Limpahan Perhatian“Dokter, apa aku tidak bisa pulang sekarang? Aku bosan di rumah sakit.”“Tidak bisa. Tunggu pemeriksaanmu selesai dulu. Kalau sudah tidak ada masalah lagi baru kita pulang,” jawab Reynald tegas. Tampaknya pria itu sudah bertekad untuk menjaga Leanna dan bayi mereka.“Tapi aku kan, tidak sakit.” Leanna memasang wajah memelas. Kali ini nada suaranya dibuat semanja mungkin. Wanita itu berharap agar pria di hadapannya ini mau menuruti permintaannya.Bosan juga berada di rumah sakit dan hanya tiduran tanpa melakukan apa-apa. Kalau Leanna meminta pulang, pria itu selalu berhasil membungkamnya dengan berbagai alasan medis. Seperti tidak boleh banyak bangun dari ranjang karena takut janin di perutnya belum kuat setelah kejadian pingsan kemarin.“Tidak. Tunggu hasil pemeriksaan dari Dokter Vira dulu,” jawab Reynald tetap pada pendiriannya dan membuat Leanna merengut kesal. “Jangan marah begitu, kasihan nanti bayi di perutmu.”“Tapi Dokter tidak kasihan padaku,” balas Leanna
Setelah dua hari berada di rumah sakit, Reynald akhirnya membawa Leanna pulang. Begitu wanita itu tiba di kediaman Maheswara, Kakek langsung memeluknya erat dan memerintahkan Bu Tia untuk selalu ada di samping Leanna dan membantunya. Kakek juga meminta semua yang ada di rumah itu ikut turut menjaga Leanna dengan baik layaknya porselen yang mudah pecah.Tentu saja Reynald adalah orang pertama yang selalu siap siaga di samping ibu hamil satu itu. Begitu bangun di pagi hari, Leanna langsung disuguhi segelas air putih hangat dan beberapa camilan kecil untuk mengurangi morning sickness. Bahkan ketika waktunya makan, Reynald benar-benar menjaga apa yang harus dikonsumsi Leanna termasuk memilihkan makanan bergizi tinggi yang kaya akan asam folat dan zat besi. Hingga menjelang malam sebelum tidur, pria itu selalu membuatkan sendiri susu khusus ibu hamil untuk Leanna dan membuat wanita itu merasa tersanjung dengan apa yang telah Reynald lakukan untuknya.Awalnya Leanna senang dengan semua perh
Entah apa yang terjadi, tetapi selama jam kerja, Leanna sama sekali tidak mendapatkan pekerjaan yang berat. Yang biasanya dia mengangkat kontainer penuh kostum dancer untuk di laundry, kali ini semua sudah rapi bersih di tempatnya. Wanita itu curiga kalau suaminya benar-benar melapor pada atasannya. “Sini biar kubantu,” kata Leanna saat melihat Nindy membawa tumpukan pakaian dari studio 5 tempat acara komedi tadi malam. “Jangan, baju-baju ini berat. Kamu hubungi sponsor yang mau dukung acara ‘Arjuna Mencari Cinta’ saja,” kata Nindy sambil menyerahkan secarik kartu nama salah satu brand pakaian yang ingin menjadi sponsor. “Tapi, itu banyak sekali. Pasti berat bawanya.” “Sudah tenang saja. Aku bawa sedikit-sedikit kok. Tidak berat.” “Tapi ….” “Nona manis kesayangan pak dokter, urus sponsor saja ya. Jangan urus kostum-kostum kotor ini.” Nindy mengembangkan senyum yang justru terlihat mengerikan di mata Leanna. Sepertinya pengaruh suaminya benar-benar besar sebagai cucu konglomerat
Leanna dan Reynald berjalan mengelilingi butik baru mereka. Tangan Reynald bahkan tidak lepas menggandeng tangan Leanna selama mereka memeriksa keseluruhan kondisi butik baru ini. Jangan tanya bagaimana perasaan Leanna, wanita itu terlihat sangat senang. Matanya berbinar-binar menatap pakaian yang dia desain berbaris rapi dalam gantungan pakaian yang dipajang. “Bagaimana menurutmu? Apa sudah seperti butik yang ada dalam impianmu?” tanya Reynald sambil merangkul pinggang istrinya mesra. “Iya, sudah mirip. Butik ini cantik sekali. Bagaimana Mas tahu kalau aku suka dekorasi yang seperti ini?” “Ini semua Fiona yang mengerjakannya. Saya hanya sebagai penyedia dana saja,” jawabnya sambil tersenyum. “Kalau memang masih belum sesuai dengan keinginanmu, kamu boleh mengubahnya lagi,” lanjut Reynald. “Tidak perlu. Begini sudah cukup,” ucap Leanna kemudian menatap wajah suaminya dengan tatapan penuh rasa sayang. “Terima kasih ya, Mas.” “Sudah semestinya saya berikan butik ini. Jadi, kapan ka
Semenjak hamil, ada saja kelakuan Leanna yang membuat Reynald dan juga Arvian pusing bukan kepalang. Belum lagi permintaan-permintaan aneh yang sering wanita itu lontarkan. Seperti pagi ini saat keduanya dalam perjalanan ke tempat kerja, Leanna meminjam snelli Reynald dan memakainya. Wanita itu bahkan tidak berhenti mengendus aroma parfum yang menempel di snelli tersebut sampai mereka tiba di halaman parkir stasiun TV VO-Channel. “Sudah sampai nih, Sayang. Sini lepas snelli-nya. Masa kamu mau ke kantor pakai snelli saya?” kata Reynald setelah selesai memarkirkan kendaraannya di halaman parkir stasiun TV VO-Channel. “Tapi kalau aku kangen bagaimana?” “Ya sudah, kamu cuti saja terus ikut saya kerja. Bagaimana?” saran Reynald saat melihat istrinya enggan berpisah dengannya. Pria itu mengusap lembut pipi istrinya sambil menatapnya dalam-dalam. Leanna menggeleng keras, “Pekerjaanku hari ini banyak sekali. Tidak bisa cuti.” Leanna kini mengerucutkan bibirnya. Melihat hal itu, Reynald l
Reynald duduk di samping Leanna yang sedang asik mengunyah roti sandwich-nya. Wanita itu tampak tenang dan benar-benar menikmati makanannya berbanding terbalik dengan raut wajah pria yang baru saja duduk di sebelahnya ini. Wajah Reynald tampak menegang dengan rahang mengeras. Pria itu sungguh kesal melihat Arvian berani mencubit pipi istrinya. Inilah salah satu alasan kenapa dia ingin Leanna segera berhenti dari pekerjaannya di stasiun TV ini. Reynald tidak tahan melihat Arvian terlalu dekat bahkan bisa menyentuh Leanna seperti tadi. “Kalau begitu, aku kembali ke atas, ya. Masih ada yang belum selesai kuurus tadi,” ucap Nindy mencari alasan agar bisa pergi meninggalkan dua sejoli yang bisa membuat iri siapa pun yang melihat kemesraan keduanya. “Hmm … bawa ini, aku tidak mungkin menghabiskan semuanya.” Leanna memberikan sebungkus sandwich pada Nindy sebelum sahabatnya itu kembali ke ruang kerja mereka. “Apa kamu sudah mengurusnya?” tanya Reynald tanpa basa basi. “Sudah. Mas tenang
Reynald tidak sedikit pun melepaskan genggaman tangannya di tangan Leanna. Bahkan ketika Dokter Vira melakukan pemeriksaan USG, pria itu terlihat begitu antusias melihat gumpalan yang mulai tumbuh membesar di perut Leanna. Kedua dokter itu mengobrol dengan banyak istilah medis yang tidak Leanna pahan. Namun Leanna tahu kalau dia dan bayinya akan baik-baik saja. Hal itu jelas terlihat dari raut wajah Reynald yang ceria saat menatap layar monitor USG.Reynald memang terkenal sebagai dokter yang teliti, tetapi Leanna baru tahu dan baru melihatnya semenjak wanita itu hamil. Semua makanan dan minuman, kadar gizi dan vitamin, semua Reynald hitung berul-betul agar Leanna dan bayinya tidak kekurangan sedikitpun. Seperti saat ini, hasil pemeriksaan bersama Dokter Vira pun betul-betul diperiksanya dengan teliti bahkan pria itu suah menyiapkan solusi untuk berbagai kemungkinan yang ada dalam proses kehamilan dan kelahiran. Seserius itu Reynald menanggapi kehamilan calon anak pertamanya ini. Hin
Sejak insiden terakhir kali bertemu Safira di rumah sakit, semenjak itu pula Leanna sering melihat aktris cantik itu berada di rumah sakit. Seperti kali ini, saat Leanna baru selesai memeriksa kandungannya, wanita itu melihat Safira sedang berdiri di dekat meja perawat sambil menelepon.“Hei, Rey!” panggil Safira saat melihat Reynald berjalan ke arahnya bersama dengan Leanna. “Apa kamu melihat Steven?”Reynald mengerenyitkan keningnya. “Ternyata hubungan kalian benar-benar berjalan lancar, ya?”“Tidak usah meledekku! Aku mau terapi, tapi dia tak menjawab teleponku.”“Terapi atau kencan?” ledek Reynald lagi dan kali ini Safira langgung menampilkan tatapan tajam khas singa betina miliknya.“Terapi ya … TERAPI!”“Oke-oke, tidak perlu segalak itu, kan?” balas Reynald sambil menahan tawanya. “Memangnya sudah buat janji? Dokter Steven lumayan favorit loh di sini.”“Justru dia yang sudah membuatkan jadwalnya. Apa kamu tahu di mana dia sekarang? Aku sudah tanya mereka, tetapi tidak ada yang t