Nomor yang Anda tuju sedang sibuk atau berada di luar jangkauan, silakan coba beberapa saat lagi ....Sambil melempar kode agar kamera menyorot ke arah lain untuk sementara, Rindu menggeram kesal. Ke mana sebenarnya lelaki itu? Bisa-bisanya tiba-tiba tidak bisa dihubungi di saat-saat genting begini. Atau dia sengaja mau nge-prank, biar vlog-nya jadi lebih dramatis?Rindu menghela napas panjang sambil berusaha menyusun pikiran positif dalam kepalanya, meski kadar kecemasannya mulai mendominasi."Gimana, dong, Rin?" tanya Tasya sambil berlari-lari kecil menghampiri Rindu selagi bebas dari sorotan kamera. "Komen netizen mulai aneh-aneh, nih," imbuh cewek bertubuh mungil itu sambil menunjukkan kolom komentar tayangan live mereka di YouTube.Rindu mengambil alih ponsel Tasya dan membaca beberapa komentar. Tampangnya semakin kacau mendapati nada-nada desakan di sana."Lagian Ari ke mana, sih? Kok, tiba-tiba hilang kayak ditelan bumi?"Rindu mendengkus sambil mengembalikan ponsel Tasya. "Ent
Sejak tiga hari yang lalu, Duta kesulitan untuk tidur. Bawaannya selalu gelisah, tapi juga berdebar menyenangkan dan bikin tidak sabar. Bagaimana tidak, hari ini dia akan jalan bareng dengan Tiwi, cewek yang sudah lama ditaksirnya diam-diam. Ini memang bukan kali pertama mereka jalan berdua, tapi yang sebelum-sebelumnya benar-benar sekadar jalan-jalan biasa, tidak ada perencanaan apa-apa."Pokoknya, hari ini kamu harus ngungkapin perasaanmu," kata Duta kepada bayangannya di dalam cermin.Dia menyapukan pomade ke rambut ikalnya, lalu ditata sekenanya dengan jemari. Setelah dirasa cukup, dia berputar untuk melihat penampilannya dari segala arah. Kemeja lengan panjang abu-abu dan celana chino hitam itu baru dibelinya kemarin, dan tampak sangat pas di tubuhnya. Tidak bisa dipungkiri, ketampanannya meningkat 85% dibanding hari-hari biasanya.Selesai di depan cermin, Duta beralih ke sudut ruangan, menarik laci dan mengambil kotak beludru berukuran kecil. Dia menggenggamnya sambil melangitka
"Kita bahkan nggak kenal, tapi kamu malah minta dilamar? Mikir!" Duta mengetuk kepalanya dengan ujung telunjuk ketika mengucapkan kata terakhir."Oke. Aku paham banget kalau kamu bakal ngecap aku ini cewek gila atau apa pun itu, tapi aku benar-benar butuh bantuan kamu sekarang.""Bantuan gimana?" tanya Duta dengan sengak."Yang tadi aku bilang, tolong lamar aku," jawab Rindu dengan posisi kedua tangan yang siaga, seolah siap menerkam Duta kalau berniat kabur."Astaga!" Duta terkekeh muak. "Hari ini mood-ku lagi kacau, jadi tolong jangan nambah-nambahin."Ini emang rumit banget, tapi sumpah, nggak ada waktu buat ngejelasin sampai kamu benar-benar ngerti.""Ya udah, minta tolong sama yang lain aja!" Duta berbalik, tapi secepat kilat cewek gendut ini sudah berpindah ke depannya lagi."Nggak ada waktu buat nyari cowok lain. Tuh, lihat, di sekitar sini adanya kamu doang."Duta ikut mengedarkan pandangan sambil berdecak."Aku janji, nanti aku jelasin semuanya. Tapi sekarang kamu benar-benar
Duta tak pernah menyangka, kalimat yang dia persiapkan untuk Tiwi, akhirnya malah diucapkan untuk cewek lain. Dia memang melakukan sedikit penyesuaian berdasarkan arahan Tasya, tapi inti kalimat yang baru saja dia ucapkan di depan Rindu adalah bongkahan perasaan yang sudah lama tertanam di dasar hatinya. Sayangnya, Tiwi tidak memberinya kesempatan sedikit pun. Seserius itu dia menganggap Duta tidak pantas untuknya.Setelah mendapat kode dari Tasya, Duta pun melerai pelukannya. Sisanya diambil alih oleh Devi untuk closing dan menebar bibit-bibit penasaran agar pemirsa mereka tetap setia dan tidak sabar menunggu video-video selanjutnya."Sori. Aku terpaksa meluk biar lebih meyakinkan. Aku emang totalitas banget kalau lagi kerja." Duta tidak mengada-ada. Baginya, tiga juta adalah angka yang sangat fantastis untuk pekerjaan segampang ini.Rindu mengusap tengkuk, bingung harus membalas apa. Akhirnya dia hanya nyengir, seolah barisan giginya bisa mewakili untuk berkata, "nggak apa-apa"."Gi
Hari ini rasanya benar-benar campur aduk. Gelisah, takut, heran, serta baper menjejali dada Rindu di saat bersamaan. Namun, dia tetap bersyukur, kemunculan Duta yang tiba-tiba itu paling tidak bisa membuatnya aman untuk sementara.Rindu yang baru keluar dari kamar mandi langsung menuju meja rias sambil menggosok rambutnya dengan handuk. Setelah duduk di depan meja rias berbahan kayu kualitas premium itu, tatapannya mengarah ke wadah kaca di antara peralatan make up-nya. Di wadah kaca itu dia meletakkan cincin Duta sebelum masuk ke kamar mandi tadi. Dia lekas memakai kembali dan memperhatikannya dari dekat. Kalau dipikir-pikir, untuk apa Duta membawa cincin segala? Buket bunga juga? Sebenarnya apa tujuannya ke taman itu?Teringat Duta, netra Rindu melebar. Dia belum mentransfer bayaran cowok itu. Dia pun langsung ke tempat tidur dan menyambar ponselnya yang tergeletak di atas kasur. Dia segera login ke M-banking-nya dan melakukan transaksi. Untungnya kali ini berhasil. Lagian, tumben-t
"Gimana, dong, Rin?" tanya Tasya. Sedari tadi dia mondar-mandir sambil memegang skrip.Saat ini Rindu dan timnya sedang berada di halaman samping basecamp mereka, yang sudah didekor sedemikian rupa hingga tampilannya cukup hangat untuk ukuran tempat perayaan ulang tahun bersama pasangan. Ini ide Tasya, yang memang sudah tidak diragukan lagi."Bisa apa kita selain nunggu?""Kamu yakin Duta bakal datang?""Kalau dia masih mau cincinnya balik, harusnya, sih, datang.""Kalau nggak?"Rindu hanya mengedik. Dia bahkan mulai memikirkan plan B kalau memang Duta benar-benar tidak ingin dilibatkan lagi."Alamat bakal begadang lagi, nih, buat ngedit." Devi masuk ke obrolan. "Besok harus tayang, kan?""Bukannya kamu udah sering begadang buat maraton drakor?" Beni menimpali dengan candaan. Devi langsung menoyor lengannya.Rindu kembali mengecek chat room-nya dengan Duta, sama sekali tidak ada balasan."Atau kita bikin aja vlog tanpa Duta, nanti tinggal alasan dia lagi halangan apa gitu," usul Beni.
"Aku ke sini cuma mau ngambil cincin." Duta bisa melihat sebuah rencana yang terselubung di balik senyum Rindu. Karena itu dia menekankan lebih awal."Bukan berarti nggak mau masuk, dong. Cincinnya di dalam. Yuk!" Rindu mengedikkan kepala, lalu beranjak ke dalam lebih dulu, meski Duta tampak benar-benar tidak berminat untuk berlama-lama.Tadinya Duta mengira dia akan dibawa ke dalam rumah, tahu-tahunya malah ke halaman samping. Duta disambut oleh ketiga teman Rindu. Mereka berbaris rapi seperti anak SD yang sedang periksa kuku sebelum masuk ke kelas.Melihat aura-aura penjajah di wajah mereka, perasaan Duta jadi tidak enak."Mas Duta, kasihanilah aku ini. Cicilan mobilku masih panjang, malu banget kalau sampai disita," ujar Tasya sambil memasang tampang memelas dibuat-buat."Mas Duta, adikku pengin banget jadi dokter, sementara kedua orangtuaku tidak sanggup membiayainya. Karena itu aku banting tulang siang dan malam." Devi berucap begitu sambil menangkupkan kedua tangan di depan dada
Sudah terlalu sering Rindu dimodusin cowok, wajar jika hal itu membuatnya agak sangsi dengan kado dari Duta—yang entah kenapa kehadirannya ini masih terasa ajaib. Namun, di sisi lain dia juga penasaran setengah mati apa isinya."Tapi maaf, ya, hadiahnya ala kadarnya banget. Nggak sempat dibungkus cantik pula. Tadi belinya juga buru-buru. Untung tiba-tiba kepikiran."Rindu makin penasaran. "Boleh dibuka sekarang?" tanyanya dengan wajah ceria.Duta mengangguk.Rindu pun membuka tutup kotak mungil itu. Ternyata isinya gantungan kunci Winnie the Pooh. Rindu mengeluarkannya, menatapnya larut-larut dengan perasaan yang menghangat. Benda itu jadi terasa sangat berharga karena datangnya dari seseorang yang tidak diduga-duga. Dan tampaknya memang tidak ada modus di baliknya."Jadi menurut kamu, aku ini kayak beruang?" tanya Rindu kemudian dengan nada kekehan.Duta mengangguk sambil menahan tawa.Karena sudah sering dihadapkan dengan kepalsuan, kejujuran Duta ini malah membuat hati Rindu terasa