Seminggu berjalan dengan begitu cepat, sampai detik ini Ayla masih bertanya-tanya kenapa Ayla di pindahkan kembali ke lantai bawah, yaitu lantai satu untuk karyawan biasa.
Padahal Ayla sangat berharap bisa terus bekerja di lantai 24 untuk melancarkan misinya. "Maaf Nona, untuk saat ini Nona akan saya tugaskan di lantai dasar kembali, karena pegawai yang lama di lantai 24 telah masuk setelah selesai cuti panjangnya," begitulah kata Wisnu saat meminta Ayla kembali bekerja di lantai dasar.
Padahal baru juga sehari Ayla bekerja di lantai 24, dan Ayla ingat betul terakhir kali Ayla mengetahui kenyataan pahit yang di ceritakan oleh Wisnu. Yaitu tentang kebenaran perihal pernikahannya. Dan berakhir dengan tragedi tangisannya yang di pergoki langsung oleh pemilik perusahaan di dalam toilet.
'Aku akan bersabar sampai waktunya tiba, waktu dimana urusan surat gugatan ceraiku selesai di kerjakan oleh Devi,' batin Ayla. 'Aku percaya jika pengaca
Dengan langkah panjang Wibbi bergegas menuju ke ruangannya, dengan gerakan kasar Wibbi mendorong handle pintu sehingga dengan sekali hentakan pintu ruangan tersebut terbuka.Duukk!!Wisnu menabrak punggung Wibbi yang tiba-tiba saja menghentikan langkahnya. "Maaf tuan muda, saya tidak sengaja," ucap Wisnu dengan segera setelah mengetahui jika Wibbi masih diam terpaku di tempatnya.Wisnu melihat ke arah Wibbi, apa alasan Tuan mudanya tiba-tiba menghentikan langkahnya tepat setelah pintu ruangan terbuka.Wibbi tidak menghiraukan permintaan maaf Wisnu. "Ini amplop apa? Kenapa bisa ada di bawah pintu?" Tanya Wibbi setelah membungkuk mengambil amplop yang barusan terinjak oleh kakinya.Wibbi menimang-nimang amplop coklat di tangannya tersebut. Karena tidak biasanya ada amplop di bawah pintu ruangannya. Ini adalah kali pertama terjadi selama dia menjabat sebagai Presdir di perusahaan miliknya.
Tidak ada jalan lain baginya selain mengikuti apa kata Wisnu. Karena Wibbi tidak rela perusahaan yang di besarkan dengan jerih payahnya di ambil alih begitu saja oleh sang paman yang rakus akan harta.Tanpa sengaja pandangan mata Wibbi tertuju ke sebuah amplop coklat yang tadi terinjak oleh kakinya. Tangannya meraih amplop tersebut, rasa penasaran akan isi di dalamnya membuat Wibbi memberanikan diri membuka amplop tersebut."Uang?" Ucap Wibbi dengan mengerutkan keningnya. Wisnu yang mendengar itu pun ikut melihat ke arah tangan Wibbi yang mengeluarkan segepok uang seratus ribuan masih dengan logo Bank dimana uang itu di ambil sebelumnya.Amplop coklat yang besar dan tebal itu, memang tidak aneh jika berisi uang. Namun yang membuat aneh bagi Wibbi dan Wisnu siapa orang yang sudah dengan berani meletakkan uang sebanyak itu di bawah pintu ruang kerja sang pemilik perusahaan.Karena semua transaksi di perusahaan milikny
Ayla menghentakkan kakinya dengan penuh kekesalan kemudian berjalan ke arah dapur untuk mengambil air hangat. Bagaimana bisa dengan tidak tahu malunya lelaki ini berkata seperti itu. Bukankah itu salahnya sendiri? Kenapa seolah ini adalah kesalahan Ayla?"Dasar lelaki brengsek, tidak tahu malu, bisa-bisanya dia kemari membuat ulah di rumahku," gerutu Ayla sambil menyiapkan air hangat.Setelah sebuah baskom kecil terisi dengan air hangat dan waslap, kini Ayla berjalan menuju ke kotak P3K mengambil salep yang biasa di gunakan untuk mengatasi kulit yang lebam.Sedangkan lelaki yang menurut Ayla tidak tahu malu itu terdiam di depan ruang tamu sambil memegang tangannya yang memang terasa nyeri akibat terjepit pintu. Pandangannya menyapu setiap sudut ruang tamu tersebut. "Ternyata cukup lumayan tempat tinggal kamu di sini," ucapnya lagi yang kemudian menuju ke sofa lalu duduk di atasnya.Ayla yang datang dengan memb
Ayla sangat terkejut mendengar ucapan Wibbi. 'Apa maksudnya? Dia, apa dia sedang mengancamku?' batin Ayla.Ayla langsung berbalik menghadap ke arah Wibbi, "Hey!! Berhenti!!" Teriak Ayla dengan emosi tertahan atas kelakuan Wibbi, "Apa sebenarnya maksud kamu? Jangan beraninya cuma mengancamku seperti ini," ucap Ayla dengan berkacak pinggang melihat tajam ke arah Wibbi. Seolah tidak ada rasa takut sedikitpun dengan ancaman Wibbi, walaupun dalam hatinya, Ayla sangat khawatir jika Wibbi benar-benar memberikan nilai jelek pada adiknya saat magang.Wibbi yang telah berhenti karena teriakan Ayla, tersenyum penuh kemenangan, kini bukan dia yang akan memohon pada Ayla untuk melancarkan semua rencananya. Tapi Ayla sendiri yang akan datang padanya dengan suka rela. 'Sudah dapat aku pastikan jika kamu akan mengikuti semua rencanaku, cepat atau lambat, bahkan suka atau tidak suka, kamu pasti akan mengikutiku.' batin Wibbi.Wibbi yang menghe
Setelah di rasa semua sudah selesai, akhirnya Wibbi melenggang pergi menuju ke pintu keluar. Namun tiba-tiba Wibbi menghentikan langkah kakinya saat sudah berada di ambang pintu. Ia teringat akan sesuatu yang belum di sampaikan pada Ayla.Kemudian Wibbi berbalik melihat ke arah Ayla yang masih berdiri di tempatnya. "Oh ya satu lagi, soal uang yang kamu kembalikan padaku di bawah pintu ruangan kerjaku di kantor, nanti Wisnu yang akan mengurusnya, dan akan menggantinya dengan kartu debit tanpa limit, aku tidak mau jika ada gosip tentang aku di luaran sana. Gosip yang mengatakan jika seorang Wibbi Nugraha tidak sanggup menafkahi istrinya," ucap Wibbi. Setelah mengatakan hal itu Wibbi kembali berbalik dan berjalan menuju ke arah mobilnya yang terparkir di halaman rumah Ayla.Wibbi tersenyum puas membayangkan ekspresi Ayla barusan. Ekspresi di saat Ayla kehabisan kata-kata untuk berdebat dengannya soal uang yang ia kembalikan. "Kamu tidak akan bisa menol
Ayla pun bergegas menuju ke ruang tamu untuk membukakan pintu. Dan benar saja kini Abram telah berdiri di depan pintu rumahnya dengan membawa paper bag serta kantong kresek yang di perkirakan ada buah di dalamnya."Hah?! Ternyata aku tidak mimpi, ini beneran kakak yang datang?" ucap Ayla dengan sorot mata yang berbinar bahagia. Untuk meyakinkan jika ini bukan mimpi, Ayla mencubit pelan kedua pipinya. "Auw sakit, ini nyata," gumam Ayla.Setahu Ayla, Abram masih ada di Surabaya. Dan kini tiba-tiba sudah berada di depan pintu rumahnya, tentu saja itu membuat Ayla terkejut. Lantas kenapa tiba-tiba Abram ada di Jakarta sekarang ini? Terbersit pertanyaan itu di benak Ayla.Abram yang melihat reaksi Ayla, mengerutkan keningnya "Kenapa? Kaget lihat aku ada di sini?" Tanya Abram dengan memajukan kepalanya mendekati wajah Ayla."Bu-bukan gitu kak, aku kira kakak masih ada di Surabaya," ucap Ayla gugup karena posisi Abra
Di sebuah ballroom hotel berbintang di kawasan Jakarta terlihat begitu meriah. Banyak tamu dari kalangan pebisnis yang datang. Karena malam ini adalah pembukaan cabang perusahaan milik Abram yang ada di Jakarta. Perusahaan yang bergerak di bidang properti.Abram terlihat sangat sibuk ngobrol dengan para koleganya, sedangkan Ayla terlihat bosan dengan suasana pesta yang cukup ramai itu, "Kalau kamu bosan duduklah di sana, nanti aku akan menyusulmu," bisik Abram saat tahu jika Ayla sudah mulai bosan.Dengan senyum sumringahnya Ayla mengangguk senang, kemudian Ayla berjalan menuju ke arah meja yang tidak jauh dari tempatnya berdiri saat ini, "Kenapa Devi lama sekali sih? Katanya cuma sebentar menjemput Ferdy, ini dari tadi kok belum datang sih?" keluh Ayla yang memang berharap jika Devi akan segera datang bersama dengan adiknya.Tiba-tiba perut Ayla berbunyi, pertanda sedang meminta asupan makanan. Ayla pun beranjak dari duduknya dan b
Abram menemani Ayla sampai selesai makan. Kemudian ia berpamitan pergi untuk menemui rekan bisnisnya lagi. Karena memang banyak tamu yang hadir di acara tersebut, banyak juga dari perusahaan lain yang tertarik untuk berinvestasi dan bergabung ke dalam perusahaan milik Abram.Ayla masih setia duduk di mejanya menunggu sampai acara tersebut selesai. Perasaan bosan tentu saja menghinggapinya saat ini, di tambah lagi Devi belum datang juga hingga sekarang.Dari kejauhan terlihat sepasang wanita dan lelaki muda menghampiri Ayla, "Wow kamu terlihat sangat cantik Ay," puji Devi yang melihat Ayla sedang duduk melamun di salah satu meja. Ayla menoleh ke arah sumber suara, dan ternyata yang datang adalah Devi dan Ferdy."Ish, ish, kalian lama sekali sih, hampir aja aku mati bosan di sini," gerutu Ayla sambil memanyunkan bibirnya ke depan seolah sedang ngambek.Melihat tingkah Ayla membuat Devi terkikik sambil menutupi mulutny