Entah apa yang sebenarnya sedang berlangsung di tubuh kerajaan bisnis Kakek, tetapi menurut laporan Nico, tampaknya mereka semua sedang mencari titik kelemahan Kakek untuk mengambil alih Savero Group. Melihat kondisi Kakek sekarang, Reynald tidak mungkin hanya diam saja. Apalagi ketika dia ingat apa yang Nico bilang padanya barusan.“Tuan Muda, sepertinya para dewan direksi mulai tidak nyaman dengan kondisi kesehatan Tuan Besar. Mereka benar-benar ingin Tuan Besar menentukan ahli warisnya sesegera mungkin. Kalau tidak, mereka yang akan memutuskan siapa penerus selanjutnya dan Tuan pasti tahu apa yang akan terjadi, kan? Perebutan saham dan kekuasaan. Jadi tolong pikirkan baik-baik saran saya sebelumnya.”Sudah setengah jam lebih Reynald berada di teras halaman depan rumah Leanna. Pikirannya sedang campur aduk memikirkan apa yang baru saja Nico katakan hingga dia tidak menyadari kedatangan Leanna yang menghampirinya.“Ada apa? Apa ada masalah?” tanya Leanna begitu melihat raut wajah Rey
“Mereka ingin aku menikah dengan Rysha dan … menceraikan kamu kalau aku ingin mempertahankan bisnis yang sudah Kakek bangun dari dulu dengan susah payah,” kata Reynald berat sambil menatap nanar ke arah Leanna. Ada sedikit rasa tercekik begitu mengucapkan kalimat yang akan menyakiti Leanna itu. Namun dia harus jujur tentang keadaan yang sebenarnya pada Leanna.Leanna cukup terkejut mendengar penjelasan yang Reynald berikan tersebut. Jantungnya seakan melompat keluar dan menyesakkan dadanya begitu mendengar kalimat tentang perceraian itu.“Ka-kalau memang itu jalan yang terbaik untuk mempertahankan bisnis Kakek … Dokter boleh menceraikanku,” kata Leanna terbata. Tanpa berpikir lebih jauh, kalimat itu terlontar begitu saja dari bibirnya.Leanna menarik napas panjang kemudian kembali berkata, “Aku tahu aku bukan siapa-siapa. Aku juga bukan orang kaya yang bisa menyelamatkan bisnis Kakek, tetapi kalau memang ini jalan satu-satunya, aku akan merelakannya. Aku juga tahu kalau Dokter belum b
Sudah hampir sebulan ini Reynald jarang pulang ke rumah. Semenjak menolak permintaan Tuan Darwin, Reynald menjadi seperti mesin pekerja. Pria itu harus rela menyisihkan sebagian waktunya untuk membantu mengurus masalah di perusahaan Kakek. Belum lagi pekerjaannya di rumah sakit yang cukup padat. Hal ini sering membuat Leanna merasa khawatir. Terkadang menghubungi suaminya itu pun menjadi sangat sulit, walaupun Leanna selalu berusaha mengerti pekerjaan dan kegiatan pria itu.Seperti pagi ini di sela waktu istirahatnya, Leanna kembali mencoba menghubungi Reynald. Namun teleponnya sama sekali tidak dijawab. Kalaupun dijawab, bisa satu atau dua jam yang akan datang. Itu pun hanya berupa pesan singkat seperti yang sedang dibaca Leanna saat jam istirahat makan siangnya ini.Hari ini pekerjaanku padat. Kamu pulang dengan Pak Sugio saja, ya.Hanya kalimat singkat seperti itu yang Leanna terima sebagai jawaban kekhawatirannya. Tanpa sadar Leanna termenung menatapi layar ponselnya hingga tak sa
Arvian mendekat dan duduk di samping Leanna. Pria itu mengambil gelas teh yang Leanna pegang dan meletakkannya di meja kemudian mengusap lembut punggung wanita itu dengan sayang. Dia akan rela menukar apa pun yang dimilikinya sekarang asalkan Leanna berhenti menangis dan kembali tersenyum ceria. Arvian bahkan duduk diam dan setia menunggu sampai wanita itu selesai meluapkan kesedihan di hatinya. Begitu tangis Leanna mereda, Arvian mengulurkan beberapa lembar tisu untuk mengusap air mata wanita itu.“Apa sudah merasa lega sekarang?” Leanna hanya mengangguk pelan sambil mengusap air matanya dengan tisu. “Apa kamu mau menceritakannya padaku apa yang terjadi?”Leanna baru saja hendak membuka mulutnya untuk bicara, tetapi dengan cepat tangannya kembali membekap mulutnya yang tiba-tiba saja hendak memuntahkan isi perutnya. Arvian pun segera menuntun Leanna ke toilet. Leanna segera berlari ke depan wastafel untuk memuntahkan isi perutnya yang ternyata hanya sedikit air yang keluar. Diusapnya
Arvian masih setia menemani Leanna dan hanya bisa berdiri diam di tepi ranjang wanita itu sambil memperhatikan Reynald melakukan tugasnya. Rysha datang tak lama kemudian dan hanya bisa menatap hampa pada raut wajah kecemasan pria yang dicintainya sedang terfokus pada wanita lain.Selama menunggu hasil tes darah, Reynald berkali-kali memeriksa kondisi istrinya memastikan kalau tidak ada yang salah pada tubuh istrinya itu. Beberapa kali juga pria itu sempat mondar-mandir ke meja perawat menanyakan hasil lab yang tidak kunjung datang di jam padat rumah sakit. Bahkan Reynald sempat nyaris kehilangan keseimbangan tubuhnya kalau saja pria itu tidak berpegangan pada tepi ranjang pasien yang dilewatinya ketika kembali ke bilik Leanna.“Sebaiknya kamu istirahat dulu Rey, biar aku yang menggantikanmu memeriksa Leanna.” Rysha melihat iba pada pria yang kini sedang tidak menghiraukan kondisi tubuhnya sendiri. “Dan ... itu ada bekas luka di sudut bibirmu. Sini biar aku obati!”“Tidak perlu. Aku ti
Limpahan Perhatian“Dokter, apa aku tidak bisa pulang sekarang? Aku bosan di rumah sakit.”“Tidak bisa. Tunggu pemeriksaanmu selesai dulu. Kalau sudah tidak ada masalah lagi baru kita pulang,” jawab Reynald tegas. Tampaknya pria itu sudah bertekad untuk menjaga Leanna dan bayi mereka.“Tapi aku kan, tidak sakit.” Leanna memasang wajah memelas. Kali ini nada suaranya dibuat semanja mungkin. Wanita itu berharap agar pria di hadapannya ini mau menuruti permintaannya.Bosan juga berada di rumah sakit dan hanya tiduran tanpa melakukan apa-apa. Kalau Leanna meminta pulang, pria itu selalu berhasil membungkamnya dengan berbagai alasan medis. Seperti tidak boleh banyak bangun dari ranjang karena takut janin di perutnya belum kuat setelah kejadian pingsan kemarin.“Tidak. Tunggu hasil pemeriksaan dari Dokter Vira dulu,” jawab Reynald tetap pada pendiriannya dan membuat Leanna merengut kesal. “Jangan marah begitu, kasihan nanti bayi di perutmu.”“Tapi Dokter tidak kasihan padaku,” balas Leanna
Setelah dua hari berada di rumah sakit, Reynald akhirnya membawa Leanna pulang. Begitu wanita itu tiba di kediaman Maheswara, Kakek langsung memeluknya erat dan memerintahkan Bu Tia untuk selalu ada di samping Leanna dan membantunya. Kakek juga meminta semua yang ada di rumah itu ikut turut menjaga Leanna dengan baik layaknya porselen yang mudah pecah.Tentu saja Reynald adalah orang pertama yang selalu siap siaga di samping ibu hamil satu itu. Begitu bangun di pagi hari, Leanna langsung disuguhi segelas air putih hangat dan beberapa camilan kecil untuk mengurangi morning sickness. Bahkan ketika waktunya makan, Reynald benar-benar menjaga apa yang harus dikonsumsi Leanna termasuk memilihkan makanan bergizi tinggi yang kaya akan asam folat dan zat besi. Hingga menjelang malam sebelum tidur, pria itu selalu membuatkan sendiri susu khusus ibu hamil untuk Leanna dan membuat wanita itu merasa tersanjung dengan apa yang telah Reynald lakukan untuknya.Awalnya Leanna senang dengan semua perh
Entah apa yang terjadi, tetapi selama jam kerja, Leanna sama sekali tidak mendapatkan pekerjaan yang berat. Yang biasanya dia mengangkat kontainer penuh kostum dancer untuk di laundry, kali ini semua sudah rapi bersih di tempatnya. Wanita itu curiga kalau suaminya benar-benar melapor pada atasannya. “Sini biar kubantu,” kata Leanna saat melihat Nindy membawa tumpukan pakaian dari studio 5 tempat acara komedi tadi malam. “Jangan, baju-baju ini berat. Kamu hubungi sponsor yang mau dukung acara ‘Arjuna Mencari Cinta’ saja,” kata Nindy sambil menyerahkan secarik kartu nama salah satu brand pakaian yang ingin menjadi sponsor. “Tapi, itu banyak sekali. Pasti berat bawanya.” “Sudah tenang saja. Aku bawa sedikit-sedikit kok. Tidak berat.” “Tapi ….” “Nona manis kesayangan pak dokter, urus sponsor saja ya. Jangan urus kostum-kostum kotor ini.” Nindy mengembangkan senyum yang justru terlihat mengerikan di mata Leanna. Sepertinya pengaruh suaminya benar-benar besar sebagai cucu konglomerat