Share

Bab 93 – Berbaikan

Penulis: Sanny Rama
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

[“Lintang, dimana kamu? Jam berapa kita berangkat?”] tanya Mahanta di seberang sana.

Lintang melirik jam tangannya, “Setelah makan malam bersama di mansion ya, bos. Papa Sherena juga akan diantar kesana nanti. Mereka akan pergi bersama-sama sebagai satu keluarga.”

[“Kapan kalian kesini?”]

“Sebentar lagi, bos. Tapi sebelum itu beri aku ucapan selamat, bos. Aku akan menjadi ayah.”

[“Apa kau gila, Lintang?! Bagaimana bisa kau menghamili Hannah?!”]

[“Apa?! Kak Hannah hamil?!”]

Lintang menepuk keningnya sembari menjauhkan layar ponselnya dari telinganya. Suara Mahanta dan Ziana terdengar sangat keras hingga nyaris memecahkan gendang telinganya. Perlahan ia mendekatkan kembali layar ponsel itu dan mulai bicara.

“Halo, bos? Dengerin dulu, bos. Halo? Halo?” Lintang memeriksa ponselnya dan menyadari sambungan teleponnya sudah terputus.

Terdengar dering telepon di belakangnya membuat Lintang menoleh. Tomo meraih ponselnya lalu bicara dengan seseorang yang sepertinya terus menerus bersuara keras
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 94 – Lewat Orang Lain

    Mahanta dan Ziana sama-sama menoleh ke arah pintu keluar dan mendapati Arjuna menutup matanya dengan kelima jari yang direnggangkan. Pria itu tiba-tiba membuka pintu ruang bayi dan memergoki keduanya sedang berciuman mesra. Bukannya menutup pintunya kembali, Arjuna justru membuka pintu semakin lebar hingga semua orang yang mendengar teriakannya, bergegas mendekati kamar bayi.“Ada apa? Ziana? Kamu tidak apa-apa?” tanya Tomo cemas. Lintang dan Juwita juga muncul di balik pintu dan melihat ke dalam kamar.“Nggak ada apa-apa, ayah. Arjuna rese tuh,” sahut Ziana dengan wajah merona. Ia mendorong pelan tubuh Mahanta agar menjauh darinya.Mahanta segera menegakkan tubuhnya lalu merapikan penampilannya. “Aku pergi dulu ya, sayang.”“Iya, hati-hati di jalan.”Ziana mengekori langkah Mahanta dengan sudut matanya, sebelum kembali bertatapan dengan Arjuna. Wanita itu melotot memperingatkan Arjuna agar tidak berkata macam-macam. Tapi pria itu tidak peduli dan tersenyum jahil.“Maha, bibirmu kenap

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 95 – Permintaan Maaf

    “Tante Emma? Ada apa kesini?” tanya Mahanta dingin.Ziana yang merasa tidak enak pada Emma, bangkit lalu menghampiri Mahanta. “Sayang, jangan begitu. Kita dengarkan dulu tante Emma ya.”Ziana menarik tangan Mahanta agar duduk bersamanya di sofa. Juwita gantian bangkit lalu menghampiri Tomo dan mengambil paper bag di tangannya. “Aku akan menyiapkan kue ini. Mas temenin Maha dan Ziana dulu ya.”Tomo hanya mengangguk lalu duduk di sofa tunggal. Mereka kembali menoleh saat Lintang mendekati mereka. “Ah, maaf. Saya permisi pulang dulu ya.”“Tunggu, Lintang. Untuk malam ini, menginap saja disini. Ada yang harus kita selesaikan,” pinta Mahanta sambil melirik ke arah Emma.“Baik, bos.”Lintang pun ikut duduk di kursi yang kosong, menunggu apa yang akan Emma sampaikan kepada mereka. Juwita segera datang bersama maid yang membawa beberapa cangkir teh dan kopi. Kue yang Tomo beli, juga sudah dibagikan ke piring-piring kecil khusus untuk kue.“Silakan dinikmati, mbak,” ucap Juwita pada Emma.“Ter

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 96 – KKD

    Ziana melihat guratan kesedihan di wajah Hasan yang membuatnya terlihat sedikit lebih tua dari biasanya. Beban pikiran yang teramat berat dan tanggung jawab yang harus dipikulnya karena kedua istrinya sedang sama-sama tertimpa masalah, mungkin yang membuat Hasan seperti itu. Diraihnya tangan kokoh yang terasa sedikit gemetar.“Iya, pah. Aku mengerti karena papa baru tahu kejadian yang sebenarnya. Aku sudah memaafkan papa sebelum papa minta maaf. Jaga diri papa ya.”“Makasih, Ziana. Papa pulang dulu ya.”Ziana mengangguk lalu mengantar mereka ke pintu depan. Punggung tegap yang biasa ditunjukkan Hasan dan kepala terangkat penuh percaya diri, kini tidak lagi terlihat. Hasan menunjukkan dirinya juga manusia biasa yang bisa lelah dengan semua beban hidupnya.“Hati-hati di jalan, pah, tante. Kabari aku kalau sudah sampai,” ucap Ziana setelah menutup pintu mobil Hasan.“Iya, Na. Sampai jumpa,” sahut Hasan.Mobil pun bergerak menuju pintu gerbang mansion diiringi tatapan Ziana yang tidak lep

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 97 – Produksi Anak

    Ziana menutup bibirnya dengan tangan lalu mengalihkan pandangannya dari Hannah dan Lintang. Aneh rasanya memergoki kakaknya bermesraan seperti itu. Pandangannya bertemu dengan Mahanta yang sudah menatapnya sambil tersenyum.“Masih mau disini?” tanya Mahanta.“Kita pergi saja ya. Zaidan sama siapa?”“Tapi tante Juwita yang jagain. Ayo.”Mahanta meraih tangan Ziana lalu menuntunnya kembali ke pintu depan mansion. Saat mereka sampai di depan kamar bayi Zaidan, terdengar tangisan kencang bayi itu. Ziana dan Mahanta buru-buru masuk dan mendapati Juwita sedang mengganti popok Zaidan.“Zaidan kenapa, bunda?” tanya Ziana.“Dia buang air. Ngomel-ngomel sambil merem, gemes banget.”Ziana dan Mahanta sama-sama melempar senyuman melihat kelakuan putra mereka. Setelah tubuhnya kembali bersih dan hangat, Zaidan mulai membuat ulah lagi dengan menangis kencang. Ziana yang mulai memahami kebiasaan Zaidan, menggendong bayi itu.“Haus ya. Sini, sayang,” ucap Ziana lembut. Ia berpindah duduk ke sofa lalu

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 98 – Pengasuh Cantik

    “Ngomong-ngomong soal kebelet kawin, apa yang kalian lakukan semalam?” tanya Ziana curiga. Lintang dan Arjuna saling pandang dengan ekspresi aneh sebelum sama-sama merinding. “Aku nggak ketemu dia semalam. Siapa yang kau maksud?” tanya balik Lintang.“Tentu saja kamu dan kakakku, Lintang. Siapa yang bilang kamu sama Arjuna sih? Stres.”“Salahmu ‘lah. Kalau nanya yang lengkap dikit. Kan jadi salah paham.”“Berani kamu nyalahin istriku, Arjuna!”Arjuna nyengir kuda ke arah Mahanta yang melotot kepadanya, lalu meraih menu sarapan diatas meja. Pagi itu maid sudah menyiapkan pilihan sarapan roti panggang dan nasi goreng yang lezat. Lintang juga melakukan hal yang sama agar mereka bisa segera berangkat ke rumah sakit. “Pertanyaanku nggak dijawab ‘loh,” ucap Ziana mengingatkan Lintang lagi. “Kenapa, Na? Nggak boleh ya kalau aku ingin lebih mengenal calon istriku sendiri. Lagian beberapa hari lagi, aku akan menjadi kakak iparmu, adik ipar.” Lintang tersenyum manis sambil menaik turunkan al

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 99 – Menjenguk Sahabat Lama

    “Apa kamu mau turun sekarang?” tanya Lintang setelah dua orang yang mereka lihat tadi masuk ke dalam mobil. “Aku tidak menyangka om Hasan dan tante Intan datang bersama untuk menjenguk Jay. Apa kau masih tidak mau bicara dengan mereka, Maha?” Arjuna menoleh ke belakang menatap Mahanta yang menatap keluar jendela dingin.“Tidak ada yang perlu kubicarakan dengan mereka.”“Sampai kapan, Maha?”“Aku tidak tahu. Hatiku masih sakit mengingat perlakuan mereka pada Ziana. Aku tahu mereka tidak tahu, tapi setidaknya jangan menghina Ziana. Darah kotor, rendahan, semua hinaan itu masih memenuhi kepalaku sampai sekarang. Ziana tidak bersalah, tapi keluargaku membencinya.”“Kudengar kalau om Hasan sudah minta maaf pada Ziana. Dan Ziana sudah memaafkannya ‘kan?”“Tetap saja aku masih sakit hati. Ayo kita turun,” ajak Mahanta enggan mendengar ucapan Arjuna dan Lintang lagi. Mereka turun dari mobil lalu berjalan menuju lobby rumah sakit. Dari bagian informasi, mereka mengetahui kalau Jay dirawat di

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 100 – Bucin Akut

    Rianti menoleh sejenak lalu kembali mencoba melepaskan genggaman tangan Zaidan pada ujung rambut panjangnya. “Bayi Zaidan menarik rambut saya, nona. Genggamannya kuat sekali ya. Agak sulit melepaskannya.”“Oh. Biar aku bantu.”Ziana membantu melepaskan genggaman tangan Zaidan dari rambut Rianti, lalu mengambil alih bayinya. Sambil menimang bayinya, Ziana menatap Rianti yang sedang merapikan rambutnya. “Kita akan ke rumah sakit hari ini. Sudah waktunya Zaidan imunisasi. Bersiaplah.”“Baik, nona.”Rianti dengan cekatan menyiapkan semua keperluan bayi Zaidan. Satu tas khusus untuk perlengkapan bayi Zaidan pun sudah siap mereka bawa. Sekali lagi Rianti mengecek satu persatu barang-barang di dalam tas itu sebelum menatap Ziana lagi. “Semuanya sudah lengkap, nona. Kita berangkat sekarang?”“Iya. Tapi sebelum itu ganti baju Zaidan dulu ya. Aku harus menelpon seseorang dulu.”Rianti mengangguk lalu mengambil alih bayi Zaidan lagi. Ziana yang baru teringat belum memberitahu Mahanta, menjauh

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 101 – Imunisasi Bayi

    Sesampainya di rumah sakit, Ziana dan Rianti segera menuju ruang imunisasi. Ziana sudah mengatur temu janji dengan dokter anak dan tiba tepat waktu. Sebelum mereka sampai di depan ruangan dokter anak, keduanya bertemu dengan dokter Kavya. “Halo, Ziana. Apa kabar?” “Baik, Kavya. Kamu apa kabar?” balas Ziana sambil mendekat untuk memeluk Kavya. “Baik dong. Bayimu gimana? Mau imunisasi ya?” tebak Kavya. Dokter wanita itu menatap gemas bayi Zaidan yang tertidur lelap dalam gendongan Ziana. “Iya nih. Mana ketiduran lagi. Susah dibangunin. Kavya mau kemana?” “Mau visit bentar. Tapi tunggu deh, aku mau lihat bayimu imunisasi. Siapa namanya?” “Zaidan. Ayo, kita ke ruang dokter anak dulu,” ajak Ziana. Dokter Kavya mengangguk, lalu mengalihkan pandangannya menatap Rianti yang masih stand by di samping Ziana. Keningnya mengerut mencoba mengingat dimana dirinya pernah melihat Rianti sebelumnya. “Dia siapa, Na?” tanya dokter Kavya sambil tersenyum tipis pada Rianti. “Dia Rianti. Dia yang

Bab terbaru

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 118 – Menarik Simpati Ziana

    Sapaan dari sekretaris sementara Mahanta membuat Ziana tersenyum. Wanita cantik itu lalu membantu Mahanta membawa perlengkapan bayi Nanda ke dalam ruang kerja Mahanta. “Siapa namamu?” “Nama saya Mela, Bu Ziana. Saya sekretaris pengganti sementara Pak Lintang.” “Mela, apa meetingnya sudah dimulai?” tanya Mahanta yang sibuk di meja kerjanya. “Sudah, pak. Bapak bisa ke ruang meeting sekarang.” “Pesankan makan siang untuk Rania. Tanyakan saja dia mau makan apa,” titah Mahanta lalu mendekati Ziana yang sudah duduk di sofa. “Sayang, aku meeting dulu ya. Santai saja disini dulu.” “Iya, mas. Kamu tenang saja. Ada Mela disini.” Mahanta pun keluar dari ruang kerjanya dan langsung masuk ke ruang meeting. Sesuai perintah Mahanta, Mela segera memesan makanan untuk Rania. Saat makanannya datang, Nanda kembali menangis kencang lantaran haus lagi. Dengan telaten Ziana menyusui bayi itu sambil membayangkan Zaidan di mansion. “Oh, astaga,” ucapnya membuat Mela yang sedang membantu menyuapi Ra

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 117 – Permintaan Tolong

    “Siapa, sayang?” Mahanta menatap ke arah yang ditunjuk Ziana dengan kening mengerut. “Itu Pak Jay ‘kan? Dia sama Nanda.”Ziana tidak salah mengenali pria tampan yang sedang menggendong seorang bayi di tangannya. Jay tampak cemas memperhatikan mobilnya sambil sesekali menimang bayi Nanda. “Mas, ayo kita kesana. Sepertinya Pak Jay butuh bantuan.”Mahanta sebenarnya enggan membantu Jay setelah apa yang terjadi pada mereka. Tapi ia tidak bisa menahan Ziana yang sudah lebih dulu menggandeng tangan Rania mendekati pria itu. Mahanta mematikan mesin mobil lalu menyusul Ziana. “Pak Jay, kenapa mobilnya?”Jay menoleh lalu tersenyum menatap Ziana. “Ziana, kamu disini. Mobilku sepertinya mogok. Sopirku sedang mencari bantuan. Kamu ngapain disini?”“Saya baru menjemput Rania, Pak. Kebetulan dia bersekolah disini.” Jay tersenyum pada Rania yang bersembunyi di belakang punggung Ziana. “Kesayangan buna, ayo beri salam sama om Jay.”Rania menggeleng pelan, enggan mengulurkan tangannya pada Jay. Ket

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 116 – Jadi Atau Tidak?

    “Babe, besok kita ke mansion om Tomo ya. Baju-bajumu masih disana ‘kan?”Arjuna yang baru keluar kamar, menatap bingung pada Rianti yang menelungkupkan wajahnya diatas meja. Mie yang masih mengepulkan asap putih tampak utuh di depannya.“Babe? Kamu tidur?”Arjuna mengguncang bahu Rianti pelan, sambil berusaha melihat wajahnya yang tertutup rambut. Saat Rianti mengangkat wajahnya, Arjuna bisa mencium aroma minuman dari bibir wanita itu.“Babe, kamu minum minumanku?”“Apa? Nggak. Aku baik-baik saja. Pusing, tapi nggak apa-apa.”Arjuna menggaruk kepalanya yang tidak gatal lalu meraih gelas air minum. “Minum dulu ya. Habis itu kamu tidur.”“Nggak enak!” tolak Rianti saat air minum menyentuh bibirnya.“Minum saja. Siapa suruh nakal. Minumanku nggak bisa kamu minum sembarangan, babe.”Arjuna tetap memaksa Rianti meneguk minumannya sampai tersisa setengah. Ia lalu menggendong Rianti masuk ke kamar dan membaringkannya di atas tempat tidur. Usai menyelimuti tubuh Rianti, Arjuna mengecup kening

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 115 – Olahraga Malam

    “Pelan, mas. Sa-sakit,” lirih Hannah dengan suara serak menahan hasratnya.“Tahan, sayang. Aku coba lagi ya.”Lintang yang kepalang tanggung, mendorong tubuhnya hingga berhasil memasuki celah sempit milik Hannah. Pria itu mengerang keras saat miliknya terasa hangat dan terjepit ketat. Kenikmatan luar biasa yang dirasakan Lintang membuatnya menunduk mengecup pipi Hannah.Ditatapnya ekspresi wajah Hannah yang meringis menahan sakit. Dia tidak menyangka efek perawatan yang disarankan Ziana membuat miliknya seperti perawan lagi. Akibatnya Hannah merasakan sakit seperti malam pertamanya dengan Renan.“Sakit, mas,” lirih Hannah membuat Lintang mencium bibirnya lagi.Lintang terus menyentuh tubuh Hannah, membuat wanita itu melupakan rasa sakitnya hingga bisa menerima miliknya di dalam sana. Perlahan Lintang menggerakkan tubuhnya hingga miliknya terasa lebih licin. Suara desahan dan decapan mendominasi kamar yang berhawa sangat dingin itu. Tapi sedingin apapun suhu kamar itu tidak bisa mengur

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 114 – Baju Halal

    Pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka tanpa peringatan. Hannah yang kaget, nyaris terjatuh karena refleks mundur dari depan pintu. Lintang dengan sigap meraih pinggang Hannah lalu memeluknya.“Hati-hati, sayang. Sedang apa kamu disini?”“Aku... itu... anu...”Rasa gugup membuat Hannah tergagap. Matanya mencoba melirik ke dalam kamar mandi, tepatnya ke arah koper mereka yang terlihat terbuka lebar. Wajah Hannah semakin pias dengan kemungkinan Lintang sudah melihat baju itu.“Kamu kenapa, sayang? Makanannya sudah datang?”“Iya. Sudah. Kamu mau makan sekarang?”“Ayo,” ajak Lintang.Hannah tidak punya alasan untuk membuatnya kembali masuk ke kamar mandi, hingga memilih mengikuti Lintang. Mereka duduk berdampingan lalu mulai menikmati hidangan makan malam di depan mereka. Lezatnya rasa makanan itu membuat Hannah tidak berhenti mencicipinya.“Enak ya?” tanya Lintang yang diangguki Hannah.“Makanannya enak sekali. Pas di lidah. Aku pikir makanan seperti apa yang ada di hotel mewah seperti ini.

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 113 – Hadiah Dari Ziana

    Setelah pesta resepsi pernikahan itu selesai, kedua pasang pengantin baru itu pun berangkat dengan mobil masing-masing. Lintang dan Hannah menuju hotel, sedangkan Arjuna dan Rianti menuju apartemen Arjuna.“Wah, hotelnya besar sekali, mas,” puji Hannah kagum. Dia tidak pernah masuk ke hotel sebesar itu selama hidupnya.“Ini hadiah pernikahan dari om Tomo. Hotel ini juga punya om Tomo. Ayo, kita check in dulu.”Lintang menuntun Hannah mendekati resepsionis yang sudah siap menyambut kedatangan mereka. Seorang office boy mengambil alih koper yang dibawa Lintang, lalu mengantar keduanya menuju kamar hotel tempat mereka akan menginap selama tiga hari dua malam itu.“Silakan masuk, tuan, nyonya,” ucap office boy itu setelah pintu kamar terbuka lebar di hadapan mereka.“Terima kasih. Taruh saja kopernya di sini,” sahut Lintang lalu memberikan tip untuk office boy itu.Hannah memasuki kamar lebih dulu dan langsung mendekati jendela besar di dekat tempat tidur. Ia ingin melihat pemandangan dar

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 112 – Dua Pasang Pengantin

    “Daripada mereka live show disini? Gimana kalau Rania melihatnya?”Mahanta buru-buru mengeluarkan ponselnya lalu menelpon Arjuna. Dering telepon terdengar jelas dari kantong jas Arjuna, tapi justru diabaikan pria itu yang masih asyik mencumbu Rianti. Belum menyerah, Mahanta mengulangi terus panggilan itu, hingga Rianti menghentikan ciuman Arjuna.“Ada telepon, Ar,” ucap Rianti sambil mendorong pelan bahu Arjuna.“Biarkan saja.”“Tapi sepertinya penting. Kita bisa lanjutkan nanti.”Arjuna menatap wajah Rianti yang sudah memerah sampai ke telinganya. Bibir wanita itu terlihat pucat dan ada sedikit bekas gigitan karena ulahnya. Mau tidak mau Arjuna mengalihkan pandangannya ke arah jasnya yang tergeletak di lantai begitu saja.“Siapa sih, mengganggu saja.” Kening Arjuna mengerut melihat nama Mahanta muncul di layar ponselnya. Pria itu segera mengedarkan pandangannya dan melihat sahabatnya berdiri tidak jauh dari posisinya. “Kamu ngapain sih? Ganggu saja.”“Heh! Kalau nggak gitu, kamu mau

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 111 – Takut Khilaf

    Hari yang ditunggu-tunggu, hari pernikahan Hannah dan Lintang akhirnya tiba juga. Semua orang sudah berkumpul di halaman mansion Tomo untuk menyaksikan upacara sakral itu. Meskipun tidak banyak tamu undangan, tapi sudah cukup membahagiakan bagi Hannah dan Lintang. Acara akad akan segera berlangsung ketika Arjuna tiba di mansion itu. Tidak seperti biasanya, wajah pria itu terlihat muram dan lelah. Entah kemana perginya Arjuna yang selalu ceria dan bersemangat. Tanpa mempedulikan sekitarnya, Arjuna segera duduk di kursi khusus untuknya. Ia tersenyum tipis saat bertatapan dengan Mahanta yang duduk bersama Ziana.“Lihat itu Arjuna sudah datang,” bisik Mahanta pada Ziana. “Iya, aku sudah melihatnya. Lihat penampilannya kacau sekali.”“Aku dengar sejak kejadian malam itu, Arjuna hanya mengurung diri di apartemennya. Ia hanya makan kalau Lintang membawakannya makanan. Selebihnya hanya diam melamun. Apa Rianti tidak mengatakan apa-apa?”“Mereka sama-sama keras kepala. Sampai sekarang aku be

  • Mengandung Benih Bos Arogan   Bab 110 – Mari Kita Bicara

    Tengah malam, Rianti tersentak kaget lalu mengerjakan matanya perlahan. Ia mencoba mengingat keberadaannya saat ini yang masih berada di kamar Zaidan. Saat Rianti memeriksa boks bayi itu, matanya melotot karena Zaidan tidak ada di dalam boks itu. “Zaidan dimana?” Lekas Rianti berlari keluar kamar dan melihat sekitarnya sudah gelap. Sedikit ragu, Rianti menoleh ke arah kamar Ziana dan Mahanta. Besar kemungkinan Zaidan ada disana. Tapi alasan kenapa Ziana tidak membangunkan Rianti membuatnya bingung. “Apa kucoba ketuk saja ya?” Rianti berjalan mendekati pintu kamar dan bersiap mengetuknya. Tapi tangannya melayang di udara karena keraguan yang masih menggantung. Akhirnya Rianti memutuskan untuk mengirimkan chat pada Ziana. {“Malam, nona. Maaf saya ketiduran tadi. Apa sekarang bayi Zaidan bersama nona?”}Rianti mengirimkan chat itu dan menunggu. Ia berharap Ziana masih terbangun dan membalas chatnya. Tapi selang lima menit kemudian, belum juga ada balasan dari Ziana. Pesannya juga ti

DMCA.com Protection Status