Malam ini Nicholas pulang ke apartemennya masih sore. Sore bagi Nicholas adalah jam delapan malam padahal jarak antara rumah dan apartemen hanya berjalan kaki selama lima belas menit. Semua lampu di beberapa ruangan apartemennya masih menyala, ketika masuk lebih jauh ke dalam rumah—indra penciumannya mengendus aroma kue. Kaki Nicholas berbelok ke dapur dari asal tujuannya ke kamar. Ia melihat lampu dapur pun menyala dan ... berantakan. Nicholas ternganga, ia tidak menyukai sesuatu yang berantakan. Seluruh alat membuat kue berserakan di atas meja dengan noda adonan dan tepung mengotori lantai. Ting! Suara oven berbunyi tanda kue selesai dipanggang, Nicholas mematikan oven yang tertanam di dinding lantas mengeluarkan isinya menggunakan sarung tangan khusus. “Cup cake lagi.” Nicholas bergumam. Pria itu menyimpannya di atas meja makan di dapur. Membuka saru
Jalanan sore ini sangat macet, beberapa menit lalu baru saja hujan deras mengguyur kota dengan angin ribut sehingga ketika hujan mereda—semua kendaraan keluar memadati jalan terlebih saat ini jam menunjukan waktunya pulang kerja. Dan di sini lah Nicholas dan Ayara berada, di tengah-tengah kendaraan yang berjubel memadati jalan. Mereka akan terbang ke suatu Negara tetangga untuk kepentingan Nicholas dalam hal bisnis. Berkali-kali lidah Nicholas berdecak kesal, ia salah perhitungan karena semestinya tadi menggunakan heli saja bukannya malah menggunakan mobil untuk mencapai Bandara. Sudut matanya melirik ke samping, sang istri yang masih gadis setelah mereka menikah beberapa minggu itu sudah siap dengan pakaian pramugarinya. Rok pendek yang dikenakan Ayara semakin naik menampilkan paha yang dibalut stocking hitam. Syukurlah ada penghalang yang bisa menghalangi mata Nicholas menatap paha Ayara yang mulus karena pria
“Kita satu kamar?” Pertanyaan Ayara tercetus setelah mengagumi kemawahan suite yang akan ditinggalinya dua malam sesuai rencana. Ayara baru selesai tour keliling suite dan baru menyadari jika akan berbagi ranjang dengan Nicholas. Nicholas tidak menjawab, pria itu menatap sinis ke arah Ayara sambil membuka kaos kaki lalu menyimpan sepatu dan menggantinya dengan sandal hotel. “Pak ....” Ayara mengikuti Nicholas ke dalam kamar mandi. “Pak Niko belum jawab pertanyaan saya,” tuntut Ayara. “Trus kamu maunya gimana? Pisah kamar biar semua temen kamu tau kalau kita hanya nikah kontrak?” Nicholas mengatakannya sambil membuka satu persatu kancing kemeja. “Tapi cuma ada satu ranjang, Pak ... enggak bisa minta tambahan kasur?” Bukannya menjawab—Nicholas malah menanggalkan kemejanya lalu membuka gesper yang melingkar di pinggang. Mata Ayara melotot menatap tubuh indah itu kemudian membalikan badan.
“Ranjang atau kamar mandi?”Ayara termangu menatap Nicholas dengan detakan jantung menggila.Pria itu tidak bermaksug ingin mengajaknya bercinta bukan?“Ma-maksudnya?” Ayara terbata lantas menggigit bibir bagian bawah sambil mengerutkan wajah.Dengan bertanya seperti itu—Nicholas pasti mengira Ayara berpikir yang tidak-tidak.Untuk apa juga Ayara bertanya karena mana pernah Nicholas menjawab pertanyaan Ayara?Dan yang pria itu lakukan adalah mendudukan Ayara di sisi ranjang.Nicholas meluruskan kaki Ayara di atas pangkuannya dan Ayara bisa merasakan milik pria itu menekan betis yang uratnya menegang.Tanpa bicara Nicholas memijat perlahan kaki jenjang yang menurut pria itu indah dengan jemarinya yang ramping.Ayara membungkam mulutnya dan tidak bergerak apalagi menolak sentuhan Nicholas di kakinya.Tadi sebelum tenggelam Ayara masih bisa melihat tatapan kesal Nicholas ketika masuk ke dalam kamar.Lalu tiba-tiba Nicholas menolong Ayara dan sekarang menyadari jika kaki Ayara kram.Mungk
Ayara membenarkan letak bikininya lalu mengeratkan handuk yang menyelimuti pundak hingga menutup dada. Nicholas kembali setelah menerima salep itu lalu memberikannya kepada Ayara. Ayara meraihnya. “Makasih, Pak ...,” ucapnya sambil menunduk tidak berani menatap mata Nicholas. Lalu mulai mengoleskan salep itu ke kaki yang uratnya menegang sebelum Nicholas melakukannya dan berakhir dirinya kehilangan keperawanan. Sebetulnya Ayara tidak masalah karena Nicholas adalah suaminya, ia juga menyukai Nicholas dari segi fisik tapi terselip keraguan di dalam hati Ayara. Apakah sesuatu yang benar memberikan keperawanannya kepada pria yang belum ia cintai?Dan Ayara sendiri tidak yakin apakah Nicholas mencintainya atau tidak. Ayara merasa moment tersebut semestinya dilakukan dengan penuh kesadaran dan cinta yang penuh dari dirinya dan sang pria. Selama Ayara bergulat dengan pikirannya—Nicholas sudah mas
Langkah Ayara terhenti ketika hendak memasuki gym yang merupakan fasilitas dalam hotel di mana mereka menginap. Di dalam sana ada Abinawa sedang mengolah tubuhnya. Ada Ferdi dan Yogi juga Anya dan Elza berada di atas treadmill. Sepertinya ketika sarapan pagi tadi mereka janjian untuk olah raga bersama. Tadi Ayara dibangunkan oleh ketukan room service yang mengantar makanan ke kamar atas perintah Nicholas. Ayara sudah sarapan sendirian tadi di kamarnya. “Ayara!” panggil Anya ketika Ayara baru saja akan memutar tubuhnya menjauh dari sana. Ia lantas mendapat toleh dari teman-teman satu timnya termasuk Abinawa. Tidak mungkin kabur jadi mau tidak mau Ayara masuk ke dalam gym yang luas itu sambil tersenyum dan melambaikan tangan. “Pantesan pak Niko enggak ngajak lo honeymon, setiap bussines trip kalian honeymoon ... ya, kan?” Yogi menggoda Ayara si pengantin baru. “Iya .
Menjelang malam, mobil Nicholas memasuki halaman rumah Ayara padahal ia sudah tidak berharap suaminya akan datang karena jika Nicholas datang, itu berarti mereka akan tidur di satu ranjang yang sama sementara ranjang di kamar Ayara adalah ranjang queen, bisa dipastikan mereka akan berdesakan di sana. Ayara tidak berpikir tentang itu sebelumnya ketika meminta Nicholas untuk ikut menginap di rumah mami. Tapi jika Nicholas tidak ikut, Kanjeng Mami akan curiga dan melontarkan banyak pertanyaan. “Ayaaaa!” Paramitha memanggil dari tengah rumah. Ayara keluar dari dalam kamar setelah merapihkan kamarnya. “Iya, Mi.” Ayara menjawab dengan pandangan tertuju kepada Nicholas. “Nak Niko udah makan?” Paramitha bertanya penuh perhatian. “Belum, Mi.” Nicholas menjawab tidak kalah lembut. “Aya, temenin dulu nak Niko makan sambil kamu masak air panas buat nak Niko mandi.” Mami memberikan instruksi.
“Kak Radhi, masuk dulu aja ... hujannya besar.” Alana berteriak dari kursi belakang saat Radhika mengemudikan motornya memasuki pelataran parkir apartemen. Radhika menganggukan kepala lalu membelokan stang motornya memasuki basement. Tubuh keduanya sudah basah kuyup karena hujan yang turun dengan deras tanpa aba-aba. Alana memberikan helmnya kepada Radhika lalu pria itu mengaitkannya distang menggunakan rantai pengaman. “Yuk,” kata Alana sambil merentangkan tangannya. “Duluan,” kata Radhika mendorong pelan punggung Alana. Radhika masih risih terlihat mesra bersama Alana di depan orang-orang. Ia merasa tidak pantas menjadi kekasih Alana. Keduanya memasuki lift yang kosong, Alana memeluk tubuhnya yang basah karena tidak memakai jaket. “Harusnya kamu pake jaket kalau mau pulang bareng aku,” tegur Radhika sambil membuka jaketnya yang kemudian ia selimutkan di punggung Alana.
Seharusnya Ayara tau jika pada perayaan pesta ulang tahun Ferdi tahun ini pasti Abinawa juga hadir.Ayara jadi enggan masuk ke lounge di mana pesta ulang tahun Ferdi berlangsung tapi ketika lift ini terbuka, banyak pasang mata telah menangkap kehadirannya.Mau tidak mau Ayara melangkah keluar dan menyapa mereka satu persatu.“Ayara!” Yang berulang tahun memanggil.“Hai Fer, happy birthday ya.” Ayara berujar disertai kecupan di pipi dan kanan Ferdi lalu memberikan sebuah kado dengan paper bag merk ternama dunia.“Thanks Aya, kado dari lo paling mahal kayanya . ..,” celetuk Ferdi sambil mengangkat kado pemberian Ayara.“Itu dari pak Niko.” Ayara memberitau karena ia mana mampu membelikan Ferdi ikat pinggang seharga belasan juta.Ayara jadi ingat ketika meminta ijin Nicholas untuk pergi ke ulang tahun Ferdi, suaminya langsung memberi ijin tanpa perlu dipaksa.Biasanya Nicholas akan posesif apalagi jika berhubungan dengan Abinawa.Tidak mungkin ‘kan Nicholas lupa bahwa pada pesta ulang ta
“Niki!”Danita mendorong pintu ruang kerja putranya sambil berseru demikian.Revan dan Nicholas beserta tiga orang Direktur di bawah kepemimpinan Nicholas pun menoleh seketika ke arah pintu.“Bisa kita bicara?” Danita memaksa.Nicholas mengembuskan napas, mengalihkan perhatiannya kembali pada tiga orang Direktur yang sedang ia beri pengarahan.“Oke, kita akhiri sampai di sini ... laporkan secara berkala apa yang saya minta tadi.” Nicholas mengakhiri meeting privat tersebut.Tiga orang paruh baya yang merupakan bawahan Nicholas kemudian keluar setelah menyapa Danita dengan memberikan anggukan penuh hormat.“Revan, bawakan saya orange juice.” Danita meminta sebelum Revan menawarkan.“Baik, Bu.” Revan pergi tanpa lupa menutup pintu.“Ada apa, Mi.” Nicholas bertanya malas-malasan.Pasalnya sang mami tercinta bisa saja akan menyusahkannya jika sampai datang ke kantor seperti ini.“Mami dengar Vania pulang, dia gagal di Hollywood,” cetus Danita memulai.Nicholas menganggukan kepala membenar
Ayara mengerjap merasakan berat di bagian pinggangnya. Ternya ada tangan kokoh melingkar di sana. Membalikan tubuh dan mendapati wajah suaminya yang begitu lelap tertidur. Bukannya pria itu pergi menemui Vania dan mengatakan akan menjemputnya hari ini? Apa tadi malam itu mimpi? Atau dirinya yang masih bermimpi sekarang? Ayara mengucek matanya lalu membuka perlahan dan wajah tampan Nicholas masih ada dalam pandangan. Disentuhnya rahang tegas dengan bulu halus itu, begitu nyata di telapak tangan Ayara. Ayara menatap nanar wajah suaminya, berlama-lama memuaskan indera penglihatannya untuk ia rekam dalam ingatan karena mungkin kata pertama yang akan Nicholas lontarkan ketika membuka mata adalah ajakan bercerai. Ayara mengecup kening Nicholas lalu turun ke hidung dan berakhir di bibir. Ketika Ayara hendak menjauhkan wajahnya—Nicholas malah menarik tengkuk Ayara untuk me
Rumah Kanjeng Mami yang tidak terlalu besar dan berdempetnya antar kamar membuat Nicholas harus ekstra pelan menghentak Ayara agar tidak terdengar suara pertemuan kulit mereka. Ayara juga harus menahan desahannya sekuat tenaga padahal hujaman Nicholas dengan tempo lambat tapi dalam itu membuat Ayara tidak dapat lagi menampung rasa nikmat yang Nicholas suguhkan. Mereka sedang dalam kunjungan rutin ke rumah Kanjeng Mami kemudian tiba-tiba Nicholas menginginkannya dan Ayara tidak mungkin menolak. “Pak, emmmhh ....” Ayara mendesah lalu menggigit bibir bagian bawahnya. Sementara itu, Nicholas juga terlihat sedang menahan erangan. Kenapa rasanya berbeda jika dilakukan dengan tempo lambat, ia merasakan kenikmatan yang tak terperi ketika miliknya keluar masuk lembah Ayara. Sebentar lagi Nicholas akan sampai, ia merendahkan tubuhnya—merajai leher Ayara dengan banyak kecupan. Ayara membusungkan dada, kakinya i
Usai makan malam, Nicholas membersihkan tubuhnya begitu juga dengan Ayara yang seharian ini sibuk memasak rendang sampai lupa waktu. Mereka tidak mandi bersama tapi bergantian dan setelah itu Ayara lebih dulu bersarang di sofa ruang televisi. Menjatuhkan tubuhnya yang pegal karena seharian di dapur lalu menyalakan televisi melanjutkan tontonannya di Netflix. Di dalam kamar, Nicholas sibuk dengan huruf dan angka pada Macbook. Nicholas membawa pekerjaannya agar bisa pulang lebih awal karena merindukan Ayara tapi malah terjebak dengak pekerjaan itu sendiri. Hampir larut ketika Nicholas selesai dan Ayara masih di ruang televisi asyik menonton. Nicholas menyusul ke ruang televisi, duduk di samping Ayara tapi sang istri terlalu fokus dengan layar kaca di depannya hingga tidak menyadari jika Nicholas ada di samping menunggu untuk di perhatikan. Akhirnya pria itu menyimpan bantal di atas pangkuan Ayara dan m
“Jadi kamu udah yakin sama Elza, Van?” Nicholas bertanya setelah Revan mengutarakan keinginannya melamar Elza. Mereka berdua masih dalam perjalanan, baru saja selesai mengecek proyek yang berada di pinggir kota dengan pak Kasdi sebagai driver andalan yang mengemudi saat ini. “Yakin, Pak ....” Revan menjawab mantap. “Lalu ibu dan kakak perempuan kamu? Kamu pernah cerita kalau mereka sedikit pemilih, itu kenapa kamu sulit menemukan pasangan.” Revan tertawa pekan. “Elza mampu menghadapi mereka, Pak ... dan kalau saya selalu menurut sama mereka, mau kapan saya memulai hidup berumah tangga?” Nicholas menganggukan kepalanya mengerti. “Pertama kali saya ketemu Radhika, dia seperti tidak menyukai saya ... sorot matanya seakan membenci saya, tapi setelah saya memperlihatkan kemesraan dengan Ayara, sepertinya dia percaya kalau saya mencintai kakaknya ....” Nicholas menjeda, ia mengingat pertama kali tangannya
“Tumben banget ngajak makan malam, biasanya makan malam di apartemen aku.” Elza menyindir prilaku tidak biasa kekasihnya.Revan hanya tersenyum menanggapi.“Romantis banget lagi tempatnya.” Elza sampai berdecak kagum karena bukan hanya terkenal mahal, tempat ini juga memiliki suasana yang kental dengan keromantisan.Banyak pria melamar kekasihnya di tempat ini, tapi bukan pria-pria biasa, melainkan pria-pria high class executive muda yang memiliki saldo di rekening cukup banyak untuk menyewa tempat ini.Pasalnya lounge yang berada di puncak tertinggi salah satu gedung di tengah kota Jakarta ini hanya menerima pengunjung dengan jumlah terbatas setiap harinya.Dan sudah bisa dipastikan jika satu menunya berharga fantastis karena langsung di masak oleh koki profesional yang didatangkan langsung dari luar Negri.“Elza bukan Frozen,” panggil Revan membuat Elza menoleh dari pemandangan indah yang tersaji di sana.“Ya?” tanyanya sambil tersenyum karena sudah lama Revan tidak memanggilnya sep
“Alana!” panggil Radhika lembut, pria itu menghentikan langkahnya.“Ya, Kak?” Alana menjawab tapi dengan fokusnya masih pada deretan pakaian yang tertata rapih dalam butik di mana mereka berada saat ini.“Aku pulang,” kata Radhika lagi, membalikan badan dan keluar dari sana.“Kak Radhi, tunggu!”Tentu saja perhatian Alana yang tadi hanya tertuju pada pakaian dengan label new arrival di butik itu kini terenggut paksa oleh Radhika.Bergegas Alana menyusul Radhika yang sudah melangkah menjauh.“Kaaaak.” Alana menarik tangan Radhika yang memegang banyak paper bag.Bukan hanya tangan yang Alana tarik yang penuh dengan paperbag tapi tangan Radhika yang satunya juga bernasib sama.“Tunggu dulu, aku belum selesai milih baju.”Radhika menatap malas Alana yang seharian ini belanja seperti kerasukan setan.“Alana, baju kamu itu udah banyak ... aku liat kemarin waktu ke apartemen kamu sampe berjubel baju di lemari, trus buat apa kamu beli-beli lagi? Aku tau kamu punya warisan dari orang tua kamu
“Kamu enggak lagi bercanda, kan?” Abinawa sampai menegakan tubuh.Kain yang menyelimuti dadanya turun dan melingkar di pinggang.Anya baru saja menceritakan sebuah rahasia besar antara Ayara dengan Nicholas.“Enggak ... buat apa saya bercanda.” Anya turun dari atas ranjang lalu memakai pakaian dalamnya di depan Abinawa.Setelah itu Anya masuk ke dalam kamar mandi untuk mencuci wajah.“Kamu tau dari mana kalau Ayara sama Nicholas kawin kontrak?” cecar Abinawa yang mengikuti Anya ke kamar mandi.Anya yang hanya memakai pakaian dalam saja, menyelesaikan membasuh wajah lalu mengeringkannya menggunakan tissue. Abinawa bisa melihat seringai kecil di bibir Anya yang kini bergerak mendekatinya.Menyentuh rahang Abinawa, kemudian turun ke leher dan dadanya yang bidang tanpa penghalang karena Abinawa belum sempat memakai kaos.Sentuhan sensual itu semestinya bisa membuat darah Abinawa berdesir jika Ayara yang melakukannya.Abinawa menangkap tangan Anya lalu menggenggam erat.“Jawab saya, Anya!