Beranda / Romansa / Mengandung Benih CEO / Bab. 34. Kamu jaga anak-anak kita

Share

Bab. 34. Kamu jaga anak-anak kita

Penulis: My_ndrati
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-07 08:00:14

"Iya, Nak. Papamu juga sangat sayang sama kamu. Gio doain papa ya biar papamu cepat sembuh. Biar kita bisa kumpul lagi, bisa main bareng lagi. Ya, Nak, ya." Adelia memeluk tubuh sang anak sambil menangis.

"Iya, Ma. Gio doain biar papa cepat sembuh. Biar bisa main lagi sama kita," jawab Gio, "kapan Gio bisa ketemu papanya, Ma?" tanya Giovanni.

"Nanti mama kasih tahu lagi, ya. Pokoknya kamu sama Mbaknya dulu tunggu di rumah ya, Sayang." Adelia melepaskan pelukan lalu menoleh ke arah Wati.

"Iya, Ma." Giovanni menganggukkan kepalanya.

***

Adelia sudah berada di rumah sakit bersama sang bunda.

"Bu, kapan Vino sadar ya, Bu. Adel kangen Vino, Bu. Sampai sekarang Adel belum bisa lihat suamiku sendiri," ucap Adelia sambil mengusap-usap perutnya.

"Sabar, Adel. Kamu berdoa saja biar Vino cepat sadar dari masa k
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Mengandung Benih CEO   Bab. 35. Kritis lagi

    Entah apa yang dibisikkan Vino kepada Arsenio. Hati Arsenio tiba-tiba tidak tenang dan berdetak tidak karuan. Arsenio kembali ke posisi semula sambil membenarkan dasinya dan memperhatikan wajah Vino lalu menelan salivanya sendiri. Vino yang sedang diperhatikan malah tersenyum kepada Arsenio. *** Arsenio sedang melamun di ruang kerjanya sambil menatap lurus ke depan. Dia tiba-tiba memikirkan Adelia lalu teringat ucapan Vino. "Kenapa kamu harus berkata seperti itu manajer Vino?" batin Arsenio lalu menggelengkan kepalanya. Dia kemudian melihat jam tangannya, "Aku harus jemput Gio ke sekolah. Dia pasti senang aku jemput," monolog Arsenio lalu berjalan ke arah pintu. *** "Hai, Gio," sapa Arsenio kepada Giovanni yang sedang berjalan bersama Wati. "Om Arsen." Giovanni melambaikan tangan sambil berjalan menghampiri Arsenio yang sedang berdiri di samping mobil. "Tidak apa-apa, 'kan Om

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-08
  • Mengandung Benih CEO   Bab. 36. Kamu suami terbaik

    "Apa!?" Adelia menggelengkan kepalanya dan langsung hilang keseimbangan, beruntungnya sang bunda sedang memegangnya. "Tidak ... tidak! Vino! Vino! Dokter jangan bohong! kembalikan suamiku! Suamiku tidak mungkin meninggal. Tidak mungkin dokter! Aku mohon kembalikan suamiku! Aku mohon!" Adelia menjerit histeris dengan keadaan tubuhnya bergetar hebat dan menangis tersedu-sedu. Giovanni melihat Adelia menangis. "Mama!" Giovanni turun dari pangkuan Arsenio lalu menghampiri Adelia kemudian ikut menangis. "Mama jangan nangis, Ma," rengek Giovanni. Arsenio ikut menghampiri mereka dan dia pun merasa tidak percaya sang manajer telah meninggal dunia. Dia memperhatikan Adelia terus menerus sambil menggelengkan kepalanya. Cairan bening sudah menggenang di sudut matanya. Tubuh Adelia benar-benar terasa lemas. "Vino! Kenapa kamu tinggalkan aku? Aku butuh kamu sayang. Aku mohon kembali padaku pa. Anak kita sebentar lagi akan lahir pa! Papa jangan tingg

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-09
  • Mengandung Benih CEO   Bab. 37. Merasa bersalah

    Adelia sudah berada di rumah sakit. Semua sedang menanti Adelia dengan harap-harap cemas. "Adelia semoga persalinanmu lancar. Kamu dan anakmu selamat. Aku yakin Vino akan senang di sana jika melihatmu sudah melahirkan anaknya." Arsenio berbicara dalam hati sambil terduduk. Hatinya berdebar tidak karuan menunggu Adelia. *** Adelia sudah berada di ruang perawatan. "Ibu senang sekali Adel kelahiran normalmu lancar dan anakmu sempurna, sehat dan juga cantik," ucap Bu Wulan lalu tersenyum. "Iya, Bu, Adel senang sekali. Vino juga pasti senang. Keinginan suamiku terkabul. Vino memang menginginkan anak perempuan." Mata Adelia berkaca-kaca. "Seandainya Vino ada ...." Adelia tidak bisa melanjutkan kata-katanya tenggorokannya seakan tercekat dan kedua matanya seakan ingin menumpahkan air mata yang siap membanjiri pipinya. "Sabar, Sayang. Ibu yakin Vino pasti sedang tersenyum melihatmu melahirkan anak

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-10
  • Mengandung Benih CEO   Bab. 38. Matamu buta

    "Pesan! Pesan ... apa?" Adelia merasa bingung sambil memperhatikan wajah Arsenio. "Nanti saja aku bicaranya. Tidak mungkin kita bicara di butik ini. Kapan kamu ada waktu luang?" Adelia malah terdiam entah apa yang sedang dipikirkannya. Arsenio memperhatikan wajah Adelia sambil mengerutkan keningnya. "Adelia. Adelia!" Suara Arsenio meninggi. "Iya, ada apa?" Adelia terhentak kaget. Arsenio tersenyum kepada Adelia. "Kenapa kamu malah diam? Sudah tidak usah dipikirkan.""Iya.""Ya sudah aku permisi dulu. Aku siap kapan pun kalau kamu ada waktu," ucap Arsenio lalu meninggalkan Adelia.Adelia langsung memperhatikan punggung Arsenio yang sedang berjalan. "Apa yang sudah Vino bicarakan dengan Arsenio? Pesan ... pesan apa yang akan disampaikan?" batin Adelia lalu menggelengkan kepalanya. Hatinya tiba-tiba berdebar tidak karuan. ***Adelia sedang berada di ruang kerja bersama sang bunda.

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-11
  • Mengandung Benih CEO   Bab. 39. Rahasia apa lagi?

    "Adelia!" kaget Bu Martha, "Kamu jangan megada-ada, Arsen!" marah Bu Martha. "Ma. Siapa yang mengada-ada. Arsen serius, Ma. Arsen mencintai Adelia," ungkap Arsenio. "Cinta? Kamu mencintai Adelia?" Bu Martha tertawa mencibir. "Kalau kamu mencintai Adelia si tukang tipu itu. Kenapa waktu itu kamu biasa saja setelah Mama mengusir Adelia. Sedikit pun kamu tidak marah, kamu malah terlihat senang waktu Mama mengusir Adelia. Aneh kamu ini." Bu Martha menggelengkan kepalanya. "Iya, Ma waktu itu ...," ucap Arsen dan tidak bisa melanjutkan kata-katanya lalu menghela napas. "Ada apa, Arsen? Kamu menyembunyikan sesuatu dari Mama?" tanya Bu Martha. Arsenio menganggukkan kepalanya. "Maaf, Ma. Arsen tidak cerita sama Mama. Sebenarnya Arsen mau bicara sama Mama soal Arsen dan Adelia, tetapi kalau Arsen sama Adelia sudah bersatu," kata Arsenio. Bu Martha mengerutkan keningnya setelah mendengar ucapan sang

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-12
  • Mengandung Benih CEO   Bab. 40. Jangan membuat moodku jelek

    "Ya sudah, Ma. Arsen mau berangkat." Arsen bangun dari duduknya."Kenapa makannya tidak dihabiskan?" Bu Martha memperhatikan piring bekas makan Arsenio. "Lagi tidak napsu makan," jawab Arsen. "Kamu ini ya. Tumben-tumbenan tidak napsu makan," kesal Bu Martha. Arsenio pun bergegas meninggalkan meja makan. "Arsen! Tunggu aku. Aku ikut ya di mobil kamu. Aku mau pergi ke rumah teman. Boleh, 'kan?" Vlora bangun dari duduknya.Arsenio menoleh ke arah Vlora sambil kedua tangan di masukkan ke saku celana. "Tidak bisa aku buru-buru!""Buru-buru apanya sih, Arsen," marah Bu Martha lalu menoleh kepada Vlora. "sudah, Vlora kamu ikut saja sama Arsen," pinta Bu Martha. "Tidak apa-apa, Tante?" "Sudah tidak apa-apa. Kalau Arsen tidak baik sama kamu, kamu laporan sama Tante. Sudah sana ikut." Bu Martha menggerakkan kepalanya ke arah Arsenio. "Baik, Tante. Terima kasih," ucap Vlora lalu tersenyum.

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-13
  • Mengandung Benih CEO   Bab. 41. Kamu memberitahu Vino?

    "Apa?!" kaget Adelia, "kamu jangan mengada-ada, Arsen! Kamu ....""Kamu pasti tidak akan percaya dengan apa yang akan kusampaikan. Ini yang aku takutkan. Kamu pasti seperti ini. Ucapan Vino hanya aku yang mengetahuinya. Silakan kamu mau percaya atau tidak. Yang jelas buat apa aku membohongimu. Sebenarnya tanpa Vino minta pun aku akan tetap menikahimu." Arsenio menatap lekat wajah Adelia. "Siapa yang mau menikah denganmu? Aku tidak mau! Kamu mau memanfaatkan keadaan?" ketus Adelia.Arsenio hanya bisa menghela napas kasar mendengar penolakan Adelia. "Aku akan menunggumu sampai kamu mau menikah denganku dan aku tidak pernah memanfaatkan keadaan! Aku pun tidak menginginkan Vino pergi dari dunia ini. Aku sudah mengikhlaskanmu dengan Vino walaupun hatiku tidak bisa dibohongi kalau aku mencintaimu. Aku tahu Vino adalah lelaki baik. Dia bisa menjagamu dan menjaga Gio, makanya aku mengikhlaskanmu," berondong Arsenio dan menatap Adelia dengan tatapan penuh harap d

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-14
  • Mengandung Benih CEO   Bab. 42. Dia lagi, dia lagi

    "Sudahlah! Tidak usah membicarakan pernikahan. Yang aku inginkan hanyalah Vino. Aku masih mencintai Vino walaupun dia sudah tidak ada di dunia ini. Aku masih memikirkannya, Arsen. Bagaimana bisa aku menikah denganmu sementara di hatiku masih ada Vino." Adelia bangun dari duduknya dan hatinya kembali teringat Vino. "Pa aku merindukanmu. Aku sangat merindukanmu Pa." Adelia kembali menangis. "Adelia!" Arsenio bangun dari duduknya lalu mendekati Adelia. Adelia mundur satu langkah ketika Arsenio mendekatinya. "Tidak ada lagi yang harus kamu bicarakan bukan? Maaf, Arsen bukan aku mengusirmu. Aku ingin sendiri." "Baiklah. Aku akan pergi. Maafkan aku jika membuatmu jadi seperti ini," ucap Arsenio, "Oh, iya. Aku akan mendatangi makam Vino setelah dari sini," lanjut Arsenio. "Iya, Arsen.""Ya sudah aku pergi. Permisi," ucap Arsenio lalu pergi meninggalkan Adelia. Adelia kemudian memperhatikan punggung Arsenio yang sedang berjalan men

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-15

Bab terbaru

  • Mengandung Benih CEO   Bab. 63. Sepertinya aku mau melahirkan

    "Apa?!" kaget Arsenio, "Papa masuk rumah sakit?" "Iya, Arsen. Papa tiba-tiba tidak sadarkan diri setelah menerima telepon," jelas Bu Martha lalu menangis. "Mama tenang, ya. Mudah-mudahan Papa tidak apa-apa. Mama doakan Papa. Ya sudah Arsen tutup teleponnya. Arsen harus pulang," tandas Arsenio lalu menggeser ikon berwarna merah. "Papa kenapa, Sayang?" tanya Adelia yang sedari tadi menyimak pembicaraan Arsenio. "Sepertinya Papa kena serangan jantung. Kita harus ke Singapura, Sayang. Maafkan aku liburannya jadi seperti ini." Arsenio menatap wajah sang istri dengan wajah sendu. "Iya, Sayang. Aku tidak apa-apa. Sudah sepantasnya kita pulang. Ayo, kita harus siap-siap." Adelia menarik Arsenio untuk berjalan. Arsenio tersenyum. "Terima kasih, Sayang," ucap Arsenio. *** Arsenio dan Adelia sudah ada di penerbangan menuju

  • Mengandung Benih CEO   Bab 62. Kamu harus aku hukum

    "Pagi, Sayang." Arsenio memperhatikan wajah Adelia yang baru membuka matanya. Adelia tersenyum lalu berucap. "Pagi juga, Sayang." Arsenio kemudian mengecup bibir sang istri. "Kamu nyenyak sekali tidurnya?" Adelia mengangguk lalu tersenyum. Arsenio membalas senyuman sang istri. "Ayo, bangun kita sarapan bareng." Arsenio beranjak dari atas ranjang. Adelia bangun dari tidurnya kemudian menggeliatkan badan. *** "Indah sekali!" Adelia memperhatikan menara eiffel yang menjulang tinggi. "Aku benar-benar berasa mimpi berada di sini." Adelia menoleh ke arah Arsenio kemudian kembali memperhatikan menara eiffel. "Nanti kita ke sini lagi, Sayang bersama anak-anak. Mereka pasti senang." Arsenio merangkul pundak Adelia. "Hah! Ke sini lagi?" kaget Adelia. "Hhhmmm ...." Arsenio memperhatikan wajah Adelia dari samping. Adelia menoleh lalu terse

  • Mengandung Benih CEO   Bab 61 Menua bersama

    "Saya terima nikah dan kawinnya Adelia Indriani binti Indra Hardiansyah dengan maskawin tersebut dibayar tunai!" Arsenio berucap dengan lantang. "Bagaimana para saksi?" "Sah! Sah!" jawab serempak yang hadir. "Alhamdulillah." Arsenio dan Adelia kini sudah berstatus menjadi istri dari Arsenio Arfandra. Mereka begitu senang karena acara ijab qabul berjalan dengan lancar. *** Adelia dan Arsenio sedang berdiri di kursi pelaminan. Mereka mengadakan pernikahan di hotel mewah dengan sangat glamour dan juga meriah. Tidak henti-hentinya mereka menebar senyum ke setiap tamu yang datang. Penampilan Adelia begitu cantik dan elegan. Dia memakai gaun berwarna putih gading. Di bagian lengan ada manik-manik berwarna emas dan bagian model leher berbentuk huruf V. Dibagian sekeliling rok ada renda-renda berwarna emas. Penampilan Arsenio pun begiu tampan. Dia memakai setelan jas b

  • Mengandung Benih CEO   Bab 60 Jantungku lagi tidak aman

    Arsenio sudah kedatangan kedua orangtuanya. Mereka sedang duduk disofa ruang televisi. Waktu menunjukkan pukul empat sore. "Kamu yakin akan menikahi Adelia?" tanya Pak Arka. "Yakin dong, Pa. Kalau tidak yakin mana mungkin waktu itu Arsen ke singapura." "Ingat kalau kamu sudah menikahinya. Jangan macam-macam! Sayangi istrimu!" perintah Pak Arka. "Pasti dong, Pa. Arsen akan menyayangi dan mencintai Adelia sepenuh hati." "Kesenangan dia tuh. Mentang-mentang Papa setuju." Bu Martha tiba-tiba muncul sambil membawa dua cangkir kopi lalu menyimpannya di atas meja kemudian duduk di samping sang suami. Arsenio tertawa lalu mengambil secangkir kopi lalu menyesapnya. "Kapan kamu siap?" tanya sang ayah. Arsenio langsung menyemburkan kopi di dalam mulutnya lalu menyimpan kopi di atas meja dan mengambil tissue untuk mengusap mulutnya. "Papa benaran mengizinkanku menikah de

  • Mengandung Benih CEO   Bab 59. Dia mantanku

    Rangga membelalakkan matanya ketika mendengar ucapan Arsenio. "Iya, Rangga. Arsen calon suamiku." "Memangnya suamimu kenapa?" bingung Rangga. "Eemm, suami ...," jawab Adelia dan tidak bisa melanjutkan kalimatnya. "Sudah meninggal satu setengah tahun lalu karena kecelakaan," timpal Arsenio. Rangga langsung menganggukkan kepalanya beberapa kali. "Aku turut berduka cita, Adelia." Rangga memperhatikan wajah cantik Adelia. "Iya terima kasih," ucap Adelia, "Oh, iya. Mana istrimu? Kamu sama istrimu, 'kan?" "Aku sudah bercerai dengan istriku," jawab Rangga lalu berbicara dalam hati. "Seandainya saja aku tahu suamimu meninggal. Aku akan mendekatimu lagi. Ternyata ada yang sudah mendahuluiku, padahal aku sudah bercerai dengan istriku. Aku menyesal telah meninggalkanmu." "Maaf, Rangga aku tidak tahu." "Sudah tidak apa-apa," timpal Rangga lalu memperhatika

  • Mengandung Benih CEO   Bab 58 Me time dan juga quality time

    "Apa kamu bilang? Maksudmu apa, Adelia? Kenapa kamu berkata seperti itu?" Arsenio menatap tajam Adelia dengan wajah kesal. "Mamamu tidak setuju, 'kan? Kalau aku menikah denganmu. Kalau aku menikah denganmu tidak mungkin aku tidak bertemu mamamu. Bagaimana nanti sikap mamamu sama aku jika kamu sudah menjadi suamiku? Aku sudah membayangkan bagaimana nanti perlakuan mamamu terhadapku." "Sudahlah, Adelia. Aku tahu mamaku tidak setuju dengan hubungan kita. Kamu tidak usah memikirkan sejauh itu. Aku yakin mamaku tidak akan begitu. Lambat laun mamaku pasti akan mengerti," ujar Arsenio. "Bagaimana aku tidak memikirkan mamamu, Arsen. Di saat aku menyetujui pernikahan kita justru mamamu malah begitu dan aku merasa takut," timpal Adelia. "Aku sudah bilang. Kamu jangan pedulikan sikap mamaku kepadamu. Jangan berpikiran yang aneh-aneh tentang mama. Kamu tenang saja, oke!" Arsenio menatap mata Adelia penuh harap. "Bagai

  • Mengandung Benih CEO   Bab. 57. Mama sudah buat malu

    Adelia langsung memperhatikan Arsenio yang sudah berada di hadapannya. "Ada apa?" bingung Arsenio. "Papa bawa apa?" Giovanni tiba-tiba bertanya kepada Arsenio. "Ini, Papa bawa oleh-oleh buat kalian." Arsenio menyerahkan papper bag kepada Gio. "Makasih, Pa." Giovanni langsung membukanya. "Iya, Sayang," jawab Arsenio lalu menoleh kepada Adelia yang masih terpaku memperhatikannya. "Kita akan menikah. Jadi tidak apa-apa Gio memanggilku seperti itu." "Tapi kita belum menikah." Adelia memelankan suaranya. "Tapi aku ayahnya," bisik Arsenio kepada kuping Adelia. Adelia hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dia tidak bisa berbuat apa-apa kalau Arsenio sudah begitu. *** Bu Martha dan Vlora sedang duduk di kursi taman belakang. "besok kita harus pulang, Vlora,

  • Mengandung Benih CEO   Bab. 56. Seandainya Om Arsen jadi Papamu

    Arsenio sedang berdiam diri balkon. Dia menatap langit malam. "Kenapa tiba-tiba aku teringat Adelia?" monolog Arsenio lalu melihat jam tangannya. Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam waktu Singapura. "Di Jakarta masih pukul sembilan. Aku harap Adelia belum tidur." Arsenio mengambil benda pipih yang tersimpan di atas meja kemudian menghubungi Adelia. Sementara Adelia. Dia baru saja akan memejamkan matanya. Ponselnya tiba-tiba berdering. Dia kemudian mengambil dan melihat siapa yang menghubunginya. "Arsen!" ucap Adelia dan tanpa sadar dia tersenyum lalu mengangkatnya, "Hallo, Arsen. Ada apa?" tanya Adelia. "Hallo, Adelia. Aku tidak mengganggumu, 'kan? Maaf malam-malam begini aku menghubungimu," kata Arsenio. "Iya. Tidak apa-apa kok, Arsen. Kebetulan aku belum tidur."

  • Mengandung Benih CEO   Bab. 55. Kamu tolak keinginan anak Tante!

    Adelia langsung membelalakkan matanya ketika melihat Bu Martha tiba-tiba masuk ke ruangannya. Begitu pula dengan Bu Wulan."Saya boleh duduk, 'kan?" Bu Martha langsung duduk di sofa. "Silakan, Tante." Adelia menatap Bu Martha dengan penuh pertanyaan. "Oh, iya, Tante. Perkenalkan ini ibu saya." Adelia menoleh kepada sang bunda. Bu Wulan langsung menundukkan kepalanya sambil tersenyum kepada Bu Martha. Bu Martha pun membalas menundukkan kepalanya kepada Bu Wulan dengan wajah angkuhnya. "Adel. Ibu keluar dulu, ya." Bu Wulan menghampiri Adelia lalu menoleh kepada Bu Martha. "Silakan berbicara dengan anak saya," ucap Bu Wulan lalu meninggalkan mereka berdua. "Ada apa, Tante?" tanya Adelia setelah sang bunda sudah tidak terlihat lalu duduk di sofa besebrangangan dengan Bu Martha. "Kamu mencintai anak Tante?" tanya Bu Martha tanpa basa-basi, "kamu jangan coba-coba menggoda anak Tante!" lanjut Bu Martha. "Memangnya kenapa

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status