Share

24. Pingsan

Penulis: Mkarmila
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-07 21:22:15

“Oke, saya segera ke rumah sakit!”

Ryu menutup sambungan teleponnya. Ia berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Beberapa saat yang lalu, pria itu mendapatkan panggilan dari rumah sakit.

Dia termasuk salah satu Dokter yang akan ikut rombongan tenaga medis, untuk membantu korban kecelakaan pesawat, yang menelan korban tidak sedikit.

Lima belas menit kemudian, Ryu menuruni anak tangga, maniknya lurus menatap ruang makan di lantai bawah. Tampak meja makan yang kosong, padahal hari masih pagi.

“Selamat pagi, Pak?” sapa babysitter Mauren sembari membungkukkan badannya.

Melihat wajah binggung Ryu membuat gadis yang sudah merawat Mauren dari bayi itu berujar, “Ibu sudah berangkat dan Non Mauren, masih di kamar. Ini saya mau ke kamarnya, memanggil untuk sarapan.”

“Ya,” jawab Ryu kemudian. “Ehm, tolong bilang sama Mauren juga Ibu kalau bertanya, kalau saya ada tugas keluar kota, membantu korban kecelakaan.”

Harusnya Ryu bisa memberitahu sendiri kepada sang istri, tetapi ia tahu kal
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   25. Tidur

    “Lun, maaf baru ngabarin. Aku gak bisa jemput Langit tiga hari ini, karena ada dinas ke luar kota. Gimana kabarnya Langit sekarang? Apa dia menungguku, tolong sampaikan maafku ya!”Aluna menatap datar pada pesan yang dikirim Ryu, lima menit yang lalu. Bahkan wanita itu tidak berniat untuk membalasnya. Hingga dering ponselnya kembali berdering, yang kali ini Ryu sedang menelponnya.“Apa?” jawab Aluna, suaranya tidak enak di dengar.Ryu paham, mantan istrinya itu mungkin sedang kesal dengannya. “Maaf ya. Harusnya aku tidak lupa kabarin kalian, gimana kabarnya Langit?”Aluna berdecak, lalu meluapkan emosinya. “Kalau kamu gak bisa nepati janji, harusnya gak usah berjanji. Karena ulah kamu itu sekarang Langit-”“Aku ganti video call ya,” sela Ryu, mendadak hatinya tidak tenang, ada sesuatu yang menganjal. “Dan nanti tolong berikan sama Langit.”Aluna langsung mematikan tanpa menjawab pria itu. Dua detik kemudian, Ryu menepati ucapannya. Laki-laki itu melakukan video call. Aluna menjawabnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-08
  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   26. Tetangga

    Aluna mengumpulkan nyawanya, lalu cepat-cepat bergegas bangun sebelum Ryu menyadarinya. Namun, tarikan di lengannya sangat kuat hingga ia ambruk lagi. Menjerit lagi. “Arrgh …! Lepas, Dokter!”Ryu dengan cepat membalik posisi, pria itu mengungkungnya dan sekarang Aluna di bawahnya. Wajah tampan itu kini berubah seperti serigala yang mendapati buruannya. Sekarang Aluna merasa hidupnya dalam bahaya. Bagaimanapun, keputusan untuk mengijinkan Ryu menginap adalah salah besar.“Kenapa berubah lagi, sudah bagus kamu memanggilku Mas, sekarang kembali memanggil Dokter,” gumamnya sambil menatap dengan tatapan sulit diartikan.Semakin lama, tatapan Ryu semakin dalam dan membuat Aluna tidak mampu lagi menolak pesona mantan suaminya itu.Gelenyar aneh, yang tidak pernah ia rasakan pasca berpisah dengan Ryu kini menghampirinya saat laki-laki itu mengusap jari ke pipinya dengan lembut. Pun saat Ryu mengikis jarak keduanya dan wajah mereka kini nyaris bersentuhan.Hep, Aluna langsung menutup mulutnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-09
  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   27. Dia Adalah

    “Kamu apa-apaan bilang seperti itu?”Kemarahan Aluna sudah diujung kepalanya. Harusnya Ryu diam saja menanggapi ocehan Ibu-ibu komplek di mana dirinya tinggal.“Lalu, apa aku harus diam juga ketika kamu di-”“Stop!” Aluna memotong ucapan Ryu, menyuruh agar laki-laki itu berhenti. Ia sudah cukup penat dengan semua ini. Sekarang yang ingin ia lakukan hanyalah mengistirahatkan tubuh dan otaknya. “Pulanglah dan gak perlu datang ke sini lagi. Kalau kamu mau ketemu Langit, janjian saja di luar biar aku yang antar. Kamu boleh seharian bersama Langit tapi tidak di rumah ini,” jelas Aluna panjang lebar.Mungkin untuk sementara, biarlah Ryu tidak menampakkan diri di rumahnya dengan begitu gosip itu akan mereda dengan sendirinya. Biasanya kan seperti itu yang terjadi di kehidupan real kita.Ryu mendekat, berdiri di hadapan Aluna. “Daripada kamu terus-terusan jadi bahan omongan tetangga, lebih baik kita jadikan nyata.” Kemudian kedua tangannya terangkat untuk menyentuh bahu Aluna. “Ayo menikah.”

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-09
  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   28. Seperti Ini

    “Permisi, Bu!” Mbok Tum sudah berdiri di depan pintu kamar yang terbuka sedikit setelah mengetuknya. Aluna yang sedang bertelungkup di atas tempat tidur dan matanya fokus pada layar laptop seketika mendongak. “Ada apa, Mbok?” tanyanya. “Ada Pak RT katanya mau ketemu sama Ibu.” “Damn it,” umpat Aluna. Ternyata Pak RT menepati ucapannya, datang di malam hari. Kalau sudah begini, Aluna tidak bisa mundur lagi. Secepatnya ia segera memutuskan, apakah pindah rumah atau menerima tawaran menikah dengan Ryu. Aluna mengacak rambutnya frustasi. “Maaf, jadi bagaimana?” tanya Mbok Tum yang juga binggung dengan sikap sang majikan. “Mbok, tolong temuin dulu, dan bilang saya sedang diluar rumah,” ujar Aluna seraya mengubah posisinya menjadi duduk lalu mencari keberadaan hpnya. “Baik,” jawab Mbok sebelum pergi. Tangan Aluna sedang bergerak dia atas benda canggih itu, membuka room chat dengan Ryu. Tetapi masih belum mengetikkan apa-apa. Mendadak ia ragu apakah keputusannya ini benar. “Argh!” deca

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-10
  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   29. Maaf

    “Maaf!”Suara itu membuat Ryu melepaskan pagutan. Salahnya, yang langsung menerkam istri keduanya itu tidak tahu tempat. Harusnya Ryu sadar mereka masih di ruang tamu yang siapapun akan bisa jelas melihat apa yang mereka lakukan.“Aku tunggu di kamar, istriku!” bisiknya sebelum menjauh dari Aluna. Tanpa merasa bersalah, laki-laki itu berlalu dengan santai dan tersenyum pada Mbok Tum yang wajahnya sudah memerah, entah karena takut atau malu sendiri.“Ryu brengsek! I hate you!” jerit Aluna dengan kepalan tangan meninju udara.Sementara Mbok Tum, tidak bersuara sampai Aluna mengatakan,” Lanjutin pekerjaannya Mbok.” Seolah menyadarkan Mbok Tum yang sedang tertegun.Mbok Tum, yang setiap malam harus memastikan semua pintu harus dikunci, saat melewati ruang tamu tiba-tiba melihat pemandangan yang tidak layak ditonton. Sejak pertama kali menginjakan kaki di rumah ini, semua tampak biasa dan sewajarnya. Sekarang ia harus terbiasa melihat kemesraan pasangan suami istri yang baru saja menikah.

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-12
  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   30. Cuti

    “Malam, Sayang!”“Mami!” Mauren meloncat dari atas kasur, menghampiri Renata di depan pintu kamar. “Aku kangen Mami!” ucapnya dalam dekapan sang Mami.Tangan Renata terulur untuk mengusapi punggung sang putri. Putri yang sudah lima hari ia tinggalkan karena harus berada di luarkota untuk menghadiri seminar dan dinas dari rumah sakit. “Sama, Mami juga kangen kamu, Sayang!” Renata mengecup puncak kepala anak gadisnya.Puas memeluk sang Mami, Mauren melepas dekapan wanita yang melahirkannya itu. “Mami bawa apa?” tanyanya lalu menatap koper yang masih berada di samping Renata. “Ayo kita buka, Mi!”Renata membalas dengan tersenyum sembari menganggukan kepala menyetujuinya. “Oke.” Mengiring Mauren lebih masuk ke dalam kamar, mendudukan sang putri di tepi ranjang lalu ia berjongkok untuk membuka kopernya.Sudah menjadi kebiasaan Renata setiap pulang dari luar kota ia akan memberikan oleh-oleh untuk sang putri. Maka dari itu melihat koper, Mauren langsung paham. Anak seusia Mauren sangat beru

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-14
  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   31. Dua Wanita

    Rahang Renata mengeras dengan kepalan tangan erat, keluar dari ruangan Ryu. Langkahnya menuntunnya hingga lobi rumah sakit. Karena suasana rumah sakit sedang sepi, ia duduk terlebih dulu di salah satu kursi, lalu membuka ponselnya lagi untuk menghubungi sang suami. Nihil, Ryu tidak menjawab teleponnya. Diliriknya jam dipergelangan tangan sudah pukul 9 malam, sudah sangat. Takut tiba-tiba Mauren mencarinya, makanya ia segera pulang.Selang beberapa menit kemudian, wanita itu sudah melajukan mobilnya menuju rumah. Tubuhnya lelah, hatinya juga sangat lelah tetapi Ryu masih belum bisa dihubungi. Perasaannya mulai tidak nyaman. Kemana perginya sang suami, laki-laki itu seolah di telan bumi. Renata hanya berharap semua akan baik-baik saja.“Mami, dari mana? Papi sudah gak pulang, Mami juga pergi aja gak bilang aku,” jelas Mauren yang tahu-tahu sudah duduk di sofa ruang tamu saat Renata tiba. Gadis kecil itu sedang menunggu Renata dengan mata berkaca-kaca, ia pikir semua telah meninggalkanny

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-15
  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   32. Ancaman

    Setelah tiga hari menghilang. Ryu akan pulang ke rumah yang ia tempati bersama Renata dan Mauren. Laki-laki itu juga binggung sendiri. Sebutan apa yang pas untuk kedua rumahnya kali ini. Rumah pertama atau rumah kedua, rumah Renata atau rumah Aluna, istri pertama atau istri kedua.“Papi mau berangkat ke luar kota ya?”Ryu mengeryit, darimana Langit mengetahui rencananya. “Langit, tahu kalau Papi mau ke luar kota?”Melihat travel bag di lantai dan di isi dengan beberapa pakaian Ryu, dan juga Aluna yang mengatakan kalau Ryu akan pergi untuk beberapa hari membuat jiwa penasaran Langit menyala. “Berapa lama?”Sebenarnya travel bag itu untuk mengecoh Renata, jadi seakan-akan Ryu telah melakukan perjalanan dinas, padahal ia tengah menjalin pernikahan dengan mantan istrinya.“Tahu lah!” Bukan Langit yang menjawab. Melainkan Aluna yang baru saja datang dari dapur. Wanita itu membawa sepiring pisang coklat untuk camilan di pagi hari. Sesaat kemudian, maniknya menatap sang suami. “Aku bilang, P

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-15

Bab terbaru

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   107. Akhir

    “Ayah …!”“Mami …!”“Yayah …!”“Mimi …!”Suara-suara berisik itu membuat Aluna mengeliat. “Mas, ayo bangun! Anak-anak sudah pulang itu,” tutur Aluna seraya memukul lengan Bian yang menempel erat di tubuhnya polosnya.“Biarin aja, nanti mereka juga diem sendiri,” ucap Bian tidak peduli.“Mas …!” hardik Aluna sebab Bian mengabaikannya. “Bangun …!”Bian berdecak pelan sebelum melepaskan tangannya dari tubuh Aluna. Bangkit dan mendudukan tubuhnya, lalu menyalakan lampu kamar. Laki-laki itu kemudian memunguti kaos dan celana pendeknya yang tergeletak di lantai. Memakainya dengan cepat dan hendak membuka pintu yang masih terkunci dari dalam. Sementara Aluna berlari ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.Saat pintu dibuka, ketiga anaknya sedang berdiri dengan wajah berseri.“Sudah pulang?” tanya Bian memandang bergantian ke arah Tegar, Langit dan Awan.“Tante belikan banyak makanan, Ayah,” sahut Langit sembari memperlihatkan satu kantung plastik berisi camilan dan susu.“Mama juga belik

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   106. Gak Mau

    “Apa keputusanmu tidak bisa diubah, Mbak?” tanya Alan dengan wajah yang lesu, lalu menghembuskan napas pelan.Segala upaya sudah dilakukan tetapi masih tidak bisa membuat Renata tersentuh dengan sikap dan tindakan yang dilakukan Alan.Renata mengelengkan kepalanya. “Tidak, kamu masih muda dan bisa mendapatkan perempuan yang lebih baik dari aku.”“Kamulah yang terbaik buat aku, Mbak,” sahut Alan tegas, tidak ada keraguan sama sekali di hatinya.Renata hanya tertawa, kemudian beranjak berdiri. Pembicaraan ini pasti tidak akan menemukan titik temu karena keduanya saling keras kepala.“Mbak, aku belum selesai bicara.” Alan bergegas menghampiri Renata. “Tidak masalah kalau kamu tidak bisa mencintaiku, Mbak. Pelan-pelan aku akan buat kamu jatuh cinta sama aku,” ucap Alan, menarik siku lengan Renata dengan pelan. Laki-laki itu masih bersikeras untuk membujuk Renata.Sekali lagi Renata mengeleng tegas. Tidak ada cinta di hatinya untuk Alan, jadi buat apa menerima pinangan dari lelaki itu. Yan

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   105. Lebih Baik

    “Mohon maaf Ibu, bisa masuk ke ruangan dokter,” ucap seorang perawat yang datang menghampiri Renata.“Hah, ada apa?” Renata tertegun. Namun, tiga detik kemudian wanita itu beranjak berdiri, sebab dihantui rasa penasaran yang tinggi. “Sebentar aku masuk dulu!” ucapnya pada Aluna sebelum pergi.Pintu berwarna putih itu, Renata buka dengan segera. Seketika mulutnya ternganga melihat pemandangan di depannya. “Kenapa bisa seperti ini?” ucapnya setelah mendekat. Lalu dengan cepat mengambil tisu untuk menolong Alan.“Tadi tiba-tiba Mauren mau muntah, rencananya mau aku ajak ke kamar mandi ternyata dia gak bisa nahan dan berakhirlah seperti ini,” jelas Alan sambil membersihkan bekas muntahan di brankar dengan tisu. Sementara Renata dengan spontan membersihkan baju Mauren.“Dokter Renata!”Renata mendongak dan menatap seseorang setelah namanya di panggil.“Dokter Wahyu!” gumamnya lirih. Dan saat itu juga kenangan Ryu memenuhi pikirannya. Tanpa sadar sudut matanya berembun dan ia melangkah mund

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   104. Bertemu Kembali

    “Sus, tolong anak saya!” ucap Alan ketika tiba di klinik.Laki-laki itu berjalan mendekati meja resepsionis sambil mengendong Mauren. Ya, Mauren terlepas dari gendongan hanya saat berada di dalam mobil saja. Renata juga binggung dengan sikap tiba-tiba putrinya itu. Aneh, itulah yang terlintas di pikirannya.Seorang gadis yang duduk di balik meja resepsionis itu mendongak dan bertemu tatap dengan Alan yang wajahnya terlihat cemas.“Iya, bisa daftar dulu ya,” ucapnya sopan.Alan lalu melirik Renata yang hanya mengekor di belakangnya. “Mi, tolong isi ini,” ucap Alan dan menunjuk dagunya pada satu lembar kertas yang ada di meja, di depannya.Renata pun mendekat dan mengisi form di depannya dalam diam. Sebab, tadi di mobil sudah berdebat dengan Alan. Tidak perlu datang ke klinik karena ia akan mengompres Mauren dan akan memberikan obat penurun panas.“Mohon tunggu sebentar, kurang tiga panggilan lagi, setelah itu putri Bapak ya,” ucapnya sambil tersenyum ramah.Renata sudah seringkali berh

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   103. Sakit

    “Ah, apa dia tidak memiliki makanan apapun di sini?” gumam Renata saat membuka kulkas dan tidak menemukan apapun di sana kecuali dua botol air mineral berukuran sedang di pintu kulkas.“Mami …!” teriak Mauren.Suara Mauren itu mengagetkan Renata. Wanita itu buru-buru berlari menuju kamar dan mendapati Mauren yang sudah membuka matanya dengan tatapan sayu.“Sudah bangun?” tanyanya kemudian melangkah mendekat ke arah tempat tidur.“Mi, pusing,” ucap Mauren tiba-tiba.Refleks, Renata langsung menyentuh kening Mauren dengan telapak tangannya kemudian membaliknya dengan punggung tangannya. “Koq demam? Bentar Mami ambilkan kompres dulu.”Renata keluar dari kamar, menuju dapur lagi untuk mencari baskom dan kain. Sementara di dapur, wanita itu mengamati sekeliling, semua yang diperlukan tidak ada di sana.“Ah, apa yang aku harapkan di sini. Dia paling hanya numpang tidur di sini,” keluhnya lalu kembali masuk ke dalam kamar untuk menghubungi Alan.Tidak lama kemudian, Alan mengangkat teleponn

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   102. Tersenyum

    “Mau turun, gak?”“No!” jawab Renata, ia memilih bertahan di dalam mobil saja daripada harus bersama dengan Alan.“Oke,” jawab Alan lalu menutup pintu mobil. Lelaki itu berjalan ke arah belakang dan membuka pintunya.“Alan, mau dibawa ke mana Mauren?” seru Renata. Seketika kepanikan melandanya . “Biarin Mauren tidur di mobil saja!”Alan kemudian menatap Renata sekilas, kalau wanita ini ingin bertahan di dalam mobil ia tidak peduli. Tetapi ia akan membawa Mauren masuk ke dalam apartemennya.“Apa kamu gak kasihan sama Mauren tidurnya gak nyaman seperti itu.”“Aku tetap disini, Mauren juga harus tetap di sini,” sahut Renata cepat, membantah ucapan Alan.Namun, tanpa mendengarkan keinginan Renata, Alan langsung saja mengendong Mauren dan membawanya masuk.“Hey,” seru Renata. Alan menyematkan senyuman tipis kala melirik Renata yang turun dari mobil kemudian mengikuti langkahnya masuk ke dalam gedung apartemen.“Alan, aku bilang-”“Jangan berisik, Mbak!”Tanpa Renata sadari langkahnya terus

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   101. Terserah

    “Kamu mau buat aku malu, Alan Sanjaya?”Begitu keluar dari gedung, Renata menarik tangan lelaki itu untuk mengikutinya. Melangkahkan kakinya menjauh dari kerumunan orang-orang. Setelah sampai di ujung koridor yang sepi, wanita itu menghentikan langkahnya sembari berkaca pinggang. Kekesalannya sudah memuncak seiring sikap Alan yang santai seolah tidak pernah melakukan kesalahan.“Mbak …!”“Aku bukan Mbakmu!” jerit Renata frustasi, merasa muak dengan panggilan itu karena Alan memanggilnya dengan suara rendah dan lembut.Sedangkan lelaki itu mengulum senyum. Selama ini, Renata tidak pernah protes dengan cara panggilnya, tetapi tiba-tiba dia mengklaim bukan Mbaknya.“Oke, kalau begitu aku panggil Sayang saja,” ucapnya disertai kekehan, meski mata Renata sudah menyorotnya tajam, Alan tidak peduli.“Jawab aku, Alan!” bentak Renata sudah hilang kesabarannya. “Kamu mau buat aku dan Mauren malu, hah! Belum cukup ka-”Renata tidak bisa melanjutkan ucapannya ketika kelima jari Alan singgah di bi

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   100. Acara

    Hari ini, Alan sengaja datang ke sekolahan Mauren. Semalam, Bara mengirimkan pesan bahwa di sekolahan Mauren sedang ada acara, tidak membuang kesempatan Alan akan hadir di acara tersebut.Lelaki itu berangkat tanpa memberitahu pada sang putri. Ia tidak peduli, kalau ternyata nanti di sana akan mendapatkan penolakan. Ia bisa memastikan nanti akan bertemu dengan Renata di dalam. Sekali lagi, Alan katakan tidak peduli.Setelah menempuh perjalanan selama tiga puluh menit, akhirnya dia menepikan mobilnya di parkiran khusus untuk pengunjung.Sikap Alan yang ramah membuat tidak ada kecanggungan bila harus menyapa orang-orang yang sebelumnya tidak kenal. Dengan langkah tegas, tidak ada keraguan sedikitpun lelaki itu berjalan menjangkau menuju gedung Aula, tempat diadakannya acara tersebut.Ketika Alan sudah mencapai gedung tersebut, langkahnya terhenti sebab ada seorang resepsionis yang berjaga sembari menyodorkan buku tamu bagi yang akan masuk.“Selamat siang, maaf dengan wali murid siapa ya

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   99. Keras Kepala

    Renata dan Alan duduk bersisihan di teras rumah. Hari ini memang Alan sengaja datang di malam hari untuk bisa bertemu dan berbicara dari hari ke hati dengan Renata. Semenjak kepulangan wanita itu dari rumah sakit dan Alan yang pindah ke apartemen, membuat keduanya jarang bertemu. Sekalinya Alan ingin mengantar Mauren ke sekolah, hal itu sudah lebih dulu dilakukan oleh Renata.Selama hampir sepuluh belas menit, tidak ada yang bersuara di antara keduanya. Hanya suara angin yang bertiup seolah memecahkan keheningan . Dan selama itu pula, tatapan Alan hanya tertuju pada wajah cantik Renata. Dari situ Alan dapat mengamati dengan jelas wajah Renata yang tidak banyak berubah setelah bertahun-tahun tidak bertemu.Sungguh bodoh, dirinya dulu meninggalkan wanita ini. Harusnya saat itu dia tidak meninggalkan Renata dan membangun keluarga kecilnya, mempertahankan wanita yang dia cintai meski jalan itu tidak akan mudah karena pertentangan dari kedua keluarga. Namun, sekarang hanya penyesalan yang

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status