Share

26. Tetangga

Penulis: Mkarmila
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-09 16:58:46

Aluna mengumpulkan nyawanya, lalu cepat-cepat bergegas bangun sebelum Ryu menyadarinya. Namun, tarikan di lengannya sangat kuat hingga ia ambruk lagi. Menjerit lagi. “Arrgh …! Lepas, Dokter!”

Ryu dengan cepat membalik posisi, pria itu mengungkungnya dan sekarang Aluna di bawahnya. Wajah tampan itu kini berubah seperti serigala yang mendapati buruannya. Sekarang Aluna merasa hidupnya dalam bahaya. Bagaimanapun, keputusan untuk mengijinkan Ryu menginap adalah salah besar.

“Kenapa berubah lagi, sudah bagus kamu memanggilku Mas, sekarang kembali memanggil Dokter,” gumamnya sambil menatap dengan tatapan sulit diartikan.

Semakin lama, tatapan Ryu semakin dalam dan membuat Aluna tidak mampu lagi menolak pesona mantan suaminya itu.

Gelenyar aneh, yang tidak pernah ia rasakan pasca berpisah dengan Ryu kini menghampirinya saat laki-laki itu mengusap jari ke pipinya dengan lembut. Pun saat Ryu mengikis jarak keduanya dan wajah mereka kini nyaris bersentuhan.

Hep, Aluna langsung menutup mulutnya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   27. Dia Adalah

    “Kamu apa-apaan bilang seperti itu?”Kemarahan Aluna sudah diujung kepalanya. Harusnya Ryu diam saja menanggapi ocehan Ibu-ibu komplek di mana dirinya tinggal.“Lalu, apa aku harus diam juga ketika kamu di-”“Stop!” Aluna memotong ucapan Ryu, menyuruh agar laki-laki itu berhenti. Ia sudah cukup penat dengan semua ini. Sekarang yang ingin ia lakukan hanyalah mengistirahatkan tubuh dan otaknya. “Pulanglah dan gak perlu datang ke sini lagi. Kalau kamu mau ketemu Langit, janjian saja di luar biar aku yang antar. Kamu boleh seharian bersama Langit tapi tidak di rumah ini,” jelas Aluna panjang lebar.Mungkin untuk sementara, biarlah Ryu tidak menampakkan diri di rumahnya dengan begitu gosip itu akan mereda dengan sendirinya. Biasanya kan seperti itu yang terjadi di kehidupan real kita.Ryu mendekat, berdiri di hadapan Aluna. “Daripada kamu terus-terusan jadi bahan omongan tetangga, lebih baik kita jadikan nyata.” Kemudian kedua tangannya terangkat untuk menyentuh bahu Aluna. “Ayo menikah.”

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-09
  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   28. Seperti Ini

    “Permisi, Bu!” Mbok Tum sudah berdiri di depan pintu kamar yang terbuka sedikit setelah mengetuknya. Aluna yang sedang bertelungkup di atas tempat tidur dan matanya fokus pada layar laptop seketika mendongak. “Ada apa, Mbok?” tanyanya. “Ada Pak RT katanya mau ketemu sama Ibu.” “Damn it,” umpat Aluna. Ternyata Pak RT menepati ucapannya, datang di malam hari. Kalau sudah begini, Aluna tidak bisa mundur lagi. Secepatnya ia segera memutuskan, apakah pindah rumah atau menerima tawaran menikah dengan Ryu. Aluna mengacak rambutnya frustasi. “Maaf, jadi bagaimana?” tanya Mbok Tum yang juga binggung dengan sikap sang majikan. “Mbok, tolong temuin dulu, dan bilang saya sedang diluar rumah,” ujar Aluna seraya mengubah posisinya menjadi duduk lalu mencari keberadaan hpnya. “Baik,” jawab Mbok sebelum pergi. Tangan Aluna sedang bergerak dia atas benda canggih itu, membuka room chat dengan Ryu. Tetapi masih belum mengetikkan apa-apa. Mendadak ia ragu apakah keputusannya ini benar. “Argh!” deca

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-10
  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   29. Maaf

    “Maaf!”Suara itu membuat Ryu melepaskan pagutan. Salahnya, yang langsung menerkam istri keduanya itu tidak tahu tempat. Harusnya Ryu sadar mereka masih di ruang tamu yang siapapun akan bisa jelas melihat apa yang mereka lakukan.“Aku tunggu di kamar, istriku!” bisiknya sebelum menjauh dari Aluna. Tanpa merasa bersalah, laki-laki itu berlalu dengan santai dan tersenyum pada Mbok Tum yang wajahnya sudah memerah, entah karena takut atau malu sendiri.“Ryu brengsek! I hate you!” jerit Aluna dengan kepalan tangan meninju udara.Sementara Mbok Tum, tidak bersuara sampai Aluna mengatakan,” Lanjutin pekerjaannya Mbok.” Seolah menyadarkan Mbok Tum yang sedang tertegun.Mbok Tum, yang setiap malam harus memastikan semua pintu harus dikunci, saat melewati ruang tamu tiba-tiba melihat pemandangan yang tidak layak ditonton. Sejak pertama kali menginjakan kaki di rumah ini, semua tampak biasa dan sewajarnya. Sekarang ia harus terbiasa melihat kemesraan pasangan suami istri yang baru saja menikah.

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-12
  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   30. Cuti

    “Malam, Sayang!”“Mami!” Mauren meloncat dari atas kasur, menghampiri Renata di depan pintu kamar. “Aku kangen Mami!” ucapnya dalam dekapan sang Mami.Tangan Renata terulur untuk mengusapi punggung sang putri. Putri yang sudah lima hari ia tinggalkan karena harus berada di luarkota untuk menghadiri seminar dan dinas dari rumah sakit. “Sama, Mami juga kangen kamu, Sayang!” Renata mengecup puncak kepala anak gadisnya.Puas memeluk sang Mami, Mauren melepas dekapan wanita yang melahirkannya itu. “Mami bawa apa?” tanyanya lalu menatap koper yang masih berada di samping Renata. “Ayo kita buka, Mi!”Renata membalas dengan tersenyum sembari menganggukan kepala menyetujuinya. “Oke.” Mengiring Mauren lebih masuk ke dalam kamar, mendudukan sang putri di tepi ranjang lalu ia berjongkok untuk membuka kopernya.Sudah menjadi kebiasaan Renata setiap pulang dari luar kota ia akan memberikan oleh-oleh untuk sang putri. Maka dari itu melihat koper, Mauren langsung paham. Anak seusia Mauren sangat beru

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-14
  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   31. Dua Wanita

    Rahang Renata mengeras dengan kepalan tangan erat, keluar dari ruangan Ryu. Langkahnya menuntunnya hingga lobi rumah sakit. Karena suasana rumah sakit sedang sepi, ia duduk terlebih dulu di salah satu kursi, lalu membuka ponselnya lagi untuk menghubungi sang suami. Nihil, Ryu tidak menjawab teleponnya. Diliriknya jam dipergelangan tangan sudah pukul 9 malam, sudah sangat. Takut tiba-tiba Mauren mencarinya, makanya ia segera pulang.Selang beberapa menit kemudian, wanita itu sudah melajukan mobilnya menuju rumah. Tubuhnya lelah, hatinya juga sangat lelah tetapi Ryu masih belum bisa dihubungi. Perasaannya mulai tidak nyaman. Kemana perginya sang suami, laki-laki itu seolah di telan bumi. Renata hanya berharap semua akan baik-baik saja.“Mami, dari mana? Papi sudah gak pulang, Mami juga pergi aja gak bilang aku,” jelas Mauren yang tahu-tahu sudah duduk di sofa ruang tamu saat Renata tiba. Gadis kecil itu sedang menunggu Renata dengan mata berkaca-kaca, ia pikir semua telah meninggalkanny

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-15
  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   32. Ancaman

    Setelah tiga hari menghilang. Ryu akan pulang ke rumah yang ia tempati bersama Renata dan Mauren. Laki-laki itu juga binggung sendiri. Sebutan apa yang pas untuk kedua rumahnya kali ini. Rumah pertama atau rumah kedua, rumah Renata atau rumah Aluna, istri pertama atau istri kedua.“Papi mau berangkat ke luar kota ya?”Ryu mengeryit, darimana Langit mengetahui rencananya. “Langit, tahu kalau Papi mau ke luar kota?”Melihat travel bag di lantai dan di isi dengan beberapa pakaian Ryu, dan juga Aluna yang mengatakan kalau Ryu akan pergi untuk beberapa hari membuat jiwa penasaran Langit menyala. “Berapa lama?”Sebenarnya travel bag itu untuk mengecoh Renata, jadi seakan-akan Ryu telah melakukan perjalanan dinas, padahal ia tengah menjalin pernikahan dengan mantan istrinya.“Tahu lah!” Bukan Langit yang menjawab. Melainkan Aluna yang baru saja datang dari dapur. Wanita itu membawa sepiring pisang coklat untuk camilan di pagi hari. Sesaat kemudian, maniknya menatap sang suami. “Aku bilang, P

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-15
  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   33. Diam

    Setelah mengatur napasnya, Renata melayangkan tatapan yang tidak pernah Ryu lihat sebelumnya.“Terima kasih untuk semua rasa sakit ini.” Renata memaksakan tersenyum, senyuman penuh luka. Lalu kembali berkata, “Aku ucapkan selamat buat kamu, telah membuat hatiku hancur bahkan sudah tidak bisa disatukan lagi … suamiku!” Ryu merasakan wajahnya ditampar oleh ucapan Renata.Ryu tidak bisa menebak apa yang selanjutkan akan dilakukan sang istri. Beberapa saat yang lalu, Renata seperti orang kesetanan yang mengamuk. Sekarang, wanita itu tampak berbeda. Seolah bisa menerima semua perbuatannya. Tetapi Ryu bisa lihat ada kekecewaan yang dalam dan entah apalagi yang akan Renata lakukan setelah ini.Tiba-tiba Ryu mengingat Aluna dan Langit, bisa saja dalam diamnya Renata sedang merencanakan kejahatan untuk istri dan anaknya yang lain. Di saat seperti ini, Ryu juga harus siaga menghadapi Renata dan wajar kalau berpikiran buruk pada wanita itu.“Jangan sakiti mereka.” Ryu menggelengkan kepalanya deng

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-17
  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   34. Sama-sama

    Sepanjang malam, tidur Ryu tidak tenang. Laki-laki itu gusar, hanya membolak-balik tubuhnya saja tanpa bisa memejamkan mata. Selama ini di sampingnya selalu ada Renata, yang memeluknya atau teman ngobrol. Namun, sekarang Ryu hanya ditemani guling karena Renata tidak mau masuk kamar seusai pertengkaran di taman.Ryu menertawakan dirinya sendiri. Di saat seperti ini, ia merindukan istri yang telah disakiti. Berharap semua akan seperti biasanya, nyatanya itu tidak mungkin. Kehilangan, ya, itulah yang sekarang Ryu rasakan. Kehilangan pelukan Renata yang entah sampai kapan. Entahlah, di jam berapa Ryu baru bisa tidur.Maniknya mengerjap ketika mendengar teriak Mauren dari balik pintu.“Papi, bangun! Papi …! Papi …!”Laki-laki itu bergegas bangun meski dengan mata yang masih belum terbuka sempurna. Kemudian berjalan menuju pintu lalu membukanya. Mauren sudah berdiri dengan memakai seragam lengkap.“Papi mau anterin aku?” tanya Mauren. “Mami masih tidur, katanya hari ini gak kerja.”“Mami ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-18

Bab terbaru

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   102. Tersenyum

    “Mau turun, gak?”“No!” jawab Renata, ia memilih bertahan di dalam mobil saja daripada harus bersama dengan Alan.“Oke,” jawab Alan lalu menutup pintu mobil. Lelaki itu berjalan ke arah belakang dan membuka pintunya.“Alan, mau dibawa ke mana Mauren?” seru Renata. Seketika kepanikan melandanya . “Biarin Mauren tidur di mobil saja!”Alan kemudian menatap Renata sekilas, kalau wanita ini ingin bertahan di dalam mobil ia tidak peduli. Tetapi ia akan membawa Mauren masuk ke dalam apartemennya.“Apa kamu gak kasihan sama Mauren tidurnya gak nyaman seperti itu.”“Aku tetap disini, Mauren juga harus tetap di sini,” sahut Renata cepat, membantah ucapan Alan.Namun, tanpa mendengarkan keinginan Renata, Alan langsung saja mengendong Mauren dan membawanya masuk.“Hey,” seru Renata. Alan menyematkan senyuman tipis kala melirik Renata yang turun dari mobil kemudian mengikuti langkahnya masuk ke dalam gedung apartemen.“Alan, aku bilang-”“Jangan berisik, Mbak!”Tanpa Renata sadari langkahnya terus

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   101. Terserah

    “Kamu mau buat aku malu, Alan Sanjaya?”Begitu keluar dari gedung, Renata menarik tangan lelaki itu untuk mengikutinya. Melangkahkan kakinya menjauh dari kerumunan orang-orang. Setelah sampai di ujung koridor yang sepi, wanita itu menghentikan langkahnya sembari berkaca pinggang. Kekesalannya sudah memuncak seiring sikap Alan yang santai seolah tidak pernah melakukan kesalahan.“Mbak …!”“Aku bukan Mbakmu!” jerit Renata frustasi, merasa muak dengan panggilan itu karena Alan memanggilnya dengan suara rendah dan lembut.Sedangkan lelaki itu mengulum senyum. Selama ini, Renata tidak pernah protes dengan cara panggilnya, tetapi tiba-tiba dia mengklaim bukan Mbaknya.“Oke, kalau begitu aku panggil Sayang saja,” ucapnya disertai kekehan, meski mata Renata sudah menyorotnya tajam, Alan tidak peduli.“Jawab aku, Alan!” bentak Renata sudah hilang kesabarannya. “Kamu mau buat aku dan Mauren malu, hah! Belum cukup ka-”Renata tidak bisa melanjutkan ucapannya ketika kelima jari Alan singgah di bi

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   100. Acara

    Hari ini, Alan sengaja datang ke sekolahan Mauren. Semalam, Bara mengirimkan pesan bahwa di sekolahan Mauren sedang ada acara, tidak membuang kesempatan Alan akan hadir di acara tersebut.Lelaki itu berangkat tanpa memberitahu pada sang putri. Ia tidak peduli, kalau ternyata nanti di sana akan mendapatkan penolakan. Ia bisa memastikan nanti akan bertemu dengan Renata di dalam. Sekali lagi, Alan katakan tidak peduli.Setelah menempuh perjalanan selama tiga puluh menit, akhirnya dia menepikan mobilnya di parkiran khusus untuk pengunjung.Sikap Alan yang ramah membuat tidak ada kecanggungan bila harus menyapa orang-orang yang sebelumnya tidak kenal. Dengan langkah tegas, tidak ada keraguan sedikitpun lelaki itu berjalan menjangkau menuju gedung Aula, tempat diadakannya acara tersebut.Ketika Alan sudah mencapai gedung tersebut, langkahnya terhenti sebab ada seorang resepsionis yang berjaga sembari menyodorkan buku tamu bagi yang akan masuk.“Selamat siang, maaf dengan wali murid siapa ya

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   99. Keras Kepala

    Renata dan Alan duduk bersisihan di teras rumah. Hari ini memang Alan sengaja datang di malam hari untuk bisa bertemu dan berbicara dari hari ke hati dengan Renata. Semenjak kepulangan wanita itu dari rumah sakit dan Alan yang pindah ke apartemen, membuat keduanya jarang bertemu. Sekalinya Alan ingin mengantar Mauren ke sekolah, hal itu sudah lebih dulu dilakukan oleh Renata.Selama hampir sepuluh belas menit, tidak ada yang bersuara di antara keduanya. Hanya suara angin yang bertiup seolah memecahkan keheningan . Dan selama itu pula, tatapan Alan hanya tertuju pada wajah cantik Renata. Dari situ Alan dapat mengamati dengan jelas wajah Renata yang tidak banyak berubah setelah bertahun-tahun tidak bertemu.Sungguh bodoh, dirinya dulu meninggalkan wanita ini. Harusnya saat itu dia tidak meninggalkan Renata dan membangun keluarga kecilnya, mempertahankan wanita yang dia cintai meski jalan itu tidak akan mudah karena pertentangan dari kedua keluarga. Namun, sekarang hanya penyesalan yang

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   98. Akhirnya

    “Sayang, ayo kita foto dulu.” Bian mengandeng tangan Aluna mengajaknya ke arah dekor yang sengaja disiapkan untuk acara ijab kabulnya tadi. “Langit dan Tegar mana ya?” Netra Bian menatap kesana kemari, mencari keberadaan kedua putranya itu.“Mereka kayaknya di depan, Mas,” sahut Aluna.“Zi, tolong panggilkan Langit sama Tegar di luar,” pinta Bian yang tiba-tiba melihat keberadaan wanita itu. “Bilangin mau diajak foto keluarga.”Ziya tidak menjawab, namun langkahnya menuju luar rumah untuk memanggil kedua anak Bian itu.“Sayang, Langit, Tegar,” panggilnya sambil melambaikan tangan. “Ayah ngajakin foto dulu.”Langit dan Tegar bergegas masuk ke dalam rumah dan meninggalkan permainannya dengan anak tetangga sebelah rumah.Cekrek, cekrek, cekrek, cekrek, cekrek.Entah sudah berapa banyak dan berapa pose yang dilakukan kelima orang itu di depan kamera, Aluna sudah merasakan capek sekali.“Tenang, nanti aku pijitin kamu,” ucap Bian dengan kerlingan jahil untuk menggoda sang istri. “Ish …!” d

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   97. Sah

    “Langit biar duduk di belakang, sepertinya dia ngantuk itu,” ucap Bian pada Aluna, ketika membuka pintu belakang mobil dan melirik pada pemuda kecil yang tengah menguap.Tanpa banyak protes, Langit masuk dan duduk, lebih tepatnya membaringkan tubuhnya miring menghadap ke punggung bangku kemudian menutup mata.Aluna menatap Bian tanpa berkata-kata, lelaki itu selalu tahu apapun yang terjadi pada anak-anaknya. “Padahal tadi kayaknya tidak ada tanda-tanda ngantuk deh!”Bian membukakan pintu di samping kemudi, menyuruh Aluna untuk masuk. Lantas berputar mengitari mobil dan langsung duduk di bangku kemudi. Memasang sabuk pengaman dan mulai menjalankan kereta besinya. “Sejak dipemakaman tadi matanya sudah merah, Sayang.”Entah, Aluna tiba-tiba tersipu mendengar Bian memanggilnya Sayang, mungkin juga saat ini wajahnya tengah memerah karena malu. Hingga memalingkan wajahnya ke jendela, yang ada di sampingnya.“Kamu kalau malu-malu seperti itu kayak ABG saja!”Celetukkan Bian sanggup membuat A

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   96. Ziarah

    “Hati-hati!” seru Bian, mengeratkan tangannya yang mengenggam pergelangan tangan Langit.Kemudian, lelaki itu kembali menuntun Langit. Berjalan menyusuri jalan setapak di sela-sela antara satu makam dengan makam yang lain.Kenapa tidak dengan melangkahi makam saja kan lebih cepat. Konon katanya, menurut ceramah agama yang ia dengar, jika berziarah tidak boleh berjalan di atas makam. Sebab, menghormati jenazah di dalam kubur sama pentingnya dengan menghormati manusia yang masih hidup karena kuburan memiliki kedudukan dan sangat dimuliakan.Beberapa kuburan, gundukan tanahnya masih basah dengan taburan bunga-bunga yang masih segar. Setelah menempuh berjalan kaki yang lumayan jauh dari pintu masuk, netra Aluna berhenti pada salah satu makam tujuannya. Namun, jantungnya berdegup kencang tatkala melihat karangan bunga segar yang seseorang tinggalkan.Apakah ini bunga dari Renata? Tapi siapa lagi keluarga Ryu, selain wanita itu. Jadi Renata sudah sembuh, bukankah ia sedang di rawat di rumah

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   95. Perasaan

    Aluna merasakan kaku di kakinya yang menekuk, maka ia hendak menselonjorkan kedua kakinya itu. Namun, kenapa malah menabrak sesuatu yang keras. “Argh, apa ini?” rintihnya.Mata wanita itu menyipit menyesuaikan dengan cahaya lampu yang masuk dari celah korden. Menyadari ini bukan tempat tidurnya, Aluna seketika menegakkan tubuhnya. Bersandar pada punggung sofa lalu matanya menyusuri sekitar. “Ah, kenapa aku tidur di sofa,” gumamnya tampak kebingungan. Lalu matanya melirik paper bag yang semalam di bawa Bian belum berpindah tempat. “Jam 2,” ujarnya lirih setelah melirik jam dinding.“Awan!” ujarnya teringat akan apa yang terjadi semalam. Wanita itu berlari menuju kamar. Terperangah melihat pemandangan di depannya hingga membuat kedua kakinya membeku. Bian tertidur dengan memeluk Awan dari samping. Bayinya itu tampak sangat tenang dan nyaman, tidak seperti saat semalam bersamanya. Interaksi keduanya selayaknya Bapak dan Anak.Setelah beberapa saat, dengan gerakan kaki pelan, Aluna mendek

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   94. Kangen Ayah

    “Mami, Adik bangun lagi?” teriak Langit berjalan menghampiri Aluna yang sedang duduk di meja makan untuk mengisi perutnya. Sejak pagi, wanita itu belum mengisi perutnya.Mendengar ucapan Langit, Aluna segera berlari menuju kamar. Lalu merebahkan diri, berbaring miring menghadap Awan. Aluna membuka kancing dasternya lalu bersiap untuk menyusui Awan. Tetapi bayi itu menolaknya dan masih merengek.“Adik gak mau minum, Mi,” celetuk Langit yang hanya bisa memandang interaksi antara sang Mami dengan Adik.Benar, Awan menolak ASInya. Pada akhirnya Aluna mengendong bayi berusia dua bulan itu. Sejak pagi tadi Awan rewel karena badannya demam dan Aluna hanya mengompreskan air hangat di kening sang putra. Awan masih terlalu kecil jika harus diminumi obat sebab itu Aluna tidak membawanya ke dokter.Di saat seperti ini, Aluna mengingat Ryu. Mantan suaminya itu akan menjadi orang yang paling cerewet jika berhubungan dengan kesehatan. “Anak kita demam, Mas!” gumamnya dalam hati.“Sayang, tolong ambi

DMCA.com Protection Status