Share

Bab 7

Penulis: Diaz Arwi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-16 19:04:47

Sisi teringat saat itu lagi, sebentar saja. Membayang kembali apa yang waktu itu Rio utarakan. Meski ia sempat lupa sama sekali selama bersama Maya di Bandung, saat itu. Sampai ia bertemu dengan seorang Damar. Semua ia lewati dengan mulus. Tetapi kenapa setelah ia sendirian seperti ini, masih saja kuat bayangan itu mendatanginya dan mendekat padanya lagi.

Sisi tidak mau menangis lagi. Sisi ingin melupakan Rio, sekarang ia bertekad untuk lihat ke depan bukan ke belakang. Rio adalah masa lalunya kini. Sekarang ada seseorang yang mengisi hatinya. Dia memang sudah sanggup melupakan rasa pahit pada diri Sisi, yaitu mengingat akan Rio.

Damar pun sepertinya bisa. Dan kini Sisi jatuh cinta pada Damar, begitupun Damar, Sisi merasakannya. Pandangan mata Damar begitu teduh. Membuat Sisi selalu rindu sosoknya, ingat saat mereka pertama berkenalan, sampai ia tidak sengaja bertemu saat ia sedang sendiri duduk di bawah pohon rindang. Semua kebetulan, dan meski sudah lewat, Sisi masih mengingatnya.

Ia ingin sekali bertemu dengan Damar kembali, tetapi mereka berjauhan. Meski kata orang, jarak antara Bandung dan Jakarta masih dekat. Namun kok jauh ya bagi Sisi? Sisi melirik ke kalender meja di samping tempat tidurnya. Hem, sudah seminggu rupanya sejak mereka berpisah. Bertukeran nomor telepon, tapi kenapa belum juga dia menghubungi Sisi? Menelponpun tidak, bukannya Sisi tidak mau menghubungi, tetapi Sisi tidak pernah mendahului untuk menghubungi cowok.

Sama sekali bukan sifat Sisi. Biarlah, mungkin ia sibuk. Atau,  jangan-jangan dia sudah punya pacar? Tapi Maya bilang belum kok, meski Maya bilang ‘sepertinya’

"Ah! sudahlah." Sisi berusaha lebih tenang. Ia tidak mau bertambah gundah gulana.

Namun wajah tampan Damar, yang Sisi lihat mirip-mirip Fedi Nuril, artis Indonesia itu, membuatnya tidak bisa memejamkan matanya. Sisi memeluk bantalnya, sambil memejamkan mata dan tersenyum sendiri. Ia begitu nyaman membayangkan berada di dekat Damar, tutur katanya sangat lembut membuat Sisi merasa teduh. Dan tentu saja merindukan saat itu lagi. Sisi memandang lama layar handphonenya. Seandainya Damar meneleponnya saat ini. Di saat aku sedang tidak bisa tertidur. Huft! bathin Sisi. Namun saking lamanya memandang, iapun mengantuk dan tertidur pulas. Waktu menunjukkan pukul 22.05 WIB. Tidak terasa. Dengan handphone masih di tangannya.

***

Hari ini amat cerah, Sisi terbangun dengan malas-malas. Karena ini adalah hari minggu. Ia juga libur kerja. Sisi lihat di mejanya sudah bertengger segelas susu coklat yang masih panas sepertinya, setelah Sisi sempat menyentuhnya sebentar. Duh, siapa yang buat ni? Pasti mama deh. Tebak Sisi dalam hatinya.

“Hai adik cantik!” tiba-tiba suara yang mengejutkan Sisi, adalah suara kak Sena yang muncul di depan pintu, sementara kepalanya masih berbalut handuk, sepertinya habis mandi.

“Kakak?” Sisi berdiri dari meja riasnya setelah nyeruput sedikit susu coklatnya. “Aku buatin susu coklatnya, Si,” kata Kak Sena kemudian. Sisi melebarkan senyumnya.

“Kaka libur kerja hari ini?” tanya Sisi. Dijawab Sena dengan anggukannya.

“Kalau begitu kita jalan-jalan yuk, kak?” ajak Sisi. Kak sena menjentikkan ibu jarinya.

“Bagaimana kalau kita ke mall? Sudah lama nih kakak tidak ke mall bareng kamu." Kak Sena memajukan bibirnya beberapa senti memohon supaya Sisi mau diajak nge-mall.

“Oke kak, tapi aku mandi dulu, ya?”

“Hoo oh, cepet ya, dik! kak Sena tunggu di bawah." Sena langsung ke arah tangga untuk turun ke bawah. Bersiap-siap berganti baju.

***

Hari ini ramai sekali di mall. Sisi tampak senang terlihat pada raut wajahnya. Karena bisa jalan ke mall dengan kak Sena. Mereka jarang sekali bisa jalan bareng karena kesibukan masing-masing. Mereka berdua saja. Makan di Fast Food kesukaan mereka, memesan menu makanan kesukaan mereka. Melahapnya, sambil cekikikan, ketawa lepas, seolah tidak perduli banyak yang memperhatikan mereka.

Seketika Sisi mengecilkan tertawanya, dan matanya melihat jauh ke arah seorang cowok, yang ia hapal benar gaya dan gerak-geriknya. Tengah melihat-lihat baju-baju pria yang branded dan mahal. Tidak ketinggalan juga Sisi melihat gadis yang tengah menggandeng tangannya dengan mesra, wajah Sisi berubah. Sena tidak memperhatikan, karena sedang serius dengan makanannya. Sisi menarik napas dan menghembuskan sangat perlahan, berusaha menstabilkan dadanya yang berdetak amat cepat.

Karena itu Rio, benar! Ia melihat Rio barusan kemudian Sisi tidak lupa sadar bahwa gadis itu benar-benar bukan Cecilia. Iya bukan Cecilia. Lalu siapa dia? Tanya Sisi dalam hatinya. Sisi pun tidak mengenalnya. Gadis itu cantik, fashionable, beda dengan Sisi yang selalu tampil sederhana. Yang Sisi tidak suka kenapa gadis itu menggandeng erat dan mesra, dengan manjanya gadis itu terus menempel amat dekat. Sisi ingin menghampirinya, tapi buat apa?  Sisi dan Rio juga sudah berpisah dan tidak akan meneruskan hubungan mereka lagi, karena terlanjur sudah memutuskan hubungan demi almarhum papa Rio.

Bukan!, bukan itu maksud Sisi, maksud Sisi adalah, gadis itu bukan Cecilia seperti yang Rio sebutkan waktu itu. Sisi agak kesal, namun ia biarkan saja, sembari sedikit demi sedikit memakan makanannya. Sampai akhirnya mereka melewati restoran tempat Sisi dan Sena makan.

Sisi tenang, namun matanya tidak lepas dari gerak-gerik Rio, dan gadis itu. Sisi masih melihat juga gadis itu tangannya tak pernah lepas dari lengan kekar Rio. Rio dan gadis itu, entah siapa dia, melewati Sisi dan Sena yang ada di dalam restoran, dengan kaca menghalangi pandang. Rio melihat Sisi, mereka saling pandang. Rio masih berjalan, serta merta langsung melepas eratan tangan gadis itu.

Mata mereka saling berpandangan, meski Rio sembari berjalan. Rio sepertinya terlihat senang melihat Sisi, namun mimiknya berubah setelah sadar melirik ke arah kirinya. Gadis itu melengos cemberut setelah tangannya yang sejak tadi menempel pada lengan Rio dilepas oleh Rio.

Kemudian baru menyadari bahwa Rio sangat tajam menatap Sisi. Gadis itu menarik cepat pergelangan Rio. Sisi langsung membuang muka, sekarang ke arah Kak Sena. Agar si gadis itu pikir ia tidak mengenal Rio. Dan mengobrol kembali seperti tidak terjadi apa-apa barusan. Sekalian ia juga melihat, siapa gadis yang bersama Rio barusan. Sisi tidak ambil pusing juga, hanya heran kenapa bukan Cecilia?

Bab terkait

  • Menepis Tirai Masa Lalu   Bab 8

    Sudah seharian mereka menghabiskan waktu di mall. Merekapun merasa puas. Makan, belanja, dan menghabiskan waktu dengan kak Sena, memang menyenangkan. Hingga Sisi lupa sesaat dengan apa yang dilihatnya tadi, yaitu Rio dengan seorang gadis. Yang sama sekali tidak Sisi kenal.Walaupun dengan Cecilia, Sisi belum mengenal dan bertemu denganya, namun Sisi sudah pernah diperlihatkan Rio dari fotonya. Sisi hafal sekali, dan berbeda dengan Cecilia gadis yang dilihatnya tadi. Yang berjalan dengan Rio.Cecilia terlihat amat terhormat difoto itu. Dengan berbalut gaun malam anggun difotonya itu. Tidak seperti yang Sisi lihat tadi. Memakai rok mini, manja, dan matanya lebih suka melihat barang mewah, seperti penampilannya. Sangat fashionable juga glamour, dan Rio suka jalan dengan gadis itu? Bukan Cecilia? Sisi tidak habis fikir.Sampai di rumah pun, Sisi masih terbayang dengan apa yang ia saksikan tadi, Rio dengan gadis itu. Sudahlah, tak perlu dipanjangin bayanginnya. Karena s

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-18
  • Menepis Tirai Masa Lalu   Bab 9

    Sisi masih saja memikirkan perkataan Maya tadi pagi. Hari ini di kantor, membuatnya kembali tidak bersemangat. Ia masih saja mengingat Rio yang berjalan dengan cewek yang dia bilang itu adik Cecilia. Kenapa tidak ada Cecilia bersama mereka? Dan mereka sangat mesra terlihat. Bahkan cewek itu menyender-nyender kepada pundak Rio."Hei! bengong! ayok buru rapiin meja kamu. Kita hari ini keluar cari inspirasi. Bos yang suruh." Tepukan di pundak Sisi mengejutkan Sisi yang sedang kelihatan bengong."Bentar, May, Aku rapikan dulu mejaku."Maya mengangguk.Pekerjaan mencari berita adalah tugas mereka. Jadi memang mereka tidak harus stay di kantor saja.Sisi merapikan mejanya segera. Semua barang-barang atribut, nametag dan sebagainya ia masukkan ke dalam tasnya. Lalu segera berbarengan keluar kantor bersama dengan Maya."Kita bebas, Si. Berita apapun akan kita dapatkan nanti. mensurvey suatu tempat yang akan kita kunjungi. Tidak harus pusat perbelanjaan," jelas May

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-20
  • Menepis Tirai Masa Lalu   Bab 10

    itu kan Rio? Tapi sedang sama siapa?"Si?" Tegur Maya sambil lambai-lambaikan tangan di wajah Sisi"Itu." Sisi menuding ke arah belakang Maya.Maya lalu segera menoleh."Itu Rio, kan?" tanya Maya."He eh!" Sisi mengangguk"Sama siapa itu, Si?""Entahlah," Sisi menggeleng. Mengangkat kedua punggungnya."Bodo amatlah May," ujar Sisi dengan wajah datar dan memelas.Sisi jadi tidak semangat makan. Makanannya dia acak-acak saja tanpa memakannya.Maya mengernyit melihat Sisi."Cewek itu yang Papanya Rio jodohkan?" Maya bertanya makin penasaran.Sisi menggeleng"Bukan, May. Itu bukan Cecilia. Makanya aku gak ngerti, May" jelas Sisi sambil menyuapkan sedikit makanan ke mulutnya. Malas-malasan.Padahal Sisi kesal juga lihat pemandangan itu. Jelas banget Rio selingkuh. Selingkuh dari Cecilia. Jauh darinya, Sisi pikir ia bakal sama Cecilia pilihan Papanya. Tapi justru sama cewek lain. Keterlaluan memang Rio.Rio

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-21
  • Menepis Tirai Masa Lalu   Bab 11

    Ketika melihat kemarin di restoran itu, Sisi merasa kesal sendiri. Lantaran ia masih dibuat berpikir mengapa Rio selalu jalan dengan cewek itu? Dan bukan dengan Cecilia. Ah membingungkan."Aku gak habis pikir ih. Kemana Cecilia? apa benar itu adalah adik Cecilia? Atau Cecilia tidak berhubungan dengan Rio? Dan menjodohkan adiknya dengan Rio? Memang Cecilia punya adik?"Berbagai pertanyaan itu yang terus mengiang dikepala Sisi. Meski Ia membenci Rio dan sudah tidak ingin perduli lagi. Tetap saja Sisi masih kepingin tau saja. Emang dasar Sisi.Belum lagi Damar yang mau ke Jakarta belum juga memberi kabar lagi. Setidaknya beri pesan kepada Sisi. Dan itu yang paling Sisi tunggu-tunggu.Sisi juga membayangkan bisa bertemu dengan Damar di Jakarta. Maka ia akan makin bisa melupakan Rio. Yang sangat dibencinya itu.Rio banyak mengirim pesan padanya. Sisi tak pernah gubris. Apalagi membalasnya. Tetapi Rio masih juga mengganggunya."Si, aku ingin bertemu

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-22
  • Menepis Tirai Masa Lalu   Bab 12

    Damar.Masih saja pemuda itu bikin Sisi gak bisa tidur dengan nyenyak. Belum lagi Rio yang tidak pernah berhenti mengganggunya. Sudah tau nyakitin, masih saja menghubungi Sisi. Apa sih maunya? Sisi ngomel sendiri.Damar kabarnya hari ini ada di Jakarta. Tetapi kenapa belum ada kabar berita? kasih pesan singkatpun tidak. Masa iya harus Sisi yang memulai duluan?Memang Jakarta itu kan kota yang keras. Banyak godaan yang harusnya kita pandai-pandai menjaga diri kita, agar tidak mudah tertipu dengan orang yang bermaksud tidak baik kepada kita. Tetapi Sisi yakin Damar bisa mengatasi dan menjaga dirinya. Lagian dia pernah bilang kalau dia punya teman di Jakarta, dan akan tinggal sementara di rumah temannya tersebut sampai dia mendapat pekerjaan."Kok Damar gak kasih kabar, ya?" tanya Sisi sambil memainkan pena ditangannya. Sambil berpikir menulis apa hari ini. Karena Sisi biasa menulis artikel-artikel berita. Itu pekerjaannya sebagai seorang jusnalis."Siii... "

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-23
  • Menepis Tirai Masa Lalu   Bab 13

    Mall di mana-mana memang selalu ramai. Apalagi dihari libur seperti ini. Pada saat liburan anak-anak sekolah dan pekerja-pekerja kantoran. Mengajak sanak familinya untuk berliburan. Dan Mall pilihan yang paling tepat untuk refreshing.Seperti yang sekarang Sisi bersama kak Sena dan juga Harry lakukan. Kalau dulu Sisi masih bersama Rio, kalau jalan gini ke Mall ya pasti lumayan ada teman ngobrol Sisi. Kalau Kak Sena sedang asik berdua dengan Harry. Sekarang beda, Sisi sendirian. Tapi tidak apa, bukan masalah yang besar. Dengan begini lebih bebas kok. Sisi merasa tidak banyak pikiran. Meski bisa saja Sisi ajak Maya, tapi tak perlu. Biar jadi obat nyamuk sekali-sekali."Si? mau lihat-lihat pakaian, atau mau makan dulu?" tanya Kak Sena, menawarkan pilihan yang keduanya Sisi suka."Lihat-lihat pakaian Kak, di sana tuh bagus banget baju-bajunya. Gak norak-norak modelnya," sahut Sisi, sembari menunjuk ke arah depan bersebrangan dengan restoran cepat saji."Ya sudah, OK!"

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-23
  • Menepis Tirai Masa Lalu   Bab 14

    "Apa? Damar di Jakarta?" seru Maya terperanjat."Sst, jangan keras-keras gitu ngomongnya, May,""Kamu serius, Si?" tanya Maya memastikan apakah pendengarannya itu tidak salah."Jelas banget, May! Aku melihatnya, saking yakinnya aku samperin dong. Eh, belum juga mau negur. Rio muncul! Aku kaget!" Sisi cerita bersemangat."Aku mengurungkan, aku juga sempat tidak percaya.""Damar, emang pernah bilang kalau dia punya teman di Jakarta. Dan mana aku tau kalau temannya itu adalah, Rio," Maya menarik napasnya dan menghembuskannya perlahan. Iapun tidak menyangka."Ini suatu kebetulan yang sangat dasyat, Si," ujarnya."Benar!" sahut Sisi cepat." Kamu tau gak sih, May?" tanya Sisi kemudian."Setiap aku ke mana-mana pasti bertemu Rio. Padahal, aku tidak berharap bertemu dia lagi sejak dia bersama Cecilia. Nyatanya justru sering ketemu terus.""Parahnya lagi, malahan dia kenal banget sama Damar!" seru Sisi."Iya, pasti k

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-26
  • Menepis Tirai Masa Lalu   Bab 15

    Masih saja hati Sisi dibuat bertanya-tanya. Ditambah Damar sama sekali belum memberinya kabar, kalau dia sudah ada di Jakarta. Kesal juga, hari ini Sisi. Kerjaannya hanya mengamati handphonenya dan menanti pesan dari Damar. Namun, belum jua hadir pesan itu.Setidaknya, katakan 'hai' saja Sisi pasti sudah senang. Tapi ini aneh, belum juga kirim pesan untuknya. Atau, barangkali Sisi merasa ge er? Menanti-nanti dan berharap banyak. Padahal Damar, pacarnya saja bukan! Sisi ngedumel sendiri dalam hati.Sisi berpikir, justru ia ingin menghindari lelaki yang bernama Rio itu. Eh, malahan masih saja dipertemukan terus.Sisi mengetuk-ngetukkan telunjuk kanannya pada meja kerjanya di kantor. Hari ini pikirannya sedang melanglang buana."Si!"Tiba-tiba Sisi tersentak dari lamunannya."I-iya Pak!" Sisi langsung bersikap tegak duduknya."Saya, mau laporan hasil riset kamu minggu kemarin," pinta Pak Bimo.Pak Bimo adalah atasan Sisi di te

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-28

Bab terbaru

  • Menepis Tirai Masa Lalu   Bab 25

    Hari menegangkan bukan hanya hari ini saja. Bagi Sisi, kemarin dan sebelum-sebelumnya tetaplah sama. Sisi perlahan seolah menghindari Damar.Cowok itu sepertinya datang sangat awal sekali. Laksana pegawai teladan. Maya belum kelihatan. Dia biasanya beberapa menit sebelum jam kerja dimulai baru sampai. Terkadang itulah kebiasaannya."Pasti nungguin Maya."Suara yang Sisi sudah tidak asing lagi, mengejutkannya."Oh, Hai Delon. Ngagetin," ujar Sisi santai. Agar sekalian tidak membuat Delon merasa aneh dengan sikapnya pagi ini."Iya, aku nunggu Maya." Sisi menjawab dengan tenang.Delon mendekati Sisi. Melihat gerak-geriknya, sepertinya dia mencari celah waktu untuk bisa ngobrol dengan Sisi. Sisi mengibaskan rambut lurus nan lembutnya."Kamu udah sarapan?" tanya Delon. Dari pertanyaannya, sepertinya dia mengajaknya ke kafetaria.Sembari memberi senyuman Sisi menjawab pertanyaan Delon yang dirasanya hanya selingan untuknya."Sudah. Aku sarapan roti," ucapnya.Delon hanya tertunduk saja. Terli

  • Menepis Tirai Masa Lalu   Bab 24

    "Apakah menurutmu Rio sudah menjadi masa lalumu, Si?" tanya Maya, suatu hari. Hari ini kebetulan libur kerja. Dan mereka berdua menyempatkan waktu untuk sekedar berjalan-jalan saja. "Aku tidak bisa menjawab sekarang, May. Aku pun masih bingung." Sisi memainkan sedotan minuman soda susu. "Aku hanya merasa ingin menjauhi dia, semua sebenarnya demi kebaikan aku dan dia," ucap Sisi lirih. "Kami berpisah baik-baik, dan terencana. Juga demi almarhum Papanya Rio." "Meskipun itu buatku amat menyakitkan." Sisi menunduk lesu. Sisi diam sesaat. Tidak meneruskan ucapannya kembali. Malahan melanjutkan menyeruput soda susunya. Sisi sudah lelah jika harus merefresh ulang hal yang itu-itu terus. Apakah hidupnya akan terus dihantui oleh sosok Rio? Sedangkan dirinya bersikeras untuk melupakan lelaki itu. Hingga akhirnya bertemu Damar, yang membuatnya nyaman. Serta dapat melupakan Rio. Namun masalah baru yang lebih parah kembali muncul. Sisi semakin terpojok tak dapat berkutik. Semua flashback. Yan

  • Menepis Tirai Masa Lalu   Bab 23

    Segerap rasa, Sisi tuangkan dalam sepi. Sisi tau, dia sedang dalam posisi tak beraturan. Nyatanya, ia yang harus mengalami ini semua. Keinginannya ingin menjauhi Rio. Tetapi, malahan bayangannya terus menguntit. Bahkan manusianya ada di depannya. Seperti waktu itu, yang seharusnya dia hanya bertemu dengan Damar, tetapi dia dikagetkan oleh sosok Rio kembali. Yang ada tepat di samping Damar. Sisi yang memendam rasanya untuk Damar. Begitupun dia tau persis, Damar memang menaruh hati untuknya juga. Sisi pun begitu sadar, jika dia cukup lama menahannya. Itu dikarenakan, dia mengetahui tak sengaja, kalau Rio bersaudara dengan Damar. Kaget? Sangat. Itulah kenapa Sisi sampai sekarang masih tidak bisa menunjukkannya pada Damar. "Aku bingung May, kenapa Rio seolah tidak suka aku mengenal Damar?" Sisi meringkukkan badannya di atas ranjang di kamar Maya. Maya menarik napasnya panjang. Dan menghembuskanya. "Kenapa bisa ya, Damar bersaudara dengan Rio?" Maya mikir keras. Menggaruk-garuk kepalany

  • Menepis Tirai Masa Lalu   Bab 22

    "Maaf, sudah nunggu lama."Sisi buru-buru menoleh ke belakang. Meski terkejut, dia tau itu suara Damar.Namun seketika, justru kaget itu dobel. Dia hampir terperanjat. Malahan, sudah terjadi. Sisi hampir ingin menghentikan sendiri detak jantungnya. Karena apa yang dia lihat sangat membuatnya shock."Kau, kau. Ah! Aku belum lama di sini. Aku...," Sisi menghentikan suaranya. Lalu menarik napas cepat, dan menghembuskannya segera. Sebenarnya gugup itu sudah nampak di diri Sisi."Biasa, Si. Macet di jalan. Oh ya, mana Maya?"Damar tak sadar sudah menyelamatkan Sisi, dengan ungkapannya. Hingga gugupnya tak nampak. Sisi menggangguk."Aku tidak mengajaknya. Dia pulang sendiri sepertinya." Sisi menjawab, berjuang untuk bersikap lebih tenang.Mereka berdua, duduk tepat di depan Sisi. Dengan begitu santai. Lalu, Damar memanggil pelayan. Pelayan langsung menghampirinya."Capucinno Panas sama, ehm, kau pesan apa, Rio?""Sepe

  • Menepis Tirai Masa Lalu   Bab 21

    Suasana kantor seperti biasa saja. Tidak ada sedikitpun yang berbeda. Itu bagi Sisi. Ia mengetuk-ngetuk bolpointnya. Pikirannya melayang ke mana-mana. Hingga sampai pada kata-kata Maya yang mengatakan, agar ia menawarkan lowongan pekerjaan di kantor kepada Damar."Si, bagaimana kalau kamu tawarkan saja kepada Damar?" Kata- kata yang selalu diingat Sisi dan menempel terus. Karena ia tidak tahu harus bagaimana. Setahunya, latar pendidikan Damar tidak sesuai dengan pesyaratan yang diminta.Apakah aku terlalu jahat dan mempunyai pandangan seperti itu? Sisi bertanya pada dirinya sendiri.Maya saja bisa seyakin itu? Sisi masih penuh dengan renungan. Perang berkecamuk di kepalanya."Heh!"Tetiba suara yang sangat dikenalnya, sudah membuatnya terkejut. Dari lamunan sesaat itu."Ngapain sih? Mata ke sana terus? Bengong ya, kamu?" Maya memiring-miringkan kepalanya memandangi dekat wajah Sisi."Bikin kaget aja sih, May?""Duh, maaf lo

  • Menepis Tirai Masa Lalu   Bab 20

    Sisi masih memandangi rangkaian bunga, pemberian seseorang misterius. Sambil mengamatinya. Lalu tersenyum. Bunga itu tidak ada nama pengirimnya. Mawar berwarna putih bercampur merah jambu, lalu dihiasi daun-daun hijau yang masih segar. Belum layu. Bunganya diletakkan di vas bening, berisikan air. Sisi lalu terlihat tersenyum sangat lebar."Aku tahu, dari siapa bunga ini," gumamnya menerka sendiri."Damar," ucapnya lirih. Menebak dengan yakin. Tidak ketinggalan senyumnya terbit.Ternyata seorang Damar yang pemalu itu, bisa juga romantis. Batin Sisi. Lalu, ia berusaha meraih ponselnya, untuk menelepon Damar. Namun, tetiba ia mengurungkan niatnya."Kalau aku telepon dia, nanti gak seru lagi. Bukan surprise namanya." Sisi.mengurungkan niatnya."Lagipula, ia tidak memberikan nama pengirim. Ia tidak mau aku tahu. Walau, aku sudah tahu." Sisi senyum-senyum sambil memeluk ponsel ke dadanya.Sisi menaruh kembali ponselnya di atas meja. Dan berbaring. Karena sebe

  • Menepis Tirai Masa Lalu   Bab 19

    "Si ... jadi Ibunya Rio adalah sahabat kecil emaknya Damar?" tanya Maya. Damar sudah pulang sedari tadi. ia beralasan kalau sudah berjanji akan jalan dengan temannya. Temannya adalah Rio."Iya, Rio gak pernah cerita.""Pantas saja mereka begitu akrab," imbuh Maya."Aku gak tau harus bagaimana, May.""Pikiranku gak karuan. Badanku juga masih lemas, jadi aku malas sekali memikirkan itu semua." Sisi lalu memiringkan tubuhnya. Maya diam."Ya, sudah. Baiknya kamu full istirahat, Si. Jangan mikir yang enggak-enggak dulu," ujar Maya akhirnya."May ... apa mungkin sebenarnya Rio sudah tau kalau Damar menjenguk aku?" tanya Sisi dengan suara lirihnya."Aku kurang tau juga, Si," Maya langsung menyimpulkan. Karena ia juga tak mau menebak-nebak asal."Bisa minta tolong air putih, May," perintah Sisi. Dengan sigap Maya mengambilkan gelas bening berisi air mineral, di meja. Mungkin Sisi agak kesulitan jika harus merubah posisi baringnya. Makanya ia l

  • Menepis Tirai Masa Lalu   Bab 18

    Pagi ini seharusnya bangun lebih awal membuatnya segar. Tetapi Sisi merasakan badannya sakit semua. Rasanya pegel banget. Kayaknya kemarin baik-baik saja.Datang bulan, juga tidak pernah sampai terasa badan jadi lesu begini. Namun Sisi baru minggu kemarin selesai berhalangan."Mungkin aku kelelahan." Sisi mencoba rileks."Aku kecapean, karena banyak pikiran." Ia mereka-reka sendiri.Ia segera meraih ponsel dan mengetik pesan. Yang ditujukan untuk Maya.Sisi : May! Aku gak masuk kerja hari ini ya. Badanku sakit banget.Maya : Tumben banget Si?Oke, aku ijinin ke pak Bos segera.Sisi : Thank ya, May.Sisi segera mematikan layar ponselnya. Lalu memijat keningnya."Kok, jadi kepalaku malahan terasa sakit?"Sisi memijat kepalanya pelan. Lalu ia berbaring kembali di tempat tidur."Si! kamu sudah siap?"Suara kak Sena dengan ketukan kecil dari luar."Bareng kakak, yuk?""Si?"Suara kak Sena masih saja me

  • Menepis Tirai Masa Lalu   Bab 17

    Ada rasa penasaran Sisi. Dan itu masih saja mengganjal. Kenapa tak ia tanyakan saja siapa Rio sebenarnya?"Atau bisa jadi, mereka bertemu di jalan. Lalu Damar bertanya pada Rio, dan mereka pun berteman," tebak Sisi. Mereka-reka sendiri."Tapi, bukankah terlalu dramatisir? sebegitu mudahnyakah Rio menawarkan menginap di rumahnya?" Sisi terus menebak-nebak. Sampai ia sendiri merasa ngaco dengan pikirannya itu.Sisi melirik ponselnya, nampak chat dari Maya masuk. Katanya, ada hal yang mau dibicarakan. Kebetulan sekali, Sisi lagi butuh teman.Terdengar sayup suara motor Maya. Dan disambut oleh Kak Sena yang sepertinya sedang ngobrol sama Harry di teras."Hei! Lagi galau, Non?" tiba-tiba suara beserta wajah Maya sudah menyembul di pintu kamarnya."Kamu, bikin kaget aja." Sisi mengelus-elus dadanya."Cepet banget sudah sampai, May?" tanya Sisi menyerbu dengan pertanyaan. Sekaligus dia merasa tumben saja Maya lagi mood main ke mari."Si! Lang

DMCA.com Protection Status