Share

24. Pingsan

Author: Mkarmila
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Oke, saya segera ke rumah sakit!”

Ryu menutup sambungan teleponnya. Ia berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Beberapa saat yang lalu, pria itu mendapatkan panggilan dari rumah sakit.

Dia termasuk salah satu Dokter yang akan ikut rombongan tenaga medis, untuk membantu korban kecelakaan pesawat, yang menelan korban tidak sedikit.

Lima belas menit kemudian, Ryu menuruni anak tangga, maniknya lurus menatap ruang makan di lantai bawah. Tampak meja makan yang kosong, padahal hari masih pagi.

“Selamat pagi, Pak?” sapa babysitter Mauren sembari membungkukkan badannya.

Melihat wajah binggung Ryu membuat gadis yang sudah merawat Mauren dari bayi itu berujar, “Ibu sudah berangkat dan Non Mauren, masih di kamar. Ini saya mau ke kamarnya, memanggil untuk sarapan.”

“Ya,” jawab Ryu kemudian. “Ehm, tolong bilang sama Mauren juga Ibu kalau bertanya, kalau saya ada tugas keluar kota, membantu korban kecelakaan.”

Harusnya Ryu bisa memberitahu sendiri kepada sang istri, tetapi ia tahu kal
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   25. Tidur

    “Lun, maaf baru ngabarin. Aku gak bisa jemput Langit tiga hari ini, karena ada dinas ke luar kota. Gimana kabarnya Langit sekarang? Apa dia menungguku, tolong sampaikan maafku ya!”Aluna menatap datar pada pesan yang dikirim Ryu, lima menit yang lalu. Bahkan wanita itu tidak berniat untuk membalasnya. Hingga dering ponselnya kembali berdering, yang kali ini Ryu sedang menelponnya.“Apa?” jawab Aluna, suaranya tidak enak di dengar.Ryu paham, mantan istrinya itu mungkin sedang kesal dengannya. “Maaf ya. Harusnya aku tidak lupa kabarin kalian, gimana kabarnya Langit?”Aluna berdecak, lalu meluapkan emosinya. “Kalau kamu gak bisa nepati janji, harusnya gak usah berjanji. Karena ulah kamu itu sekarang Langit-”“Aku ganti video call ya,” sela Ryu, mendadak hatinya tidak tenang, ada sesuatu yang menganjal. “Dan nanti tolong berikan sama Langit.”Aluna langsung mematikan tanpa menjawab pria itu. Dua detik kemudian, Ryu menepati ucapannya. Laki-laki itu melakukan video call. Aluna menjawabnya

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   26. Tetangga

    Aluna mengumpulkan nyawanya, lalu cepat-cepat bergegas bangun sebelum Ryu menyadarinya. Namun, tarikan di lengannya sangat kuat hingga ia ambruk lagi. Menjerit lagi. “Arrgh …! Lepas, Dokter!”Ryu dengan cepat membalik posisi, pria itu mengungkungnya dan sekarang Aluna di bawahnya. Wajah tampan itu kini berubah seperti serigala yang mendapati buruannya. Sekarang Aluna merasa hidupnya dalam bahaya. Bagaimanapun, keputusan untuk mengijinkan Ryu menginap adalah salah besar.“Kenapa berubah lagi, sudah bagus kamu memanggilku Mas, sekarang kembali memanggil Dokter,” gumamnya sambil menatap dengan tatapan sulit diartikan.Semakin lama, tatapan Ryu semakin dalam dan membuat Aluna tidak mampu lagi menolak pesona mantan suaminya itu.Gelenyar aneh, yang tidak pernah ia rasakan pasca berpisah dengan Ryu kini menghampirinya saat laki-laki itu mengusap jari ke pipinya dengan lembut. Pun saat Ryu mengikis jarak keduanya dan wajah mereka kini nyaris bersentuhan.Hep, Aluna langsung menutup mulutnya

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   27. Dia Adalah

    “Kamu apa-apaan bilang seperti itu?”Kemarahan Aluna sudah diujung kepalanya. Harusnya Ryu diam saja menanggapi ocehan Ibu-ibu komplek di mana dirinya tinggal.“Lalu, apa aku harus diam juga ketika kamu di-”“Stop!” Aluna memotong ucapan Ryu, menyuruh agar laki-laki itu berhenti. Ia sudah cukup penat dengan semua ini. Sekarang yang ingin ia lakukan hanyalah mengistirahatkan tubuh dan otaknya. “Pulanglah dan gak perlu datang ke sini lagi. Kalau kamu mau ketemu Langit, janjian saja di luar biar aku yang antar. Kamu boleh seharian bersama Langit tapi tidak di rumah ini,” jelas Aluna panjang lebar.Mungkin untuk sementara, biarlah Ryu tidak menampakkan diri di rumahnya dengan begitu gosip itu akan mereda dengan sendirinya. Biasanya kan seperti itu yang terjadi di kehidupan real kita.Ryu mendekat, berdiri di hadapan Aluna. “Daripada kamu terus-terusan jadi bahan omongan tetangga, lebih baik kita jadikan nyata.” Kemudian kedua tangannya terangkat untuk menyentuh bahu Aluna. “Ayo menikah.”

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   28. Seperti Ini

    “Permisi, Bu!” Mbok Tum sudah berdiri di depan pintu kamar yang terbuka sedikit setelah mengetuknya. Aluna yang sedang bertelungkup di atas tempat tidur dan matanya fokus pada layar laptop seketika mendongak. “Ada apa, Mbok?” tanyanya. “Ada Pak RT katanya mau ketemu sama Ibu.” “Damn it,” umpat Aluna. Ternyata Pak RT menepati ucapannya, datang di malam hari. Kalau sudah begini, Aluna tidak bisa mundur lagi. Secepatnya ia segera memutuskan, apakah pindah rumah atau menerima tawaran menikah dengan Ryu. Aluna mengacak rambutnya frustasi. “Maaf, jadi bagaimana?” tanya Mbok Tum yang juga binggung dengan sikap sang majikan. “Mbok, tolong temuin dulu, dan bilang saya sedang diluar rumah,” ujar Aluna seraya mengubah posisinya menjadi duduk lalu mencari keberadaan hpnya. “Baik,” jawab Mbok sebelum pergi. Tangan Aluna sedang bergerak dia atas benda canggih itu, membuka room chat dengan Ryu. Tetapi masih belum mengetikkan apa-apa. Mendadak ia ragu apakah keputusannya ini benar. “Argh!” deca

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   29. Maaf

    “Maaf!”Suara itu membuat Ryu melepaskan pagutan. Salahnya, yang langsung menerkam istri keduanya itu tidak tahu tempat. Harusnya Ryu sadar mereka masih di ruang tamu yang siapapun akan bisa jelas melihat apa yang mereka lakukan.“Aku tunggu di kamar, istriku!” bisiknya sebelum menjauh dari Aluna. Tanpa merasa bersalah, laki-laki itu berlalu dengan santai dan tersenyum pada Mbok Tum yang wajahnya sudah memerah, entah karena takut atau malu sendiri.“Ryu brengsek! I hate you!” jerit Aluna dengan kepalan tangan meninju udara.Sementara Mbok Tum, tidak bersuara sampai Aluna mengatakan,” Lanjutin pekerjaannya Mbok.” Seolah menyadarkan Mbok Tum yang sedang tertegun.Mbok Tum, yang setiap malam harus memastikan semua pintu harus dikunci, saat melewati ruang tamu tiba-tiba melihat pemandangan yang tidak layak ditonton. Sejak pertama kali menginjakan kaki di rumah ini, semua tampak biasa dan sewajarnya. Sekarang ia harus terbiasa melihat kemesraan pasangan suami istri yang baru saja menikah.

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   30. Cuti

    “Malam, Sayang!”“Mami!” Mauren meloncat dari atas kasur, menghampiri Renata di depan pintu kamar. “Aku kangen Mami!” ucapnya dalam dekapan sang Mami.Tangan Renata terulur untuk mengusapi punggung sang putri. Putri yang sudah lima hari ia tinggalkan karena harus berada di luarkota untuk menghadiri seminar dan dinas dari rumah sakit. “Sama, Mami juga kangen kamu, Sayang!” Renata mengecup puncak kepala anak gadisnya.Puas memeluk sang Mami, Mauren melepas dekapan wanita yang melahirkannya itu. “Mami bawa apa?” tanyanya lalu menatap koper yang masih berada di samping Renata. “Ayo kita buka, Mi!”Renata membalas dengan tersenyum sembari menganggukan kepala menyetujuinya. “Oke.” Mengiring Mauren lebih masuk ke dalam kamar, mendudukan sang putri di tepi ranjang lalu ia berjongkok untuk membuka kopernya.Sudah menjadi kebiasaan Renata setiap pulang dari luar kota ia akan memberikan oleh-oleh untuk sang putri. Maka dari itu melihat koper, Mauren langsung paham. Anak seusia Mauren sangat beru

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   31. Dua Wanita

    Rahang Renata mengeras dengan kepalan tangan erat, keluar dari ruangan Ryu. Langkahnya menuntunnya hingga lobi rumah sakit. Karena suasana rumah sakit sedang sepi, ia duduk terlebih dulu di salah satu kursi, lalu membuka ponselnya lagi untuk menghubungi sang suami. Nihil, Ryu tidak menjawab teleponnya. Diliriknya jam dipergelangan tangan sudah pukul 9 malam, sudah sangat. Takut tiba-tiba Mauren mencarinya, makanya ia segera pulang.Selang beberapa menit kemudian, wanita itu sudah melajukan mobilnya menuju rumah. Tubuhnya lelah, hatinya juga sangat lelah tetapi Ryu masih belum bisa dihubungi. Perasaannya mulai tidak nyaman. Kemana perginya sang suami, laki-laki itu seolah di telan bumi. Renata hanya berharap semua akan baik-baik saja.“Mami, dari mana? Papi sudah gak pulang, Mami juga pergi aja gak bilang aku,” jelas Mauren yang tahu-tahu sudah duduk di sofa ruang tamu saat Renata tiba. Gadis kecil itu sedang menunggu Renata dengan mata berkaca-kaca, ia pikir semua telah meninggalkanny

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   32. Ancaman

    Setelah tiga hari menghilang. Ryu akan pulang ke rumah yang ia tempati bersama Renata dan Mauren. Laki-laki itu juga binggung sendiri. Sebutan apa yang pas untuk kedua rumahnya kali ini. Rumah pertama atau rumah kedua, rumah Renata atau rumah Aluna, istri pertama atau istri kedua.“Papi mau berangkat ke luar kota ya?”Ryu mengeryit, darimana Langit mengetahui rencananya. “Langit, tahu kalau Papi mau ke luar kota?”Melihat travel bag di lantai dan di isi dengan beberapa pakaian Ryu, dan juga Aluna yang mengatakan kalau Ryu akan pergi untuk beberapa hari membuat jiwa penasaran Langit menyala. “Berapa lama?”Sebenarnya travel bag itu untuk mengecoh Renata, jadi seakan-akan Ryu telah melakukan perjalanan dinas, padahal ia tengah menjalin pernikahan dengan mantan istrinya.“Tahu lah!” Bukan Langit yang menjawab. Melainkan Aluna yang baru saja datang dari dapur. Wanita itu membawa sepiring pisang coklat untuk camilan di pagi hari. Sesaat kemudian, maniknya menatap sang suami. “Aku bilang, P

Latest chapter

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   87. Gendut

    Setelah kejadian malam itu, Aluna seperti tidak memiliki muka lagi ketika harus bertemu dengan Bian. Selama ini hubungan keduanya tidak pernah seintim itu. Bian adalah sosok yang selalu menghormatinya dan juga menjaganya. Namun, setan apa yang membuat pria normal itu berbuat sejauh itu, Aluna bahkan tidak pernah terbayangkan sebelumnya.Namun, kejadian semalam tidak berpengaruh apa-apa dengan Bian. Lelaki itu bersikap biasa seolah tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya, datang ke rumah dan masuk begitu saja.“Lun, Langit biar bareng aku saja ya?” ucapnya yang tiba-tiba, bersandar di pintu dapur saat mengatakannya. “Biar Roni langsung ke kantor.” Ya, beberapa hari ini Langit selalu diantar jemput oleh Roni-sekretaris Bian.“Mas, jangan dibangunkan, Awan baru sejam tidur,” teriak Aluna saat melihat Bian melangkah menuju kamarnya. Lelaki itu tanpa permisi dan sungkan masuk saja.Sepertinya ucapan Aluna hanya dianggap angin oleh Bian. Nyatanya, sekarang Awan sudah berada di gendongannya.

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   86. Mati Rasa

    “Mi, aku mau nasi goreng buatan Mami.” Langit duduk di sebelah Aluna yang sedang berbaring meng-ASIhi Awan. “Bisa tolong buatin kan, Mi.”“Hmm,” jawab Aluna bergumam. Nanti setelah Awan tidur, ia akan membuatkan untuk anak pertamanya itu menu kesukaannya. “Tunggu Adiknya tidur dulu ya.”Langit bisa mengerti. Setelah lahirnya Awan, ia harus berbagi Mami dengan sang Adik. Makanya Langit pun memiliki stok kesabaran yang tinggi untuk itu. Bahkan tanpa diminta oleh Aluna.Hingga setengah jam berlalu, Aluna pikir Awan sudah terlelap. Perlahan, wanita itu melepaskan diri dari mulut mungil bayi tersebut. Namun, ternyata salah. Awan merengek, pada akhirnya Aluna tidak jadi mencabut sumber ASInya. Satu jam sudah berlalu, Langit yang ditangannya sedang memegang ponsel, merasakan perutnya bergejolak.“Mami, aku lapar kapan mau buatin nasi gorengnya,” protes sang anak sudah tidak sanggup menahan laparnya.“Adiknya belum ti-”“Lama! Ya udah aku minta Ayah saja.” Langit beranjak dari kasur, sudah be

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   85. Dejavu

    “Oke, kamu harus sembuh,” jawab Bara. Kalau memang dengan berbohong bisa membuat Renata sembuh, ia akan lakukan. “Dan nurut sama dokter kalau di suruh minum obat ataupun makan. Oke?” Sering kali Bara mendapatkan informasi kalau Renata sering tidak mau minum obat dan makan, membuat laki-laki itu memberi peringatan. Terlihat sekali tubuh Renata yang kurus karena kurang makan.“O-ke,” jawab Renata dengan pandangan kosong.Melihat seorang perawat yang baru saja datang dengan membawa makanan, Bara tidak tinggal diam untuk menyuruh menghabiskan makanan itu. “Tolong sini, Sus,” pinta Bara pada sang perawat sembari mengulurkan tangannya. Lalu tatapannya tertuju pada Renata yang masih diam sambil menatap ke arah jendela. “Makan ya, Ren!” perintahnya pada Renata, mengulurkan sepiring nasi beserta lauk pauknya.Renata hanya bergeming, tidak pun bergerak untuk mengambil piring dari tangan Bara.“Ah, lupa dia kan gak normal,” gerutu Bara dalam hati.“Ren,” panggil Bara lirih. Namun, Renata masih t

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   84. Mau Suami

    “Mami …!”Panggilan yang diucapkan Mauren tidak membuat wanita yang sedang menatap kosong ke luar jendela bergerak.“Mami … Mauren kang-”Renata menoleh, menatap ke arah Mauren. Detik berikutnya, wanita itu berteriak histeris dengan telunjuk mengarah pada Mauren di ambang pintu.“Mauren, kamu anak sialan. Pergi, pergi … pergi anak sialan kamu!”Awalnya Mauren sudah percaya diri kalau kali ini kunjungannya bakal diterima oleh sang Mami. Akan tetapi, diluar expektasinya ternyata Renata menolak kedatangannya lagi dan ini sudah yang kesekian kalinya.Sementara Alan yang berada di belakang Mauren, seketika memberikan pelukan dari samping pada anak gadisnya itu untuk menguatkan. “Biar Ayah yang coba ya,” ucapnya.“Tap-tapi ….” Suara Mauren bergetar menahan isakan. Ia bisa menerima ketika Renata membentaknya tetapi tidak mengumpatinya. Gadis berusia delapan tahun itu semakin sesak dadanya ketika melihat tatapan tajam sang Mami. Buliran bening yang sempat ditahannya tidak mampu lagi disembun

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   83. My Family

    Setelah tiga hari dua malam berada di rumah sakit, akhirnya Aluna diperbolehkan pulang. Meskipun Bian memberikan kamar VVIP saat di rumah sakit, tetapi Aluna lebih menyukai tinggal di rumah sederhananya.“Sudah semua kan?” tanya Bian sambil menelisik satu persatu barang yang akan dibawanya pulang ke rumah.“Kayaknya ….” Aluna ikut berdiri di samping Bian sambil memperhatikan sekeliling, mana tahu ada yang tertinggal. “Sudah semua deh, Mas.”“Selamat siang!” Suara dokter Lia terdengar dari arah pintu.“Selamat siang, dok,” sapa Aluna menjawab salam dokter Lia. Bian hanya tersenyum menjawab sapaan dokter yang telah membantu proses kelahiran Awan.“Jadi mau pulang hari ini ya?” ucap dokter Lia setelah menatap bayi tampan Aluna yang masih tidur. “Hem … bayinya tampan seperti Ayahnya.” Dokter Lia mengatakan lagi sambil menatap Bian dengan tersenyum.“Dia bukan-”“Ah, terima kasih, dok,” sela Bian dengan terkekeh. Lalu melirik Aluna. Wanita itu sedang menatapnya geregetan dan Bian tidak pe

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   82. Baper

    “Tante, nanti pulang sekolah aku boleh jenguk Mami dulu ya?” tanya Mauren pada Nia. Sudah delapan bulan, semenjak Renata berada di rumah sakit jiwa, Mauren tinggal bersama keluarga Bara. Mauren melanjutkan kunyahannya yang ada di mulutnya baru kemudian melanjutkan ucapannya. “Tapi kalau gak ada ekskul, sih.”“Jangan dulu deh, tunggu Om Bara off dulu aja ya. Nanti biar ditemani,” jawab Nia sambil mengaduk minuman hangatnya untuk sang suami. Biasanya memang Mauren di temani oleh Bara jika ingin datang ke rumah sakit. “Coba tanya sama Om Bara, kapan off.”“Tan, aku ke sana sama Ayah koq.” Mauren segera menghabiskan nasi goreng yang ada di piringnya. Menyisahkan nugget yang biasanya ia makan belakangan. “Jadi gak sama Om.”Mauren memang sudah bisa menerima kehadiran Alan sebagai Ayahnya. Tetapi hubungan mereka tidak lah terlalu dekat karena di saat butuh saja Mauren mendatangi lelaki itu. Alan pun tidak masalah jika Mauren hanya memanfaatkannya saja. Toh, ada darahnya yang mengalir di tu

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   81. Launching

    Delapan bulan kemudian …Aluna meringis, merasakan nyeri itu kembali datang. Sesuai hari perkiraan lahir, harusnya masih seminggu lagi. Akan tetapi, sejak bangun tadi pagi ia merasakan beberapa kali nyeri. Merasa sudah berpengalaman saat melahirkan Langit dulu, Aluna bergegas menuju klinik.“Kita langsung ke rumah sakit saja ya,” ucap Bian. Laki-laki itu langsung berangkat menuju rumah Aluna saat di telepon Aluna. Acara meeting yang masih setengah jalan, terpaksa ia tinggalkan. Tidak masalah meninggalkan kantor, karena Aluna adalah prioritasnya saat ini.“Klinik saja, Mas!” pinta Aluna. Setiap bulan Aluna memang kontrol di klinik tersebut. Selain itu lokasi yang dekat dengan rumah, membuat tidak menghabiskan waktu di perjalanan.Desahan pelan keluar dari bibir Bian. Ia hanya ingin Aluna mendapatkan pelayanan yang terbaik dan lengkap jika datang ke rumah sakit. Tetapi wanita hamil itu ternyata masih saja keras kepala. Aluna masih trauma datang ke rumah sakit setelah kepergian Ryu. Lant

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   80. Kenyataan

    “Stop, Renata!” teriak Bara. Ketika mendengar kegaduhan di dalam kamar, ia tidak bisa menunggu lagi sampai Alan keluar. Tanpa permisi Bara membuka pintu. Untuk pertama kalinya pria itu tercengang dengan apa yang dilihatnya. Akal sehatnya masih menyangkal apa benar ini yang dilakukan oleh istri Ryu. Bara lantas mendekati Renata menarik kedua tangan wanita itu dari kepala Alan kemudian mencengkramnya dengan kuat. “Kamu mau jadi pembunuh, hah? Mau kamu membusuk di buih, hah! Kalau kamu gak bisa mengendalikan diri, terpaksa aku bawa kamu ke rumah sakit jiwa. Mau kamu seperti itu, ya?”“Pergi, Alan!” ucap Bara setelah tangan Renata terlepas dari kepala Alan. “Kamu juga, bodoh atau gimana sih, diam saja diha-”“Saya ikhlas, Mas,” sahut Alan tidak menyimpan dendam sama sekali pada Renata. “Kalau dengan seperti ini bisa membuat Mbak Renata memaafkan saya.”“Konyol itu namanya,” geram Bara. “Mati sia-sia, belum tentu dimaafkan juga.” Kembali decakan kesal keluar dari bibir Bara. “Ck, sebenarny

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   79. Psikopat

    “Kamu …” Renata mengacungkan telunjuknya dan mengarahkan pada lelaki yang telah memanggilnya beberapa saat yang lalu. “Pergi! Brengsek, kamu!” Tanpa ragu Renata melempar bantal yang ada di sampingnya ke arah laki-laki tersebut.Bara yang masih berada di dalam kamar. Menyadari Renata yang akan mengamuk lagi, ia refleks menutup pintunya rapat. Mengangkat kedua tangannya di depan dada. “Ren, bisa tenang! Aku mau bantu kamu, tapi tolong kamu tenang. Di luar akan banyak orang, kalau kamu seperti ini mereka akan mengira kalau kamu gila. Pasti kamu tahu dimana orang gila berada, kan.”“Kamu ngatain aku gila, Mas?” Di sela amukannya Renata masih bisa berpikir normal. “Aku gak gila, Mas.” Wanita itu jatuh di lantai sambil menekuk lututnya. Suaranya bergetar dengan buliran bening yang tiba-tiba menetes di pipi. “Maaf … Mas Ryu, harusnya … aku, harusnya … aku.” Ada rasa sakit yang tak terlihat menghujam, saat menyadari tindakannya yang telah membuat Ryu menghembuskan napas terakhirnya. Kembali r

DMCA.com Protection Status