Demi apa Nicholas tidak bisa mengenyahkan kejadian erotis singkat antara dirinya dan Ayara tadi malam.
Gadis itu memang tantangan terbesar dalam hidupnya sekarang.Tantangan untuk ia hindari karena Ayara begitu menggoda dan seksi juga ....Nicholas menggelengkan kepala untuk mengenyahkan segala pikiran mesum yang ada di kepala.Pasalnya tadi malam bukan hanya bibirnya saja yang bertemu dengan bibir Ayara tapi dada bidangnya menekan dada Ayara yang besar hingga ia bisa merasakan puting Ayara di kulit dadanya.Ya, Tuhaaaan. Nicholas pasti sudah gila karena seharian ini memikirkan hal itu.“Pak ...,” panggil Revan yang ternyata sudah kesekian kalinya.Nicholas menoleh, netranya sedikit melebar karena terkejut.“Kapan kamu masuk?” tanya Nicholas dengan kening mengkerut.“Dari tadi Pak, malah tadi saya sempat mengetuk beberapa kali di depan.”Benar ‘kan kalau Nicholas sSeperti biasa, Nicholas pulang larut malam ke apartemen.Tidak ada yang berubah, apartemennya masih sama seperti tadi pagi ia tinggal.Setidaknya penghuni lain di unit apartemen miliknya tidak berbuat ulah misalnya dengan membakar apartemen tersebut.Tidak ada benda yang bergeser dari tempatnya bahkan bantal sofa di ruang televisi pun masih rapih seperti tidak ada yang pernah duduk di sana.Nicholas berpikir apakah Ayara pergi seharian ini atau tidak beranjak dari kamarnya sama sekali.Pria itu menyebrangi ruang televisi menuju dapur untuk mencari air mineral.Kulkas adalah tujuannya setibanya di dapur lalu mengambil air mineral dalam botol dan menenggaknya setelah membuka tutup botol.Mata Nicholas lantas tertuju pada mejar mini bar.Nicholas berkerut kening melihat satu piring cup cake dengan toping warna-warni di atasnya.Tangan Nicholas terulur menarik secarik kertas yang terselip di antara cup cake.‘Saya bikin kue buat cemilan Pak Niko, di makan ya Pak (^_^)’Dengan tampang data
Malam ini Nicholas pulang ke apartemennya masih sore. Sore bagi Nicholas adalah jam delapan malam padahal jarak antara rumah dan apartemen hanya berjalan kaki selama lima belas menit. Semua lampu di beberapa ruangan apartemennya masih menyala, ketika masuk lebih jauh ke dalam rumah—indra penciumannya mengendus aroma kue. Kaki Nicholas berbelok ke dapur dari asal tujuannya ke kamar. Ia melihat lampu dapur pun menyala dan ... berantakan. Nicholas ternganga, ia tidak menyukai sesuatu yang berantakan. Seluruh alat membuat kue berserakan di atas meja dengan noda adonan dan tepung mengotori lantai. Ting! Suara oven berbunyi tanda kue selesai dipanggang, Nicholas mematikan oven yang tertanam di dinding lantas mengeluarkan isinya menggunakan sarung tangan khusus. “Cup cake lagi.” Nicholas bergumam. Pria itu menyimpannya di atas meja makan di dapur. Membuka saru
Jalanan sore ini sangat macet, beberapa menit lalu baru saja hujan deras mengguyur kota dengan angin ribut sehingga ketika hujan mereda—semua kendaraan keluar memadati jalan terlebih saat ini jam menunjukan waktunya pulang kerja. Dan di sini lah Nicholas dan Ayara berada, di tengah-tengah kendaraan yang berjubel memadati jalan. Mereka akan terbang ke suatu Negara tetangga untuk kepentingan Nicholas dalam hal bisnis. Berkali-kali lidah Nicholas berdecak kesal, ia salah perhitungan karena semestinya tadi menggunakan heli saja bukannya malah menggunakan mobil untuk mencapai Bandara. Sudut matanya melirik ke samping, sang istri yang masih gadis setelah mereka menikah beberapa minggu itu sudah siap dengan pakaian pramugarinya. Rok pendek yang dikenakan Ayara semakin naik menampilkan paha yang dibalut stocking hitam. Syukurlah ada penghalang yang bisa menghalangi mata Nicholas menatap paha Ayara yang mulus karena pria
“Kita satu kamar?” Pertanyaan Ayara tercetus setelah mengagumi kemawahan suite yang akan ditinggalinya dua malam sesuai rencana. Ayara baru selesai tour keliling suite dan baru menyadari jika akan berbagi ranjang dengan Nicholas. Nicholas tidak menjawab, pria itu menatap sinis ke arah Ayara sambil membuka kaos kaki lalu menyimpan sepatu dan menggantinya dengan sandal hotel. “Pak ....” Ayara mengikuti Nicholas ke dalam kamar mandi. “Pak Niko belum jawab pertanyaan saya,” tuntut Ayara. “Trus kamu maunya gimana? Pisah kamar biar semua temen kamu tau kalau kita hanya nikah kontrak?” Nicholas mengatakannya sambil membuka satu persatu kancing kemeja. “Tapi cuma ada satu ranjang, Pak ... enggak bisa minta tambahan kasur?” Bukannya menjawab—Nicholas malah menanggalkan kemejanya lalu membuka gesper yang melingkar di pinggang. Mata Ayara melotot menatap tubuh indah itu kemudian membalikan badan.
“Ranjang atau kamar mandi?”Ayara termangu menatap Nicholas dengan detakan jantung menggila.Pria itu tidak bermaksug ingin mengajaknya bercinta bukan?“Ma-maksudnya?” Ayara terbata lantas menggigit bibir bagian bawah sambil mengerutkan wajah.Dengan bertanya seperti itu—Nicholas pasti mengira Ayara berpikir yang tidak-tidak.Untuk apa juga Ayara bertanya karena mana pernah Nicholas menjawab pertanyaan Ayara?Dan yang pria itu lakukan adalah mendudukan Ayara di sisi ranjang.Nicholas meluruskan kaki Ayara di atas pangkuannya dan Ayara bisa merasakan milik pria itu menekan betis yang uratnya menegang.Tanpa bicara Nicholas memijat perlahan kaki jenjang yang menurut pria itu indah dengan jemarinya yang ramping.Ayara membungkam mulutnya dan tidak bergerak apalagi menolak sentuhan Nicholas di kakinya.Tadi sebelum tenggelam Ayara masih bisa melihat tatapan kesal Nicholas ketika masuk ke dalam kamar.Lalu tiba-tiba Nicholas menolong Ayara dan sekarang menyadari jika kaki Ayara kram.Mungk
Ayara membenarkan letak bikininya lalu mengeratkan handuk yang menyelimuti pundak hingga menutup dada. Nicholas kembali setelah menerima salep itu lalu memberikannya kepada Ayara. Ayara meraihnya. “Makasih, Pak ...,” ucapnya sambil menunduk tidak berani menatap mata Nicholas. Lalu mulai mengoleskan salep itu ke kaki yang uratnya menegang sebelum Nicholas melakukannya dan berakhir dirinya kehilangan keperawanan. Sebetulnya Ayara tidak masalah karena Nicholas adalah suaminya, ia juga menyukai Nicholas dari segi fisik tapi terselip keraguan di dalam hati Ayara. Apakah sesuatu yang benar memberikan keperawanannya kepada pria yang belum ia cintai?Dan Ayara sendiri tidak yakin apakah Nicholas mencintainya atau tidak. Ayara merasa moment tersebut semestinya dilakukan dengan penuh kesadaran dan cinta yang penuh dari dirinya dan sang pria. Selama Ayara bergulat dengan pikirannya—Nicholas sudah mas
Langkah Ayara terhenti ketika hendak memasuki gym yang merupakan fasilitas dalam hotel di mana mereka menginap. Di dalam sana ada Abinawa sedang mengolah tubuhnya. Ada Ferdi dan Yogi juga Anya dan Elza berada di atas treadmill. Sepertinya ketika sarapan pagi tadi mereka janjian untuk olah raga bersama. Tadi Ayara dibangunkan oleh ketukan room service yang mengantar makanan ke kamar atas perintah Nicholas. Ayara sudah sarapan sendirian tadi di kamarnya. “Ayara!” panggil Anya ketika Ayara baru saja akan memutar tubuhnya menjauh dari sana. Ia lantas mendapat toleh dari teman-teman satu timnya termasuk Abinawa. Tidak mungkin kabur jadi mau tidak mau Ayara masuk ke dalam gym yang luas itu sambil tersenyum dan melambaikan tangan. “Pantesan pak Niko enggak ngajak lo honeymon, setiap bussines trip kalian honeymoon ... ya, kan?” Yogi menggoda Ayara si pengantin baru. “Iya .
Menjelang malam, mobil Nicholas memasuki halaman rumah Ayara padahal ia sudah tidak berharap suaminya akan datang karena jika Nicholas datang, itu berarti mereka akan tidur di satu ranjang yang sama sementara ranjang di kamar Ayara adalah ranjang queen, bisa dipastikan mereka akan berdesakan di sana. Ayara tidak berpikir tentang itu sebelumnya ketika meminta Nicholas untuk ikut menginap di rumah mami. Tapi jika Nicholas tidak ikut, Kanjeng Mami akan curiga dan melontarkan banyak pertanyaan. “Ayaaaa!” Paramitha memanggil dari tengah rumah. Ayara keluar dari dalam kamar setelah merapihkan kamarnya. “Iya, Mi.” Ayara menjawab dengan pandangan tertuju kepada Nicholas. “Nak Niko udah makan?” Paramitha bertanya penuh perhatian. “Belum, Mi.” Nicholas menjawab tidak kalah lembut. “Aya, temenin dulu nak Niko makan sambil kamu masak air panas buat nak Niko mandi.” Mami memberikan instruksi.
“Pak Niko,” gumam Ayara melihat suaminya ada di dapur. Bukannya Nicholas berada di rumah sakit? Ayara tidak mengira, Nicholas akan pulang karena ini weekend. Ia pikir Nicholas menginap sampai Vania diijinkan pulang. Nicholas membalikan badan tiba-tiba dengan satu cangkir kopi di tangan. “Udah bangun?” Dan pria itu bertanya dengan santainya. Ayara tidak menjawab, membalikan badan masuk kembali ke kamar untuk membasuh wajah di kamar mandi. Jika di masa lalu Nicholas yang malas menjawab pertanyaan Ayara, sekarang sebaliknya. Ayara enggan sekali menjawab pertanyaan-pertanyaan Nicholas yang semestinya tidak perlu ditanyakan. “Ya ampun, mata aku bengkak.” Ayara membasuh lagi matanya dengan air dingin berharap bengkak tersebut hilang. “Kenapa mata kamu bengkak? Mau ke dokter?” Suara bariton sexy itu membuat Ayara menoleh dengan mata melebar. Sejak kapan Nicholas berdiri d
Ayara menoleh ke samping ketika Nicholas hendak mencium bibirnya membuat bibir Nicholas mendarat di pipi. Tangan Nicholas terangkat mengapit dagu Ayara mempertemukan kembali tatapan mereka. Ayara menatap Nicholas kesal tidak seperti Nicholas yang sorot matanya tampak teduh. Mata Nicholas tertuju pada bibir Ayara, beberapa hari ini Ayara menghindarinya, raut wajah cantik Ayara pun selalu masam. Ia merindukan bibir Ayara juga tubuhnya, desahannya, Nicholas merindukan ada di dalam Ayara menghentak tubuh sexy itu kuat-kuat. Nicholas jadi berhasrat memikirkan bagaimana panasnya mereka ketika bercinta. “Apa salahku, Aya?” Pertanyaan Nicholas itu semakin membuat Ayara kesal. Ayara mendorong dada Nicholas hingga mundur beberapa langkah. “Kapan Pak Niko mau masukin gugatan cerai?” Ayara bertanya sambil membelakangi Nicholas. “Kenapa? Kamu ingin bersama Abinawa lagi?” tuduh
Ayara berdiri mematung beberapa langkah dari Nicholas, pria itu baru tiba pukul tiga pagi padahal menurut Elza—pesawat yang ditumpangi Revan dan Nicholas bertolak dari Surabaya pukul empat sore. Lalu ke mana suaminya pulang setelah tiba di Jakarta? Kenapa baru sampai di rumah pukul tiga dini hari? “Aya.” Satu kata itu yang keluar dari bibir Nicholas dengan ekspresi datar di wajahnya yang tampak lelah. Ayara melangkah mendekat, mengambil alih tas dan jas dari tangan Nicholas. Tanpa berucap, Ayara membalikan tubuh membawa tas beserta jas ke kamar. Kening Nicholas berkerut melihat perbedaan prilaku istrinya, tidak kah Ayara merindukannya? Nicholas berpikir jika Ayara akan berhamburan memeluknya dengan memberikan banyak kecupan. Namun sekarang Nicholas terlalu lelah untuk berdebat jadi mengabaikan sementara sikap acuh istrinya. Sampai keduanya berada di atas ranjang pun, tidak ada
Rasa panas menyerang dada Vania mengetahui Nicholas memberi nama ‘Love’ pada nomor ponsel istri kontraknya. Tentu hal itu adalah sebuah kesengajaan karena Nicholas telah mencintainya. Vania mengetatkan rahang, ekspresi cantiknya berubah masam. Apa yang dikatakan Abinawa benar, jika ia tidak pulang secepatnya maka akan kehilangan Nicholas untuk selamanya. Tidak bisa dibiarkan, ia harus merebut Nicholas kembali. “Vania, kamu baik-baik aja?” Nicholas yang baru saja kembali dari toilet bertanya demikian karena melihat wajah Vania yang pucat. Vania berusaha mengembangkan senyum lalu mengangguk. “Aku akan menginap dan pulang sama kamu lusa,” cetus Vania memberitau bukan meminta ijin. “Oke, aku akan meminta Revan memesan satu kamar lagi untukmu.” Nicholas meraih ponsel untuk menghubungi Revan tapi tangan Vania menahan. “Kenapa kita enggak tidur satu kamar? Bukannya kita selalu tidur
Seharusnya Ayara tau jika pada perayaan pesta ulang tahun Ferdi tahun ini pasti Abinawa juga hadir.Ayara jadi enggan masuk ke lounge di mana pesta ulang tahun Ferdi berlangsung tapi ketika lift ini terbuka, banyak pasang mata telah menangkap kehadirannya.Mau tidak mau Ayara melangkah keluar dan menyapa mereka satu persatu.“Ayara!” Yang berulang tahun memanggil.“Hai Fer, happy birthday ya.” Ayara berujar disertai kecupan di pipi dan kanan Ferdi lalu memberikan sebuah kado dengan paper bag merk ternama dunia.“Thanks Aya, kado dari lo paling mahal kayanya . ..,” celetuk Ferdi sambil mengangkat kado pemberian Ayara.“Itu dari pak Niko.” Ayara memberitau karena ia mana mampu membelikan Ferdi ikat pinggang seharga belasan juta.Ayara jadi ingat ketika meminta ijin Nicholas untuk pergi ke ulang tahun Ferdi, suaminya langsung memberi ijin tanpa perlu dipaksa.Biasanya Nicholas akan posesif apalagi jika berhubungan dengan Abinawa.Tidak mungkin ‘kan Nicholas lupa bahwa pada pesta ulang ta
“Niki!”Danita mendorong pintu ruang kerja putranya sambil berseru demikian.Revan dan Nicholas beserta tiga orang Direktur di bawah kepemimpinan Nicholas pun menoleh seketika ke arah pintu.“Bisa kita bicara?” Danita memaksa.Nicholas mengembuskan napas, mengalihkan perhatiannya kembali pada tiga orang Direktur yang sedang ia beri pengarahan.“Oke, kita akhiri sampai di sini ... laporkan secara berkala apa yang saya minta tadi.” Nicholas mengakhiri meeting privat tersebut.Tiga orang paruh baya yang merupakan bawahan Nicholas kemudian keluar setelah menyapa Danita dengan memberikan anggukan penuh hormat.“Revan, bawakan saya orange juice.” Danita meminta sebelum Revan menawarkan.“Baik, Bu.” Revan pergi tanpa lupa menutup pintu.“Ada apa, Mi.” Nicholas bertanya malas-malasan.Pasalnya sang mami tercinta bisa saja akan menyusahkannya jika sampai datang ke kantor seperti ini.“Mami dengar Vania pulang, dia gagal di Hollywood,” cetus Danita memulai.Nicholas menganggukan kepala membenar
Ayara mengerjap merasakan berat di bagian pinggangnya. Ternya ada tangan kokoh melingkar di sana. Membalikan tubuh dan mendapati wajah suaminya yang begitu lelap tertidur. Bukannya pria itu pergi menemui Vania dan mengatakan akan menjemputnya hari ini? Apa tadi malam itu mimpi? Atau dirinya yang masih bermimpi sekarang? Ayara mengucek matanya lalu membuka perlahan dan wajah tampan Nicholas masih ada dalam pandangan. Disentuhnya rahang tegas dengan bulu halus itu, begitu nyata di telapak tangan Ayara. Ayara menatap nanar wajah suaminya, berlama-lama memuaskan indera penglihatannya untuk ia rekam dalam ingatan karena mungkin kata pertama yang akan Nicholas lontarkan ketika membuka mata adalah ajakan bercerai. Ayara mengecup kening Nicholas lalu turun ke hidung dan berakhir di bibir. Ketika Ayara hendak menjauhkan wajahnya—Nicholas malah menarik tengkuk Ayara untuk me
Rumah Kanjeng Mami yang tidak terlalu besar dan berdempetnya antar kamar membuat Nicholas harus ekstra pelan menghentak Ayara agar tidak terdengar suara pertemuan kulit mereka. Ayara juga harus menahan desahannya sekuat tenaga padahal hujaman Nicholas dengan tempo lambat tapi dalam itu membuat Ayara tidak dapat lagi menampung rasa nikmat yang Nicholas suguhkan. Mereka sedang dalam kunjungan rutin ke rumah Kanjeng Mami kemudian tiba-tiba Nicholas menginginkannya dan Ayara tidak mungkin menolak. “Pak, emmmhh ....” Ayara mendesah lalu menggigit bibir bagian bawahnya. Sementara itu, Nicholas juga terlihat sedang menahan erangan. Kenapa rasanya berbeda jika dilakukan dengan tempo lambat, ia merasakan kenikmatan yang tak terperi ketika miliknya keluar masuk lembah Ayara. Sebentar lagi Nicholas akan sampai, ia merendahkan tubuhnya—merajai leher Ayara dengan banyak kecupan. Ayara membusungkan dada, kakinya i
Usai makan malam, Nicholas membersihkan tubuhnya begitu juga dengan Ayara yang seharian ini sibuk memasak rendang sampai lupa waktu. Mereka tidak mandi bersama tapi bergantian dan setelah itu Ayara lebih dulu bersarang di sofa ruang televisi. Menjatuhkan tubuhnya yang pegal karena seharian di dapur lalu menyalakan televisi melanjutkan tontonannya di Netflix. Di dalam kamar, Nicholas sibuk dengan huruf dan angka pada Macbook. Nicholas membawa pekerjaannya agar bisa pulang lebih awal karena merindukan Ayara tapi malah terjebak dengak pekerjaan itu sendiri. Hampir larut ketika Nicholas selesai dan Ayara masih di ruang televisi asyik menonton. Nicholas menyusul ke ruang televisi, duduk di samping Ayara tapi sang istri terlalu fokus dengan layar kaca di depannya hingga tidak menyadari jika Nicholas ada di samping menunggu untuk di perhatikan. Akhirnya pria itu menyimpan bantal di atas pangkuan Ayara dan m