Hai, readers. Yuk ikuti terus kelanjutan cerita ini. Jangan lupa masukkan koleksi juga ya. See you next chapter :)
“Kamu bicara apa sih? Saya menyayangimu, Erlin” kata Adian sembari merengkuh tubuh Erlin dan membawa ke dalam pelukannya.Erlin begitu terkejut mendapatkan perlakuan seperti itu secara tiba-tiba. Dia tertegun dalam pelukan Adian. Perasaannya tak jelas seperti apa sekarang.Dia mendengar dengan baik kata-kata yang diucapkan Adian. Tidak tahu apakah dia harus percaya atau tidak. Ucapan Adian terdengar tulus. Tapi Erlin masih merasa heran saja dengan sikap Adian.Tidak hanya memeluk, Adian juga mengusap lembut punggung Erlin. Siapa yang tak merasa nyaman mendapatkan perlakuan demikian. Untuk sejenak Erlin tak mau memikirkan perihal kebenaran dan pertanyaan hati yang membingungkan. Dia memilih untuk menikmati kenyamanan itu.Hatinya berkata seandainya fakta itu berlangsung lama, mungkin Erlin tidak akan begitu menyesali pernikahannya. Meskipun terlihat sangat kaku dan dingin, tapi ternyata Adian adalah seorang laki-laki yang bisa bersikap baik dalam menghadapi wanita. Menikah tak selalu b
Adian tercekat mendapat pertanyaan seperti itu dari ayah mertuanya. Padahal semua sikap yang ditunjukkan Adian hanyalah sandiwara. Sekarang Adian berada dalam kebingungan.Dia senang jika orang tua Erlin percaya dengan sandiwaranya karena memang itu yang dia inginkan. Tapi saat berbicara dari hati ke hati seperti itu, tak dapat dipungkiri ada rasa bersalah yang Adian rasakan. Dia sudah berbohong.“Maksud pertanyaan papa bagaimana ya?” tanya Adian salah tingkah.“Lupakan saja. Maaf tidak seharusnya papa bertanya sesuatu yang terlalu pribadi seperti itu. Papa hanya terbawa perasaan seorang ayah yang ingin putrinya bahagia,” kata Darman.Adian merasa terselamatkan karena Darman tak benar-benar menuntut jawaban. Adian sungguh tak memilikinya selain kebohongan.Meski begitu, perkataan lanjutan yang diucapkan Darman kembali membuat Adian merasa memikul beban.“Intinya hanya satu, saya titip Erlin pada Nak Adian. Tolong jaga dan perlakukan dia dengan baik. Apalagi dalam kondisinya yang harus
“Salah saya apa, Pak?” tanya Erlin tak mengerti karena dia juga diusir dari kelas oleh Adian“Sejak awal kalian berdua memang sudah tidak fokus. Saya tidak mau mempertahankan orang-orang yang bisa mengganggu jalannya perkuliahan. Kasihan mahasiswa lain yang ingin serius belajar,” tegas Adian.Erlin tak bisa membantah kalau sudah seperti itu. Dia pun beranjak dari tempat duduknya walau dengan perasaan sangat jengkel. Sementara Windy justru tersenyum senang karena memiliki teman senasib yang diusir saat perkuliahan.Dua gadis itu kemudian meninggalkan kelas. Windy tertawa lepas. Sementara Erlin masih merasa kesal.“Sialan kamu, Win. Gara-gara kamu nih aku ikut dikeluarkan dari kelas,” keluh Erlin.“Kok jadi aku yang salah? Suami kamu tuh yang sialan,” bantah Windy tak terima.“Istrinya aja diusir apalagi yang cuma mahasiswi biasa seperti aku. Nanti sampai di rumah kasih aja dia pelajaran. Jangan dikasih jatah gitu,” imbuh Windy dengan mengerlingkan mata tanda menggoda.“Jatah apaan sih?
“Ssttt...jangan keras-keras ngomongnya,” kata Erlin memberi peringatan keras pada Windy. Temanya itu terkadang memang sulit dikondisikan. Erlin sibuk menoleh kanan kiri takut ada orang lain yang mendengar mereka.“Iya, Maaf. Enggak sengaja,” balas Windy dengan santainya. Tidak seperti Erlin yang selalu merasa takut kebenaran hubungannya diketahui banyak orang.“Jadi sebenarnya gimana?” tanya Windy masih menuntut penjelasan.Mau tidak mau Erlin pun menceritakan bahwa dia dan Adian memang menikah karena sebuah insiden. Namun bukan insiden seperti yang terlintas dalam pikiran Windy. Erlin menjelaskan bahwa dia memang hamil sebelum menikah tapi bukan karena hubungan terlarang melainkan karena inseminasi salah sasaran.Penjelasan Erlin tentang inseminasi itu semakin berbuntut panjang. Dia juga harus menceritakan tentang Adian yang memilih jalan inseminasi untuk mendapatkan keturunan karena tidak ingin menikah. Jelas saja Windy merasa sangat aneh dan tidak menyangka hal itu. Sama seperti re
“Saya tahu Pak Adian memberikan cincin pernikahan itu tanpa perasaan apa pun saat kita menikah. Tapi tetap saja cincin itu berharga buat saya. Laki-laki yang enggak peka seperti Pak Adian mana bisa ngerti,” keluh Erlin.Erlin merasa Adian menganggap kehilangan cincin pernikahan adalah sesuatu yang sepele. Padahal menurut Erlin tidak seperti itu. Dia sadar pernikahannya dengan Adian hanya sebatas perjanjian. Tapi tetap saja benda yang menjadi simbol ikatan sakral itu memiliki arti bagi Erlin. Dia mendapatkan cincin itu dari laki-laki yang sudah mengesahkan statusnya sebagai seorang istri.Erlin tak lagi banyak bicara. Dia menunjukkan sikap kesal pada Adian yang tak memahami perasaannya. Bukannya marah, Adian justru berlutut hingga posisinya sejajar dengan Erlin yang sedang duduk di tepi ranjang. Jelas saja hal itu membuat Erlin terkejut.Perlahan Adian meraih tangan kanan Erlin. Laki-laki itu mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Benda itu ternyata adalah cincin nikah yang sedari tadi sib
“Tetanggaku yang hamil,” jawab Erlin sekenanya hasil memutar otak dengan cepat“Tetangga?” respon Servita sembari mengerutkan kening. Jelas sekali Servita merasa aneh namun Erlin berusaha membuatnya percaya.“Iya. Ada tetanggaku yang sedang hamil. Suaminya sedang keluar kota dan dia hanya tinggal sendiri. Kehamilannya yang sudah membesar membuatnya kesulitan untuk bepergian jadi dia meminta bantuanku,” ujar Erlin berdusta namun dia berharap Servita tidak curiga. Bisa terjadi masalah besar jika gadis biang gosip itu sampai tahu kebenarannya.“Baiklah kalau begitu. Aku sudah mendapatkan barang titipan kakak iparku. Aku duluan ya,” pamit Servita. Erlin hanya membalasnya dengan anggukan dan senyuman yang dipaksa. Sejak tadi memang itu yang dia inginkan.Erlin sudah bisa bernapas lega setelah kepergian Servita. Adian pun keluar dari tempat persembunyiannya. Namun yang terjadi berikutnya adalah sebuah drama yang membuat Adian kebingungan.Adian menghampiri Erlin saat melihat Servita sudah t
Erlin salah tingkah dengan perbuatan Adian yang mengusap perutnya. Bukannya menjawab pertanyaan Erlin, Adian justru berbicara sendiri. Dia seolah mengajak bicara calon bayi dalam kandungan Erlin.“Sayang, anak papa tenang-tenang ya di dalam sana. Kasihan mama,” ujar Adian sembari mengelus perut Erlin. Bersamaan dengan itu, setetes air mata Erlin jatuh begitu saja.Erlin merasa terharu. Dia tidak pernah menyangka ternyata Adian juga bisa bertingkah seperti itu. Perasaannya terenyuh diperlakukan demikian. Sikap Adian yang menunjukkan sisi seorang ayah menyadarkan Erlin bahwa dirinya sebentar lagi juga akan menjadi ibu.“Lho, kenapa menangis?” tanya Adian saat menyadari ekspresi Erlin.“Tidak apa-apa, Pak” elak Erlin.“Beneran?” ujar Adian memastikan. Erlin hanya menawabnya dengan anggukan pelan.Setelah sempat mengalami momen yang cukup mengaduk-aduk perasaan, Adian pun kembali melanjutkan tugasnya menyuapi Erlin. Dia memaksa Erlin agar mau menghabiskan setengah dari makanan yang dibawa
Adian merasakan kebahagiaan yang tak terlukiskan saat mendengar detak jantung calon anaknya untuk pertama kali. Dia bahkan bersikap manis pada Erlin karena mengikuti instingnya. Tanpa sadar bahwa sikapnya bisa membuat Erlin salah paham.Setelah pemeriksaan selesai, Adian pun tetap menunjukkan perhatian. Bahkan dia menjadi lebih siaga dari sebelumnya. Adian sadar semua kebahagiaan itu tidak akan dia rasakan tanpa peran Erlin. Oleh sebab itu dia berpikir untuk menyenangkan Erlin.Dia berencana untuk mengajak Erlin liburan. Dia ingin menyenangkan suasana hati ibu dari calon anaknya. Apalagi mereka memang belum pernah liburan bersama semenjak menikah. Anggap saja agenda itu sebagai pengganti bulan madu mereka yang tidak pernah terencana. Meski mereka juga tidak akan melakukan banyak hal seperti suami istri pada umumnya.“Erlin, kamu mau liburan enggak?” tanya Adian sewaktu mereka di mobil dalam perjalanan pulang.“Liburan?” ujar Erlin sembari mengerutkan kening. Dia merasa aneh saja karen
“Papa.”Suara panggilan seseorang mengalihkan perhatian Darman. Pria itu sontak menguraikan rangkulannya dari Adian dan melihat ke arah pintu. Darman merasa syok melihat sosok yang berdiri di sana.“Erlin?” ucapnya tak percaya. Perlahan Darman melangkah ragu mendekati sosok yang dilihatnya. Dia tidak tahu apakah itu benar Erlin atau hanya halusinasinya saja.Setelah berada dalam jarak dekat, tangan Darman bergetar memegang lengan putrinya. Dia benar-benar merasakan bisa menyentuh sosok itu. Darman bahkan memeriksa dari ujung kepala sampai ujung kaki.“Ini benar Erlin putriku? Kamu...kamu masih hidup, Sayang?” ujar Darman dengan nada tak percaya.“Iya, Pa. Ini Erlin,” jawab perempuan itu membuat Darman langsung memeluk erat perempuan di hadapannya.“Ya Tuhan...bagaimana ini mungkin?” tanya Darman masih kebingungan. Padahal tadinya dia sendiri melihat dengan jelas putrinya berada di dalam mobil yang dijatuhkan ke jurang.“Aku selamat karena Pak Adian. Kalau tidak ada dia, aku benar-bena
“Sekarang kalian semua sudah tahu kebenaranku. Tapi semua itu tidak membuatku takut dan lantas mengurungkan niat untuk membalas kalian,” kata Ardan tak merasa gentar walau kejahatannya sudah terbuka di hadapan banyak orang.“Aku kasihan pada Erlin. Sejak awal dia menolak hubungan ini. Tapi kalian terlalu mempercayaiku dan terus memaksanya menerima perjodohan palsu. Terutama dirimu, Tante Gayatri. Kamu begitu bodoh dan mudah ditipu. Jika sesuatu yang buruk terjadi pada Erlin hari ini, maka itu semua karena kesalahanmu. Kamu yang sudah mendorong putrimu pada celaka,” imbuh Ardan semakin menakuti pihak keluarga.“Tidak. Jangan lakukan hal buruk apa pun pada Erlin. Setidaknya pikirkan bahwa saat ini dia sedang hamil. Kalau kamu berbuat buruk padanya, sama saja kamu juga menyakiti anak tak berdosa itu,” pinta Gayatri memelas.Sekarang dia sadar sudah melakukan kesalahan besar dengan mempercayai Ardan. Jika sampai putrinya benar-benar menikah dengan pria seperti Ardan, dia akan semakin meny
Perkataan Ardan membuat semua orang semakin dilanda kepanikan. Terutama bagi Darman dan Gayatri, mereka tidak bisa diam saja mengetahui Erlin sedang berada dalam bahaya. Tapi mereka juga tidak tahu di mana keberadaan putrinya. Satu hal yang bisa mereka lakukan hanya memohon pada Ardan agar menghentikan rencana gilanya.Mereka menyesal karena sudah salah menilai Ardan selama ini. Ternyata pria itu hanya berpura-pura baik di hadapan mereka. Mereka menyesal sudah mengenalkan Erlin pada Ardan apalagi memaksa menjodohkan mereka. Padahal sejak awal Erlin sudah menolak hubungan itu.“Tolong katakan di mana putri kami. Jangan sakiti dia. Kenapa kamu tega melakukan semua ini?” ujar Gayatri dengan nada putus asa.“Benar, Ardan. Apa kesalahan kami sampai kamu memiliki niat yang begitu buruk?” sambung Darman ikut angkat bicara.“Sebenarnya ini bukan kesalahan kalian semua. Hanya Om Darman yang bersalah di sini. Om Darman begitu egois dan hanya mementingkan kebahagiaan Om Darman sendiri hingga Mam
“Bagaimana? Apa kalian sudah melakukan sesuai yang aku perintahkan?” ujar Ardan berbicara dengan seseorang di telepon.“Sudah, Bos. Sekarang perempuan itu ada bersama kami,” jawab seseorang dari seberang.“Bagus kalau begitu. Pastikan rencana ini tidak akan gagal. Jangan biarkan ada seorang pun yang mengganggu atau kalian singkirkan saja mereka. Tetap siaga karena sewaktu-waktu aku bisa merubah rencana dan menjalankan opsi kedua,” titah Ardan ditutup dengan senyum licik. Ardan begitu bangga karena sebentar lagi tujuannya akan segera tercapai.Para tamu sudah memenuhi ballroom hotel tempat dilangsungkannya acara pertunangan antara Erlin dengan Ardan. Gayatri, Darman, Windy dan Ardan sendiri juga sudah ada di tempat. Bahkan Adian turut terlihat di antara para tamu.Adian sengaja diundang agar bisa menyaksikan langsung pertunangan antara mantan istrinya dengan Ardan. Mereka berpikir harus melihatnya sendiri agar sadar dan tidak lagi mengganggu Erlin. Dengan pertunangan itu mereka bermaks
Sambungan telepon terputus beberapa saat setelah Adian mendengar pertengkaran antara Erlin dan Gayatri. Adian bisa menebak dengan mudah bahwa Erlin sedang tertangkap basah oleh Gayatri. Adian yakin masalahnya akan semakin bertambah parah sekarang.Adian masih syok mendengar tentang rencana pertunangan yang dikabarkan Erlin. Dia belum tahu duduk perkaranya seperti apa hingga Erlin tiba-tiba didesak untuk bertunangan. Demi mendapatkan kejelasan, dia pun menghubungi Windy.Windy menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada Erlin saat malam pesta pertunangannya. Tentang Ardan yang justru datang ke kamar dan mengadukan rencana mereka pada orang tua Erlin. Adian pun mengerti mengapa Erlin marah kepadanya.Adian kemudian berusaha untuk menghubungi kembali nomor Erlin. Namun sayangnya sudah tidak aktif. Adian yakin pasti Gayatri sudah menyita ponsel Erlin lagi.Adian yang masih berada di rumah sakit akhirnya kembali ke kamar rawat Antonio dengan wajah frustasi. Antonio bukan orang baru sehing
“Saya minta maaf tidak bisa menemuimu tadi malam. Saya tiba-tiba mendapat kabar bahwa Antonio mengalami kecelakaan dan saya langsung pergi ke lokasinya.”Erlin begitu kesal membaca pesan dari Adian dan memilih tidak membalasnya. Perasaannya campur aduk jika mengingat kejadian malam sebelumnya. Adian tidak datang menemuinya dan dia justru terjebak dalam satu kamar dengan Ardan.Sungguh sekarang Erlin merasa malu setiap kali harus bertemu dengan dokter itu. Masalah yang harus ia hadapi juga bertambah karena Gayatri sudah tahu. Ardan mengadukan tentang rencana pertemuan Erlin dan Adian secara diam-diam saat pesta pertunangan Windy.Gayatri jelas marah. Dia menegaskan pada Erlin agar tidak mencoba melakukan cara lain lagi untuk dekat dengan Adian. Bahkan karena kejadian itu, Gayatri mendesak Ardan dan Erlin agar segera bertunangan.Malam itu setelah pulang dari rumah Windy, Gayatri dan Erlin kembali terlibat perdebatan panjang. Erlin tidak bisa menerima keputusan Gayatri yang memintanya
“Erlin pergi ke mana? Kenapa lama sekali? Aku juga tidak melihat Adian lagi di antara para tamu. Apa jangan-jangan mereka berdua...”Ardan gelisah memikirkan kemungkinan yang dia simpulkan sendiri. Setelah kepergian Windy, dia menyadari Erlin telah lama pergi. Perempuan itu tak kunjung kembali. Ardan mulai merasa curiga apalagi ia tak mendapati keberadaan Adian di tengah acara.“Aku tidak bisa membiarkan ini. Aku harus mencari mereka berdua,” batin Ardan.Laki-laki itu kemudian pergi untuk mencari keberadaan Erlin. Tadi dia sempat mendengar dari Windy bahwa Erlin pergi ke kamar mandi. Adian tidak tahu kamar mandi mana yang dimaksud oleh Windy.Ardan bertanya pada seorang pelayan yang dia temui. Ardan ditunjukkan untuk masuk ke rumah jika ingin pergi ke kamar mandi.“Ada kamar mandi di lantai bawah yang memang disiapkan untuk para tamu. Anda bisa menggunakannya,” tutur salah satu pekerja rumah yang ditemui Ardan.Ardan kemudian masuk ke dalam rumah itu dan mencari keberadaan kamar mand
“Gila! Rakus banget kamu ya, Lin. Datang ke acara pertunanganku dengan dua pangeran sekaligus,” cibir Windy setelah mendengar cerita Erlin tetang situasi menegangkan yang sempat terjadi antara dirinya, Adian dan Ardan. Saat itu mereka sedang berbicara berdua setelah acara tukar cincin selesai. Windy telah resmi bertunangan dengan Regan.“Enak saja! Kamu pikir aku senang berada di antara Pak Adian dan Dokter Ardan? Aku justru pusing tahu,” keluh Erlin.“Iya juga sih. Bagaimana caranya agar kamu bisa berdua dengan Pak Adian sementara ada Ardan juga yang mengawasi?”“Itu juga yang sedang mengganggu pikiranku sekarang,” ujar Erlin.Tak mudah punya kesempatan untuk berdua dengan Adian seperti sekarang. Itu sebabnya dia tidak ingin kehilangan kesempatan. Namun sekarang mereka harus memutar otak agar bisa menjauhkan Ardan dari Erlin untuk sementara waktu.Ardan sudah seperti bodyguard khusus yang dikirim Gayatri untuk menjaga Erlin. Jika Ardan sampai tahu tentang rencana mereka, Erlin pasti
Semenjak dipertemukan dipertemukan di restoran, Ardan menjadi lebih sering berkunjung secara terang-terangan ke rumah Erlin. Bahkan kini Gayatri mempercayakan Erlin pada pria itu. Erlin tidak boleh pergi ke mana-mana jika bukan bersama Ardan.Bahkan untuk menghadiri acara pertunangan Windy dengan Regan, Gayatri juga menyuruh Ardan ikut membersamai Erlin. Sejujurnya Erlin merasa tidak nyaman tapi dia juga tidak punya pilihan lain. Dia merasa risih untuk datang bersama Ardan karena dia yakin di sana pasti akan bertemu juga dengan Adian.“Ini acara teman dekatku, Ma. Aku tidak enak kalau datang bersama Ardan yang masih orang asing,” kata Erlin berusaha membujuk Gayatri agar dirinya tak perlu pergi bersama dokter itu.“Justru karena Ardan masih orang asing. Itu sebabnya kamu harus sering pergi bersama dia supaya dia lebih tahu tentang sisi kehidupanmu. Tentang siapa teman-temanmu, bagaimana pergaulanmu dan lainnya. Itu baik bagi kalian untuk proses penyesuaian,” bantah Gayatri.“Tapi, Ma…