rafandra bisa merebahkan tubuhnya disana dengan nyaman. "Pulang besok yuk," ajak Rafandra. Ia telah bosan melihat suasana rumah sakit dan merindukan masakan Kayana yang menjadi salah satu alasannya. "Kata dokter, lusa baru boleh pulang." Kayana menjawab sambil melirik dari ujung matanya. Bibir Rafandra maju dua senti, seolah sedang merajuk pada istrinya. "Tapi aku rindu masakanmu." Kayana mendecih sinis. Bujukan Rafandra nyatanya tak mampu menaklukkan hati istrinya. Bukan tak ingin keluar dari rumah sakit, hanya saja Kayana masih merasakan tubuhnya belum sepenuhnya pulih dari sakit. "Rumor itu sudah meluas. Kata mama, aku dilarang ikut campur. Menurut kamu?" Rafandra coba mengalihkan pembicaraan. Karena dirinya baru saja teringat lagi akan
Meski telah dua jam terlewat sejak Abil pulang, wajah Rafandra masih saja merengut tak suka. Ia terus menunjukkan ketidaksukaannya pada Abil. Bahkan tak segan-segan menyindir Kayana meskipun istrinya itu sedang tak membicarakan sahabatnya. "Masih cemburu?" Rafandra tak menyahut. "Masih soal Abil?" kembali tak menjawab, Kayana mendesah pasrah. Menghadapi suami yang senang sekali merajuk adalah tantangan bagi Kayana sehari-hari. Di balik wajah tegasnya, Rafandra memang sering menampakkan sisi manja yang berbeda. "Kalau kamu masih cemburu, besok aku pulang sama Abil. Aku minta dia jemput aku. Oh, sekalian sama Raka juga," sindir Kayana yang semakin membuat Rafandra cemburu. "Bukan begitu, tadi kenapa sih dia sengaja tempelin bibirnya di telinga kamu?" tanya Rafandra. "Aku cemburu, kamu dibisikin sama dia." "Oh, karena yang dibisikin itu?" Rafandra mengangguk. "Itu dibisikin apa? Bukan lagi ngomongin aku kan?" Kayana menggelengkan kepalanya. Dirinya terdiam sejenak, memikirkan apakah
Dokter yang biasa menangani Kayana tersenyum lebar. Setelah merapikan stetoskop dan alat pengukur tekanan darah, ia menyuruh suster yang ikut dengannya mencabut selang infus yang terpasang di tangan Kayana. Berbisik sejenak pada suster, ia kembali tertuju menatap Kayanaa yang tengah menanti hasil pemeriksaan. “Bagaimana, dok?” tanya Kayana yang tak sabaran dengan hasilnya. “Sudah bagus. Hari ini bisa langsung berkemas dan pulang. Hanya saja nanti di rumah harus lebih banyak istirahat dan jangan terlalu lelah bekerja. Satu lagi, jangan stress dan banyak melihat sesuatu yang indah.” dokter muda itu tersenyum ramah pada Kayana hingga wanita itu salah tingkah. Kayana membalas senyuman dokter itu dengan anggukan pelan. “Kalau melihat dokter boleh? Kan dokter juga pemandangan yang indah.” Kayana merayu dokter muda itu hingga terkikik malu. Tak suka, Rafandra yang berada di samping Kayana tiba-tiba saja membelalakkan matanya dan tangannya menyilang di dada. Lirikan matanya jangan dilupaka